Hamil, Jangan Egois Kasihan Bayinya!

by - Rabu, Mei 10, 2017

Saat kita sedang hamil konon katanya ada banyak perlakuan khusus dan istimewa yang akan kita dapatkan. Begitupula dengan saya saat ini, hamil membuat saya mendapat banyak perhatian dan keistimewaan dari banyak orang terutama dari keluarga dan suami. Saya menjadi prioritas mereka, semua keinginan dan keluh kesah saya menjadi perhatian utama mereka.

Namun, tiba-tiba saja berpikir apakah menjadi ibu hamil semua keinginannya harus dituruti? Atau begini apakah menjadi ibu hamil boleh egois dan maunya sendiri mentang-mentang sedang hamil?. Dua hal itu yang beberapa hari ini menjadi sedikit polemik dalam pikiran saya. Tapi kan hamil itu berat, tidak gampang dan kadang malah lebih banyak menyiksanya.

Hamil memang bukan perkara mudah yang bisa selalu dilewati dengan bahagia tanpa ada perasaan sedih. Saya sudah mengalaminya dan sedang mengalaminya, akhir-akhir ini saya kerap melontarkan kalimat, “Aku kan lagi hamil, masak mas nggak mau ngertiin aku?.”. Kalimat tersebut adalah kalimat andalan saya ketika keinginan saya tidak dituruti oleh suami, benarkah hamil memperbolehkan kita bersikap semaunya?.



Hamil, Jangan Egois!


Kalau kita sudah mendapat perlakuan istimewa dari orang-orang di sekitar bukan berarti kita terus-terusan minta diperlakukan istimewa dan ingin selalu diutamakan. Orang-orang yang ada di sekitar kita baik itu keluarga maupun suami juga punya hak untuk mendahulukan kepentingan serta kebutuhan mereka.

Setelah seharian mereka membantu kita meringankan beban kehamilan, mereka juga butuh waktu untuk mendengarkan diri mereka sendiri. Saya pikir ini salah sau hal penting yang harus kita (ibu hamil) biasakan dalam menjalani masa kehamilan, hamil jangan egois. Saya masih terus mengingatkan diri sendiri untuk berhenti bersikap egois dan ingin selalu dituruti keinginannya.

Memang sih ada beberapa kali kejadian dimana saya tidak bisa bernegosiasi dengan diri sendiri, terutama saat ingin makan sesuatu (ngidam). Ngidam saya disini sebenarnya bukan hanya ingin saja tapi melainkan kondisi tubuh yang lemah karena diusia kandungan yang hampir menginjak usia 6 bulan ini saya masih saja mual dan muntah yang luar biasa.

Jadi mau tidak mau saya harus mencari makanan atau minuman apa yang bisa diterima perut. Terkadang karena keinginan tersebut cukup merepotkan suami dan keluarga bahkan tetangga rumah pernah saya repotkan karena ingin makan sesuatu hari itu juga. Meskipun begitu memang tidak bisa dipungkiri lagi kalau sedang benar-benar ngidam rasanya tidak bisa ditahan lagi.

Awalnya saya pikir ngidam itu cuma mitos yang ada di masyarakat tapi sejak mengalaminya sendiri, itu salah besar. Ngidamnya juga satu atau dua kali saja kalau sampai berkali-kali saya masih ragu itu ngidam atau bagaimana? Hahaha. Pengalaman hamil setiap wanita itu berbeda-beda dan ujiannya pun juga tidak selalu sama.

Tapi biasanya masih sekitar keinginan yang tidak langsung dituruti atau memang tidak dituruti. Saya cukup sering membaca sebuah status ibu-ibu hamil yang mengeluh karena kurang perhatian. Perasaan ibu hamil memang lebih sensitif dan disakiti sedikit saja sudah menangis. Padahal bisa jadi yang menyakiti tidak bermaksud begitu atau memang ada kondisi yang tidak memungkinkan untuk menuruti kemauan si ibu hamil tersebut.

Ingat, Menjadi Ibu Sama Seperti Invetasi Seumur Hidup!


Lalu akhirnya saya merenung dan kembali berpikir kalau menjadi ibu itu memang tidak mudah dan butuh perjuangan yang besar. Sejak kita dinyatakan positif hamil maka sejak saat itulah kita harus siap menginvestasikan diri seumur hidup demi kebahagiaan dan kebaikan anak. Kita harus segera sadar kalau sekarang sudah tidak lagi sendiri ada orang ain yang harus kita pikirkan dan utamakan.

Misalnya saja kalau kita sedang sedih karena keinginan tidak dikabulkan lalu menangis sehari semalam tanpa mau tahu lagi kalau ada bayi kecil yang bisa merasakan kesedihan kita. Saya pernah merasakan hal tersebut, menangis semalaman sampai kedua bola mata saya menjadi bengkak. Hanya karena ditinggal suami keluar malam berkumpul dengan saudara sepupunya.

Iya, sejak hamil saya paling tidak bisa berjauhan dengan suami. Waktu siang hari saja saya sering meminta suami untuk segera kembali pulang kerja padahal hari masih siang. Suami kan keluar untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga dan sedihnya saya masih saja kesulitan mengontrol emosi.

Saya masih kerap egois, berpikir bahwa waktu suami cuma milik saya saja padahal suami juga perlu keluar rumah untuk menghibur dirinya dengan bertemu teman-temannya. Lalu saya ingat, kalau saya masih terus begini kasihan bayi di dalam perut pasti akan ikut sedih karena ibunya yang tidak bisa mengontrol emosinya.

Itu kenapa saya bilang di awal kalau menjadi seorang ibu itu seperti menginvestasikan diri kita sepanjang usia demi anak. Bukannya bayi sudah bisa kita didik sejak berada dalam kandungan ya? Tidak perlu repot-repot untuk mendidik bayi kita cukup dengan menstabilkan emosi dan memberikan perasaan nyaman serta damai bagi calon anak yang dinanti.

Paling utama itu adalah ibunya sendiri dalam memberikan kenyamanan kepada anaknya. Kita harus bisa mengontrol emosi dan berdamai dengan semua kesulitan yang dihadapi, Tuhan sudah mempercayakan diri kita untuk dititipkan seorang anak. Jadi, itu artinya kita bertanggung jawab dengan semua kebaikan yang diberikan pada anak kita.

Ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi seorang anak, seseorang yang akan selalu dicari dan dibutuhkan oleh anaknya. Tempat kembali terbaik saat semua dirasa tidak lagi nyaman dan aman, ibulah orang pertama yang dibutuhkan oleh anaknya. Mulai sekarang saya harus memaksa diri untuk tidak lagi egois dan memaksakan kehendak.

Perjalanan saya sebagai seorang ibu masih sangat panjang, kita butuh pundak yang kuat dan hati seluas samudra untuk bisa memberikan semua kebaikan dunia ini bagi anak kelak. Jangan sampai gagal mendidik anak karena kita terlalu terlena dengan sebuah kondisi sulit. Kasihan anak kita kalau tidak mendapat apa yang mereka butuhkan untuk menjalani hidup di dunia ini.

Jangan Pernah Jauh dari Tuhan Ya!


Sering kali saya membuktikan sendiri ketika kita berjauhan dengan Tuhan disaat dimana ibadah kita terasa melemah dan iman di dalam hati menipis maka semua kesulitan serta kesedihan semakin terasa menyesakkan. Salah satu cara ampuh bagi saya untuk bisa tetap tenang dan stabil adalah beribadah kepada Tuhan.

Berdamai dengan semua keadaan sulit yang dihadapi, banyak berdoa kepada Tuhan dan memasrahkan semua yang terbaik pada kuasaNya. Terus istighfar dan intropeksi diri karena saya percaya ketika kita berada dalam kondisi yang sulit pasti ada kesalahan yang tidak sengaja kita perbuat dan Tuhan ingin membenahinya dengan menyadarkan kita terlebih dulu.

Pesan saya bagi semua ibu-ibu hamil, ibu-ibu menyusui dan ibu-ibu yang sedang berjuang mendidik anaknya tetap semangat dan tetap kuat. Kalau kita sudah kalah dan menyerah karena merasa lemah bagaimana dengan anak-anak kita nantinya?. Berhenti bersikap egois dan merasa diri paling susah, belajar untuk mengapresiasi diri sendiri serta terbiasa tidak tergantung dengan orang lain.

Semoga semua ibu diberikan kemudahan dan kekuatan menghadapi keadaan yang sulit. Terutama bagi ibu hamil semoga kita diberikan kemudahan sampai proses persalinan nanti. Kalau menjadi seorang ibu itu mudah maka tidak mungkin Tuhan menyisipkan surga kecil di bawah telapak kaki kita. Semangat ya! :)

You May Also Like

16 komentar

  1. aku pnh kyk gt pas hamil Aisyah, efek pengantin baru juga sih, sering neror suami bwt plg cpt klo kuliah udh selesai, wakaka. Klo dy keluar sm temennya jg ribut mulu. Pdhl dy lg pgn ketemu temennya. Ya gtlah mba klo baru pertama hamil, rasanya gak nyaman. Tp klo udh sering hamil mungkin lbh bisa handle keadaan. Kyk aku gini, wakaka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, sama persis ya mbak. Aku sering ribut sama suami cuma gara-gara dia banyak keluar. :D

      Hapus
  2. pas hamil pertama dulu, aku berpikir kalau suamiku bakal memanjakan aku, haha.. tapi ternyata engga. katanya, kalau pengen apa-apa, pas ada ya dituruti, kalo pas ngga ada atau pas tengah malam, ya latihan sabar. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, iya mbak. Akupun juga nggak selalu dituruti kalau lagi kepengen sesuatu apalagi pas tengah malam.

      Hapus
  3. Bener Mbak, cara terbaik mendidik anak itu dengan mendidik diri kita sendiri terlebih dulu :)
    Keep strong ya Mbak, kayak ibuku pas mengandung aku, menjelang lahiran masih mual + muntah mulu. Keknya bakal nurun di aku :"

    BalasHapus
  4. Aku juga pernah mengalaminya dan sebagian besar ibu juga mengalaminya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, iya ya mbak. Semua perempuan pasti pernah mengalaminya walau beberapa yang belum :)

      Hapus
  5. Intinya jangan memanfaatkan kehamilan kita untuk mendapatkan perlakuan istimew.

    BalasHapus
  6. Aku hamil pertama mual enek berlangsung mpe 7 bulan & pengennya jauh2 dari suami hahahahaha, masih nyetir (pake manual) sampe 7 bulan, dan ngurusin macem2. Hamil sekarang lbh lemah (mungkin faktor U) meski masih nyetir & ngantor tapi bawaannya lbh cepet capek, sering ngga enak badan & tetep mual enek :D kadang cape & lelah.. mewek sendiri, mewek bentar, istirahat dikit dimushola kantor abis itu kerja lagi hahaha.
    Makanya surga ada di telapak kaki Ibu (kata suami) soalnya dari hamil aja udah susaaaah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, perjuangan banget itu mbak. Kadang rasanya mau nyerah dan kurang perhatian padahal semua orang aslinya sudah perhatian full. :D

      Hapus
  7. jadi inget dulu pas hamil Marwah, usia ku 21 tahun dan masih suka egois kwkwkwk. Alhamdulillah Marwah lahir sehat hehehe

    BalasHapus
  8. Mungkin jadi gampang emosinya karena badan nggak nyaman mb..
    Aku dulu juga klo hamil smpe bingung mo mkn apaan. Perut lapar, tp klo dimasukin muntah..
    Nonton tyangan tv aja berasa semua biasa aja, ga menarik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betu semua yang mbak bilang, kadang makan pun cuma biar nggak laper dan semua masakan terasa biasa aja.

      Hapus
  9. wakakaka emang kalo hamil sih enaknya deket suami terus yaaa

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.