Bagi saya hidup merupakan sebuah perjalanan panjang yang dibagi dalam beberapa masa yang menyenangkan dan masa dimana hati serasa diperas-peras. Sekarang saya sedang berasa di masa yang begitu penuh tanggung jawab, penuh rasa bahagia sekaligus tidak sedikit juga rasa khawatir. Menjadi ibu memang berbagai macam rasanya, semua rasa sepertinya ada di dalam hati seorang ibu.
Rasa bahagia, rasa sedih, rasa lelah, rasa marah, rasa bosan, dan semua rasa-rasa lainnya yang mungkin tidak bisa digantikan dengan hal lainnya. Semua bercampur aduk menjadi satu seakan menjadi sebuah bom waktu yang bisa dikendalikan namun bisa saja meledak sewaktu-waktu. Memang tidak mudah, oleh karenanya saya membebaskan diri saya dari hal-hal yang sepatutnya tidak saya lakukan apalagi saya pikirkan.
Mom Wars, ya pada postingan sebelumnya saya sempat membahas tentang masalah ibu-ibu yang satu ini. Tapi seperti yang pernah saya tulis dalam sebuah status di Facebook kalau sebuah tulisan itu pada akhirnya akan menemukan pembuktiannya. Itu artinya saya tidak boleh cuma bisa menulis tapi ya harus praktek juga, Go Action gitu, Cha!.
Baca Juga : Stop Mom Wars! Kita Ini Ibu Bukan Monster
Baca Juga : Stop Mom Wars! Kita Ini Ibu Bukan Monster
Cara Saya Menghindari The Mommy Wars
Sungguh, saya bisa merasakan betapa nggak enaknya dijadikan bahan perbandingan ataupun terlibat dalam sebuah perdebatan ibu-ibu yang ujung-ujungnya nggak ada hasilnya. Tapi bagaimana pun dan sekuat apapun saya mencoba menghindar dari Mom Wars tersebut tetap saja saya akan bersinggungan juga.
Seperti sebuah tantangan tersendiri untuk nggak lagi terlibat dalam perdebatan dan pembully-an yang topiknya itu-itu saja. Saya mau jadi ibu yang selalu bahagia setidaknya berusaha untuk bisa selalu bahagia di hadapan anak dan suami. Saya nggak mau ambil pusing dengan hal-hal yang nggak seharusnya saya pusingkan.
Kalau ditanya bagaimana cara saya menghindar dari Mom Wars itu ya begini ini.
1. Berdamai Dengan Diri Sendiri
Penerimaan diri sendiri dengan sebaik mungkin adalah hal terpenting bagi setiap ibu-ibu, ini menurut saya lho. Menerima kalau memang sebagai ibu kita pasti punya kekurangan dan keterbatasan yang nggak bisa dilupakan. Karena memang punya kekurangan ya sudah terima saja dan berdamai dengan kekurangan tersebut tanpa harus merasa minder.
2. Nggak Mudah Terbawa Perasaan
Kalau jaman masih perawan dan saat teman bulanan tiba biasanya kita kerap nggak bisa mengontrol diri dan perasaan. Nah, sejak menjadi ibu saya berusaha untuk mengontrol hal tersebut sebisa mungkin ya. seringkali moms war yang terjadi diakibatkan oleh para ibu yang terlalu terbawa perasaan mereka saat menyerap informasi yang diperoleh.
Semisal saja dengan adanya statement bernada sindiran dan pemahaman akan informasi yang setengah-setengah yang akhirnya menjadi pemicu perselisihan di antara para ibu. Dengan adanya keterbukaan hati, pikiran, dan juga kelapangan dada agar dapat memahami persoalan dan kondisi pihak lain secara keseluruhan dengan sudut pandang yang objektif. Jadi, jangan mudah terbawa perasaan ya, tetap kontrol.
3. Selalu Percaya Diri
Ternyata rasa percaya diri ini nggak cuma dibutuhkan saat saya masih remaja dulu, tapi sekarang setelah memiliki anak saya harus selalu percaya diri. Percaya diri yang saya maksud disini adalah lebih kepada sikap yakin dan juga konsekuen atas pilihan yang telah diambil. Hal ini penting terutama saat kita mendisiplinkan anak.
Jangan sampai kita yang jadi galau dengan aturan yang ditetapkan, karena hal ini hanya akan membingungkan anak. Saat saya sudah memutuskan untuk memilih prinsip yang digunakan dalam pengasuhan Mirza kelak maka saya harus yakin bisa menjalankannya dengan baik dan tentunya dilakukan dengan melibatkan pertimbangan suami juga.
4. Menghargai Setiap Pilihan Ibu-Ibu Lainnya
Saya selalu percaya dengan prinsip bahwa kalau kita ingin dihargai oleh orang lain maka terlebih dulu kita harus menghargai orang tersebut (pilihannya). Kadang dengan alasan ingin memberi tahu atau berbagi pengalaman tanpa sengaja kita kerap memaksakan pendapat kita dan menyamakan pengalaman kita dengan ibu lainnya padahal hal yang seperti itu jatuhnya justru seperti pemaksaan.
5. Terus Belajar
Sebagai ibu muda sekaligus ibu baru saya sadar kok kalau harus terus banyak belajar terutama dalam merawat anak. Menyiapkan mental yang kuat dan menjadikan diri kita sebagai gelas kosong yang siap menampung segala ilmu yang akan berguna untuk menunaikan tanggung jawab kita sebagai sosok ibu yang jempolan dan mampu menyaring segala informasi dengan baik.
6. Menghindar Dari Mom Wars
Cara terakhir adalah ya saya sebisa mungkin menghindar dari Mom Wars, biasanya kalau ada ramai-ramai tentang status yang membicarakan sesuatu yang berujung “Perang” saya langsung sigap menghidar. Saya selalu katakan dalam hati kalau setiap ibu itu punya keadaan masing-masing, yang nggak bisa diselesaikan lewat debat-debat seperti ini.
Biarlah, meskipun harus dibilang banyak diam yang penting dalam diam itu saya mencoba untuk terus belajar dan memahami setiap keadaan yang saya lalui bersama Mirza. Sebenarnya tulisan ini juga terlahir karena saya seperti mendapat sebuah teguran kalau seharusnya saya lebih fokus pada anak bukannya fokus mendebat sana sini.
Perjalanan saya sebagai seorang ibu baru saja dimulai, saya tahu kalau di depan sana aka nada ujian yang ditemui. Sebab itulah saya mau lebih fokus pada “Action saya” merawat, mendidik dan membesarkan Mirza saja. Setiap melihat cara ibu-ibu lain dalam membesarkan anaknya saya berusaha untuk selalu mendukung.
Dukungan inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh ibu-ibu. Ya sudah, tulisannya juga mulai kemana-mana ya, hahaha. Jangan lupa selalu bahagiakan dirimu ya, Bu dan nggak perlu ikut-ikutan Mom Wars.
Salam Sayang,
dari Ebok Mirza.