Cerita Ramadhan | Renungan Panjang Di Atas Tempat Tidur

by - Minggu, Juni 12, 2016

Setiap bulan sungguh sama saja, sebenarnya yang menjadikannya begitu spesial adalah ketika kita memberinya makna. Juni adalah salah satu bulan dimana beberapa orang di belahan bumi ini dipertemukan, dengan apapun, entah dengan jodohnya, dengan karirnya, dengan orang terkasihnya maupun sesuatu hal yang menjadikan Juni menjadi bermakna. Ketika bulan ini telah lewat hari ke 10, hari ini, ada beberapa hal yang akan selalu diingat dengan detil oleh orang-orang yang menganggap bulan ini begitu pantas untuk diingat-ingat. Satu tahun lalu, mungkin.sesuatu yang telah mengubah begitu banyak kehidupannya hari ini dengan kehadiran seseorang dalam hidup, misalnya ataupun dengan kepergian seseorang.

Seperti itulah ketika saya memberikan Juni sebuah makna, ada sebuah ketiadaan yang terisi, bahwa menemukan adalah sesuatu hal yang paling membahagiakan bagi sebagian besar manusia dan memastikan bahwa apa yang ia temukan adalah bukan milik orang lain, iya bukan milik orang lain.

Bulan Juni adalah bulan yang spesial bagi saya, di bulan ini saya dilahirkan dan pada bulan yang sama Ramadhan yang mulia hadir. Sepertinya Tuhan sedang merencanakan sesuatu untuk diri saya, entah apa itu. Mungkin Tuhan ingin saya untuk lebih banyak merenungkan segala hal yang telah terjadi dalam kehidupan saya selama 24 tahun ini. Tuhan ingin agar saya mengambil banyak pelajaran dan intropeksi pada setiap kesalahan yang diperbuat juga pada setiap kesedihan yang datang menimpa.



Sebuah Renungan Panjang di Malam Hari


Adalah sebuah kota kecil yang terletak pada posisi strategis pulau ini, pulau yang juga tidak terlalu besar namun bingarnya mampu menarik perhatian negeri ini. Kota yang menjadi salah satu penopang ujung jembatan nan eksotis yang katanya jembatan termegah di negeri ini pula. Kota di mana saya dilahirkan sebagai seorang perempuan, tumbuh, belajar dan menjadi dewasa seperti sekarang.

Entah dewasa yang bagaimana?, dewasa fisik untuk usia sekitar 24 tahun rasanya sudah pas, namun bagaimana dengan kedewasaan iman dan sikapnya ?. Untuk yang ini saya sendiri masih belum yakin. Malam ini, saya sedang tidak bisa tidur. Dan ini bukan rutinitas wajar untuk saya, saya bukan tipe pemilik mata yang bisa kuat terbuka disaat malam. Biasanya saat jam dinding sudah menunjukkan ke arah 9 saya sudah bersiap-siap untuk memejamkan mata. Namun, untuk kali ini saya tidak bisa entah kenapa? Ada apa? Saya tidak tahu, yang jelas malam itu saya tidak ingin tidur cepat.

Ditambah gemericik sekumpulan air dari troposfer yang jatuh saling berdahuluan menuju permukaan bumi. Tetap saja, tidak ada pembenaran untuk tidak bangun sepertiga malam yang kurang beberapa jam lagi. Tapi, sungguh ke dua bola mata saya itu tidak ingin terlepas dari kacamata Heroic Rendezvous berwarna merah marun pemberian mama di hari ulang tahun saya, tiga tahun silam.

Rasanya kedua bola mata ini memaksa saya untuk terus melihat susunan kata-kata yang ada pada layar laptop. Baiklah, saya memutuskan mulai menuruti kemauan kedua bola mata saya ini. Melirik buku yang sengaja saya letakkan di sebelah bantal, itu artinya saya belum tamat menyelesaikan membaca buku tersebut. Buku berjudul Parenting Propet, hasil pinjaman dari salah satu teman. Buku yang sebelumnya sempat membuat saya merasa bersemangat untuk menjelajahinya, namun sepertinya tidak untuk malam ini. Buku tebal itu saya letakkan kembali di samping bantal.

Lalu saya tahu apa yang ingin saya lakukan, saya sedang ingin menjelajahi beberapa blog di dunia maya, hari itu saya memiliki hutang untuk blogwalking. Tidak lama bola mata saya kembali mengarah pada salah satu blog seorang muslimah, mengarah lagi pada salah satu judul artikel yang cukup menarik Why do we leave each other?. Benar saja ini artikel menarik, ada 12.000 ribu lebih orang memberi ibu jari versi dunia maya pada artikel ini.

Sebuah artikel yang membuat saya mulai berpikir, bagaimana seharusnya menerapkan petunjuk di dalam kitab suci dengan baik. Lalu, saya pun terdiam sejenak, merenung, rasanya semua item di dalam otak bertabrakan tidak karuan. Saya mulai paham dan sadar bahwa, semua ini sekecil apapun itu pasti ada pertanggung jawabannya nanti setelah kita melewati kehidupan ini. Saya juga tahu bahwa tidak cukup hanya sekadar pikiran yang positif saja kalau tidak ada tindakan nyata untuk membiasakan ini.

Baca Juga : Cerita Ramadhan | Memilih Hidup Sederhana Menjaga Hati Sesama

Akhirnya Saya Tahu Apa yang Saya Inginkan


Tidak lama renungan saya buyar seketika, kembali saya mengarahkan pandangan pada slide yang lain, sepertinya main-main di Facebook asyik juga. Seketika itu juga tangan saya mengarahkan kursor mouse pada option beranda dan sontak kaget saja. Saya mendapati sebuah postingan dari salah satu teman tentang cerita kehidupan yang sering saya lupakan. Tidak sampai selesai membaca postingan tersebut saya langsung menutup layar laptop, karena tidak kuat lagi untuk membacanya lebih jauh lagi.

Benar saja, postingan tadi berhasil membuat saya diam seketika kedua bola mata saya rasanya sudah tidak lagi sanggup menahan air mata. Dengan cepat terlintas sesuatu dalam otak yang memaksa saya berhenti menggunakan perasaan dan mulai berpikir rasional saat itu juga. “Sekarang bisa apa? apa yang bisa kamu bantu? katanya ingin jadi manusia yang bermanfaat? kenapa masih saja sibuk dengan masalah sendiri yang jelas-jelas belum seberapa? bla bla bla..” pertanyaan itu menggumpal menjadi satu.

Sesekali saya menyeka air mata dengan tisu dan memutuskan untuk meninggalkan laptop merebahkan kepala pada bantal beroleskan sarung bantal berwarna ungu dan menutup wajah. Bisa ditebak, malam itu dibawah bantal saya menangis sejadi-jadinya. Namun, tiba-tiba guyuran air mata saya terpaksa berhenti ketika mendengar bunyi ketukan pintu kamar. Dengan sigap saya turun dari kasur dan bergegas membuka pintu kamar. Ternyata itu mama yang tidak sengaja mendengar kecengengan saya saat beliau hendak menuju ke kamar mandi.

Setelah memastikan kepada mama kalau saya tidak apa-apa, saya kembali menuju tempat tidur tempat ternyaman untuk melepas segala penat di tubuh. Kemudian arah pandangan mata saya menuju pada kalender mini yang berdiri di atas meja rias. Tiga hari lagi si Heroic ini akan genap tiga tahun menemani dan itu berarti tiga hari lagi usia saya akan bertambah untuk menuntut saya menjadi semakin dewasa.

Tiba-tiba saja, saya teringat obrolan ringan bersama mama beberapa hari yang lalu. Dalam obrolan itu beliau menanyakan sebuah pertanyaan yang biasa mama tanyakan setiap saya akan berulang tahun, “Untuk tahun ini kamu mau kado apa?..”. Sempat saya berpikir untuk meminta sebuah kamera baru, saya sangat menginginkan kamera tersebut untuk bekerja.

Tapi setelah membaca postingan teman yang ada di beranda Facebook tadi, saya membatalkan permintaan itu. Rasanya juga tidak mungkin bagi saya untuk meminta sebuah kamera baru dengan harga yang tidak murah. Entah kenapa tahun ini saya tidak lagi bernafsu untuk meminta barang-barang seperti itu. Saya sadar ada sesuatu yang lebih berharga yakni doa, apalagi doa dari kedua orang tua.

Dari dulu saya selalu merasa bahagia dan beruntung setiap kali mendapatkan ucapan doa dari orang-orang. Setiap doa yang terucap langsung didengar oleh Tuhan dan Tuhan berjanji untuk selalu mengabulkan setiap doa hambaNya. Kali ini di tahun ini, saya ingin memantapkan hati berdoa kepada Tuhan Yang Maha Baik, semoga saya diberikan banyak kesempatan untuk selalu berbuat baik kepada semua orang.

Doa itu akan menjadi hadiah terindah dalam hidup saya untuk bermanfaat bagi orang-orang sekitar. Itu saja permintaan terbesar saya tahun ini, bisa memberikan kebaikan dan bermanfaat untuk orang lain itu jauh membahagiakan. Seperti yang sering saya ucapkan di dalam hati, “Aku ingin selalu bahagia dan membagi rasa bahagia itu kepada semua orang..”.

You May Also Like

5 komentar

  1. Mba riska masih unyu yaah.. :)
    Semoga selalu diberikan yg terbaik di hidup ya mba :)
    Semoga bahagia selalu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Unyu-unyu yang mbak, hehehe. Aamin, terima kasih banyak doanya Ibu Jerapah :)

      Hapus
  2. kekuatan doa lebih dahsyat dari apapun, ditambah restu dari orang tua. Semoga semakin dewasa dan diberikan umur yang barokah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mbak, semoga kita semua selalu mendapatkan doa-doa terbaik. aamiinn, makasi ya mbak :)

      Hapus
  3. menjadi lebih baik lewat introspeksi ya mbak ... hadiah dr Allah untuk memperbaiki diri ... belajar banyak, terimakasih mbak :)

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.