Ketika Pertama Kali Membaca Al-Quran dan Terjemahannya Bag. 1

by - Rabu, Agustus 05, 2015

Sudah sejak lama saya ingin membaca Al-Quran dan Terjemahannya karena penasaran dengan isinya. Juga yang menjadi alasan adalah saya merasa sedikit punya pengalaman hidup, mungkin dengan ini bisa lebih mengerti arti dari terjemahannya jika disangkut pautkan dengan pengalaman hidup saya.

Akhirnya saya memesan sebuah Al-Quran dan Terjemahannya kepada salah seorang teman. Kebetulan teman saya ini akan pergi berziarah ke makam  Sunan Ampel di Surabaya dan disana banyak toko yang memang menyediakan Kitab Al-Quran. Kemudian saya dihubungi dia (teman saya ini anak pesantren, jika dirunut masih ada darah dari Syaichona Moh. Cholil) Saya pun datang kerumahnya dan menanyakan berapa harga Al-Quran itu dan ingin membayarnya.

Tapi dia ini malah menolak menerima uang dari saya dan mengikhlaskan Al-Quran yang masih baru itu menjadi milik saya, amal katanya. Dalam hati sempat berkata "Wah enak dong, sini yang baca Al-Quran, situ juga dapet pahala.. he he" :)

Mulai membaca Al-Quran dan Terjemahannya, sejak itu merasa ada yang aneh di setiap kehidupanku.

Al-Quran dan Terjemahan versi Android (sejenisinfo.blgspot.com)

Kesalahan yang langsung terbalas


1. Dimulai dari ketika saya mengagetkan beberapa teman di ruangan kantor, beberapa hari kemudian ketika mengendarai sepeda motor, saya dikagetkan dengan bunyi klakson dari belakang. Disitu saya berpikir, mungkin ini pembalasannya atau mungkin kebetulan saja.

2. Ketika pagi hari saya sempat sedikit marah dengan adik karena sebuah masalah kemudian terlontar sebuah kata "Mangkanya jadi orang yang cerdas, bla.. bla.. bla..". keesokan harinya setiba di kantor, becanda dengan teman, tak lama dia melontarkan kalimat ke saya "Mangkanya jadi orang itu yang cerdas". sempet kaget, kok gini? langsung dibalas dengan ucapan yang serupa.

3. Ada beberapa teman dari luar kota yang ingin menginap dirumah. selesai Sholat Tarawih di Musholla, minta izin ke bapak biar mereka tidur dirumah Mbah. Bapak tidak mengijinkan karena rumah itu bukan sepenuhnya punya bapak tapi juga saudara-saudara bapak lainnya yang kebetulan saya dititipkan buat jaga rumah itu. Bapak menyarankan agar tidur di Musholla saja. Sontak saya berkata "Pak, Musholla itu bukan tempat tidur, tapi tempat buat ibadah".

Keesokan harinya, setelah menunaikan Sholat Dzuhur di Musholla kantor, saya tidur-tiduran sambil mengecek ponsel. Tak lama kemudian  ada teman yang mau Sholat juga dan dia berkata pada saya "Musholla itu bukan tempat tidur". Saya pun kaget mendengar ucapan dia, bukan karena ditegur melainkan terbalas apa yang saya ucapkan semalam, kok bisa ya ?.

Sebenarnya masih banyak pengalaman religi lainnya yang pernah saya alami. Intinya seringkali setiap melakukan kesalahan, tidak lama seakan-akan langsung terbalas meski kesalahan yang dibuat hanya berupa perkataan mengejek di hati dan itu berlaku hingga saat ini seperti hidup saya ada yang mengontrol.
Memang dulu pernah mimpi, di sebuah alun-alun ketika saya asyik bermain tiba-tiba ada seorang kakek berjubah putih memanggil saya, saya menyodorkan kedua tangan kemudian tangan saya diikat oleh kakek itu dengan kilatan cahaya listrik atau petir. Saya pun berjalan meninggalkan kakek tadi dengan keadaan kedua tangan terikat cahaya yang terpercik, mirip efek kembang api.

Hikmahnya adalah

1. Bersyukur banyak kesalahan yang langsung terbalas, entah apa jadinya jika kesalahan tadi terbalas di akhirat.

2. Lebih mengontrol perkataan dan hati, tidak seperti sebelumnya yang seringkali merasa diri benar dan orang lain salah kemudian ditambah kata-kata tidak mengenakkan.

3. Menguatkan sebuah isyarat bahwa benar meski hanya kesalahan itu tercipta dari hati, tetap diminta pertanggungjawabannya, seperti pengalamanku yang hanya melakukan kesalahan dalam hati, tidak lama terbalas.

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)

Tak banyak orang mau menceritakan kisah religinya mungkin karena malu atau sebagainya. Niat saya menceritakan ini sebagai pembelajaran, mungkin abaikan kisah yang saya alami cukup ambil hikmahnya saja sekaligus menguatkan Iman jika Tuhan itu benar-benar ada dan kisah di Al-Quran itu memang benar adanya.

You May Also Like

1 komentar

  1. Kisah yang menarik anak muda.
    Tak semua orang bisa mempunyai pengalaman seperti ini, tapi tetap jaga hati ya, jangan sampai ada percikan sombong di dalamnya, ingin pamer, dsb.

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.