Ketika Saya Menjadi Dunia Untuk Mirza

by - Senin, Oktober 16, 2017

Kata orang menjadi seorang ibu itu merupakan anugerah terbesar yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Meskipun tugasnya tidak ada habis-habisanya dan lelahnya luar biasa tapi selalu ada rasa tidak ingin berhenti dari peran menjadi ibu. Satu bulan lebih saya merasakan menjadi ibu, ibu dari bayi yang saya kandung selama 9 bulan lebih.

Selama itu saya menanti dia lahir ke dunia ini, sekarang Mirza sudah lahir dan dia sudah ada dalam dekapan saya. Merasakan detak jantung saya yang pernah menjadi sahabat terbaiknya selama di dalam perut kala itu. Sekarang saya tahu betul arti dari 9 bulan mengandung, bukan sekadar waktu tapi lebih dari itu yakni perjalanan yang tidak akan bisa terlupakan.

Saya jadi tahu bagaimana berat sekaligus bahagianya saat mama dulu baru melahirkan saya. Meskipun Mirza harus lahir di atas meja operasi bukan di jalan lahir yang semestinya tapi kebahagiaan menjadi ibu tidak berkurang sedikitpun. Sekarang saya juga tahu bagaimana rasanya menjadi “Dunia” bagi seseorang yakni anak sendiri.


Ketika Saya Menjadi Dunia Untuk Mirza


“Cha, Mirza nangis..” atau “Cha, Mirza mau nenen..”.

Kalimat-kalimat tersebut yang sering saya dengar sekarang, sedikit-sedikit saya dipanggil karena Mirza butuh saya. Semua yang Mirza butuhkan selalu harus dengan saya mulai dari bangun tidur sampai dia tertidur lagi. Tapi saya tidak pernah bosan meskipun diawal-awal saya pernah merasa “Kok aku semua ya?”, saat melihat Mirza tidur terlelap di dekapan saya semua rasa lelah seakan hilang.

Ah, akhirnya saya tahu juga bagaimana rasanya menjadi seorang ibu dan bukan lagi berangan-angan setelah membaca tulisan tentang bagaimana indahnya menjadi seorang ibu. Allah percayakan Mirza kepada saya dan kelak nantinya Allah akan minta pertanggung jawaban saya tentang amanah besar ini.

Baca Juga : Welcome, Baby Mirza!

Ternyata memiliki anak bukan cuma untuk memiliki status menjadi ibu, bukan untuk supaya sama dengan wanita lainnya melainkan menerima sebuah tugas besar dari Allah. Setiap kali mengingat hal tersebut saya tidak lagi mau mengeluh walau selelah apapun. Saya takut Allah marah mendengar keluhan saya dan meminta Mirza kembali. :)


Karena itu juga setiap rasa lelah muncul saya terus berucap Alhamdulillah di dalam hati. Menjadi dunia bagi seseorang memang bukan hal yang mudah tapi bahagianya tiada tandingnya. Saya sampai lupa rasanya tidur lelap, saya lupa rasanya menikmati makan dengan perlahan, saya mulai rindu berduaan dengan suami kapan saja dan berapa lamapun.

Badan yang sakit semua karena kelelahan dan kantong mata yang sering berubah menjadi hitam karena kurang tidur. Bahkan saya harus menahan dinginnya AC kamar tidur setiap malam karena Mirza tidak bisa tidur dalam udara panas sedikitpun. Kadang saat baru bisa memejamkan mata Mirza merengek minta nenen lagi.

Setelah selesai nenen saya seakan tidak boleh langsung beranjak bangun dari kasur karena Mirza pasti akan bangun lagi. Saya sudah tidak bebas lagi mengutak atik handphone untuk sekadar stalking instagram artis, hahaha. Pokoknya semua kebiasaan saya dulu sudah berubah total sejak Mirza lahir, ya dia mengubah hidup saya dan suami.

Beruntungnya juga sampai saat ini saya tidak terkena sindrom baby blues seperti ibu-ibu baru lainnya. Suami selalu mengingatkan saya untuk tidak pernah putus dzikir bagaimanapun beratnya situasi yang harus saya hadapi saat mengurus Mirza. Saya paling ingat pesan beliau, “Kamu yang minta nangis-nangis sama Allah sekarang kamu nangis karena capek ngurus dia, awas Allah marah ya..”.

Mendengar ucapan beliau tersebut seketika itu saya langsung sadar kalau memang betul hidup di dunia itu semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Beribadahnya bukan cuma sholat, puasa, sedekah dsbnya tapi mengurus suami dan anak termasuk ibadah. Tapi meskipun begitu saya turut prihatin saat melihat ada ibu yang terkena baby blues, bagaimanapun juga menjadi ibu sungguh tidak mudah.


Sekarang usia Mirza sudah satu bulan 2 hari dan hari ini waktunya Mirza untuk imunisasi BCG. Mau tidak mau saya harus berani dan tega melihat Mirza disuntik dan setelah itu suhu tubuhnya akan naik. Ya sudahlah, ini semua kan demi kebaikan dia toh semua bayi sudah pernah merasakan nikmatnya disuntik imunisasi.

Alhamdulillah, bisa menemani Mirza imunisasi. Bukannya ini suatu nikmat yang harus disyukuri ya?. Sekarang sudah tidak berdua lagi, sudah ada Mirza kemana-mana dan kapanpun akan bersama Mirza. Repot, sudah pasti tapi saya masih terus ketagihan untuk mengulangnya. Semangat!.

You May Also Like

1 komentar

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.