Thank God I’ve found you

by - Minggu, Desember 03, 2017

Ini tentang mas Yanto, laki-laki dengan rasa percaya diri yang tinggi yang saya temui pertama kalinya di sudut salah satu cafe kota Bangkalan. Seorang lelaki yang sebenarnya sudah lama sekali membuat hati saya cenat cenut penasaran akibat semua postingan di akun facebooknya. Lelaki pertama yang berani bertemu langsung dengan bapak saya seorang diri.

Mas Yanto, itulah panggilan kesayangan saya untuk dia. Seorang alien yang dikirim Allah untuk menemani dan mengajarkan saya banyak hal. Selama mengenalnya waktu yang dilalui banyak membahas tentang mimpi dan cita-citanya. Pernah atau bahkan sesekali menyerempet tentang masa lalunya, tapi rasa-rasanya saya jarang membicarakan perasaan betapa saya beruntung bisa mengenalnya. *ngok.


Sempat-sempatnya, di tengah kesibukan dia dalam membangun bisnis dan mewujudkan mimpinya, dia tertarik pada saya yang remehan kerupuk ini. *halah*. Yang masih penuh tanggungan dan sangat kekanakan. Dia sudi meluangkan waktunya untuk membantu pekerjaan saya, yang bahkan saya sendiri sering kali uring-uringan menyelesaikannya, hahaha. Yang mau mengantar saya kemana saja karena tugas pekerjaan kantor.

Saya merasa beruntung mengenal seseorang yang membuat saya menjadi manusia. jadi sebelumnya saya ini apa? Hahaha. Sebelumnya, saya tidak pernah punya fikiran jangka panjang. Saya hanya berpikiran ketika saya selesai bekerja, saya akan menjadi istri yang baik. Yang merawat suami, anak dan rumah dengan sempurna. Cerita selesai.

Jadi kalau ada orang yg bertanya pada saya tentang apa passion hidup saya, matilah. Saya harus berbesar hati untuk mengatakan bahwa yang bertanya telah salah alamat. Sampai akhirnya, dia mengenalkan saya pada dunianya yang gitu deh. Katakanlah subhanallah penuh impian dan capaian. Jelas passionnya.

Sampai suatu hari, dia bilang bahwa tugasnya adalah untuk menggali potensi seorang saya agar tidak merasa kerdil lagi. Mulia sekali. Dan terdengar keren. Tapi memang beneran keren. Lalu saya melongo. Ya Tuhan, saya ini memang harus menjadi manusia. Seutuhnya manusia.

Saya juga bingung, mengapa ada orang yang begitu mau bersabar mengajari saya. Saya yang tinggi ekspektasi cepat puas, mudah menyerah, gampang mengeluh, harus berusaha sekuat tenaga jiwa raga nusa bangsa jasmani rohani untuk membangun kehidupan saya. Meyakinkan saya bahwa memiliki mimpi itu cukup menyenangkan.

Saya yang tidak jelas sisi positifnya ini, kalau di matanya mendadak menjadi pribadi yang penuh nilai. Ini yang bikin terharu sendiri. Dia berfokus pada kelebihan saya, tanpa menjadikan kekurangan saya sebagai penghalang. Luarrr biasaa. Dia guru kehidupan saya.


Setelah menikah dan punya anak, dia yang paling bertanggung jawab untuk saya sekeluarga. Iya, sampai saya suka bertanya-tanya hal apa yang membuat dia memilih saya menjadi istrinya?. Dia bukan tipe laki-laki yang romantis tapi perhatiannya begitu nyata, semisal dia yang paling rajin mencharger handphone saya yang sering lowbat karena sibuk stalking Instagram, hahaha.

Jodoh adalah rahasia Allah. Dibungkus dengan skenario Maha Romantis yang tidak ada satupun diantara kita mampu menerka. Mungkin jodoh kita tidaklah seideal yang kita bayangkan, tapi idealisme itu mampu mendekatkan visi antar individu yang terlibat dalam pernikahan, maka terciptalah visi misi menikah, membangun keluarga.

Dari dulu saya berdoa agar diberi jodoh seseorang yang tidak saya kenal sebelumnya. Diluar irisan lingkaran pertemanan saya. Kalau bisa orang rantau, haha. Hmm, inilah dia, alien yang tiba-tiba datang dan peluk-able.

Thank God I’ve found you, Mas.

You May Also Like

0 komentar

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.