Wanita Dalam Kemelut Pemikiran Saya

by - Jumat, Juni 03, 2016

Memasuki usia yang ke 24 tahun ini rasanya seperti telah membawa saya melangkah sangat jauh. Setiap bulan Juni tiba saya biasa melakukan intropeksi dan mengingat-ingat kembali semua pelajaran yang saya peroleh dalam hidup. Karena di bulan Juni ini saya dilahirkan dan itu artinya usia saya akan bertambah. Dari hitungan tahun yang tidak terlalu lama Tuhan percayakan kepada saya banyak sekali keadaan dan peristiwa hidup yang harus dilewati. Mempertemukan saya dengan banyak sekali orang dengan berbagai macam bentuk karakter kepribadian mereka masing-masing dan semua hal yang semakin di rasa mengantarkan saya menuju dunia yang lebih luas lagi.

Satu dari berbagai macam bentuk fenomena yang akhir-akhir ini suka sekali menggelitik pikiran saya adalah sebuah kejadian dimana wanita akan selalu berada dalam lingkaran persaingan demi mendapatkan sebuah pengakuan yang terhebat. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada wanita-wanita muda yang masih bergelayut nyaman juga manja dengan dunia mudanya, namun hal ini juga banyak terjadi pada wanita dewasa dalam hal usia juga pemikiran maupun wawasannya.

Mungkin hanya demi mendapatkan sebuah pengakuan yang terhebat, tidak jarang mereka bisa merasa tahan dengan ucapan ataupun perkataan yang bisa saja pahit dirasakan wanita lainnya. Mereka sepertinya sedang lupa bahwa sesama wanita harus saling mendukung satu dengan yang lain, saling berempati juga berbagi kebaikan. Oh iya, mereka disini juga termasuk saya, karena tulisan ini tidak sedikitpun bermaksud menggurui. Kelak suatu waktu mungkin saja saya bisa ada dalam salah satu posisi yang tidak mengenakkan.

Wanita Dalam Kemelut Pemikiran Saya


Saya sendiri sempat bertanya-tanya dan mungkin sedikit kaget bahwa ternyata sejak lahir, tumbuh menjadi remaja lalu menjadi dewasa dan kelak menua, wanita masih saja betah untuk terus tetap berkompetisi, bersaing demi sebuah pengakuan terhebat di antara wanita lainnya. Bersaing dengan wanita lain, apa tidak capek ya? Bukankah lebih baik kita fokus saja pada kelebihan yang dimiliki.


Bersaing dalam urusan keluarga, mengurus buah hati, mendidik buah hati, karir, kemampuan di berbagai macam bidang yang berbeda, pendidikan, koleksi barang branded dan hal sepele seperti aksesoris kesukaan. Percayalah, hanya untuk hal seperti itu wanita bisa bersaing!. Bahkan untuk urusan dimana manusia tidak memiliki andil sedikitpun untuk mengaturnya, mereka (saya dan wanita lainnya) masih saja meinginkan sebuah pembuktian yang terhebat itu.

Sebagian dari mereka yang bisa melahirkan bayinya melalui proses normal merasa bangga sudah menjadi ibu yang sesungguhnya dan terkadang secara tidak langsung mengecilkan wanita lain yang melahirkan bayinya melalui operasi sesar. Apa mereka sedang lupa bahwa keinginan untuk bisa melahirkan secara normal adalah mimpi semua para wanita?.

Untuk bisa benar-benar merasakan sakit yang tidak terkira, berjuang demi sebuah pengakuan menjadi ibu sesungguhnya. Walaupun diluar sana masih ada banyak wanita yang tidak kuat menahan sakit sehingga memutuskan untuk melahirkan melalui proses operasi sesar. Atau alasan-alasan medis lainnya yang memaksa mereka menjalani proses kelahiran dengan operasi sesar.

Mereka yang bisa mengurus urusan rumah tangga tanpa bantuan dari adanya pembantu merasa bangga dan kembali mengecilkan mereka yang belum bisa mengurus urusan rumah seorang diri. Apa mereka sedang lupa ya atau tidak tahu bahwa tidak semua dari kita (wanita) memiliki keadaan finansial yang sama ?. Mungkin mereka lupa kalau dalam hati wanita lain pasti juga ada keinginan kuat untuk bisa bekerja namun dengan segenap daya dan tenaga mereka berikan segala hal yang terbaik demi keluarga. Memilih mengurus keluarga di rumah padahal mereka memiliki kemampuan untuk bekerja dan berkarya.

Mereka yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan memilih untuk melanjutkan dunia karir kemudian merasa bangga dan mengecilkan wanita lain yang juga memiliki gelar pendidikan tinggi namun lebih memilih mengurus keluarga. Bahwa percuma saja memiliki gelar pendidikan tinggi namun semua itu hanya menjadi sia-sia belaka karena sebagian dengan memilih menjadi seorang ibu rumah tangga sepenuhnya.

Saya pernah membaca sebuah artikel tentang peran utama sebagai seorang istri dan terlebih lagi peran sebagai seorang ibu itu sangat membutuhkan wanita pintar untuk bisa mendidik dan memberikan yang terbaik bagi buah hati. Jadi, saya rasa tidak akan sia-sia gelar sarjana yang diperoleh jika hanya digunakan untuk mendidik anak dan mengurus keluarga.

Mereka yang sibuk mengurus keluarga menjadi seorang ibu rumah tangga merasa bangga dan memandang sebelah mata wanita yang memutuskan untuk terjun dalam dunia karir karena tuntutan perekonomian keluarga. Mereka berpikir dan menilai kalau para wanita karir hanya mensia-siakan keluarga dan sibuk memenuhi keegoisan pribadi. Kalau suami bisa menjamin kebutuhan keluarga tidak apa-apa, tapi kalau suami masih belum bisa menunjang ekonomi keluarga bagaimana ?.

Dan semua, semua hal yang sedang mereka pikirkan pada wanita lain yang berbeda dengan pikiran mereka sendiri. Saya katakan tetap saja kita sesama wanita tidak berhak menilai wanita lain terlalu jauh melebihi apa yang sedikit kita ketahui. Mari saling berempati, mari saling mendukung, mari saling berbagi kebaikan dan mari bersama-sama tunjukan kepada dunia bahwa bagaimanapun perbedaan di antara kita, kita adalah wanita terhebat.

Wanita itu seperti rumah, rumah sebagai tempat kembali bagi suami dan buah hati. Rumah tempat mereka beristirahat dari semua kepenatan dunia. Rumah tempat orang yang tersayang kembali mencari cinta, kebahagiaan, ketenangan, ketulusan dan kekuatan.

Mereka bilang bahwa wanita selalu iri pada banyak hal yang ada pada wanita lainnya. Dari mulai anak kecil, remaja, dan dewasa pasti ada saja hal yang membuat mereka saling iri. Baik itu tentang barang pribadi, barang fashion, materi, kecantikan, badan yang sempurna, pasangan, karir, kesholehan, sikap dan masih banyak sekali.

Tapi sebelum mereka merasa iri dan membicarakan kekurangan yang ada pada wanita yang lain pernahkah mereka sekali saja berfikir tentang apa saja hal yang telah di korbankan?. Apa saja usaha keras yang telah dilakukan dan apa saja hal yang telah di ambil dalam hidup wanita lain sebelum memiliki hal-hal yang kerap dibuat iri ?.

Itu baru tentang rasa iri yang dimiliki oleh wanita, ada satu sikap lainnya yang begitu dekat dengan diri para wanita yaitu mereka senang menilai. Mereka senang berpendapat namun dalam sudut pandang masing-masing. Meskipun terkadang tidak cukup sebatas itu saja sebagian dari mereka begitu mampu memberi cap pada sesama, cap negatif ? Ya, tapi mereka para wanita beruntungnya telah di ciptakan oleh Tuhan dari semua sari kebaikan.

Wanita adalah cinta, kasih sayang, kepedulian, kepekaan, ketulusan, keikhlasan, kekuatan, keberaniaan, kesetiaan, kehormatan dan wanita adalah wakil dari semua kebaikan Tuhan di bumi ini. Wanita terkadang hanya lupa untuk menempatkan diri mereka pada posisi sesama, ya mungkin karena mereka terlalu asyik melihat segala hal dalam sudut pandang masing-masing.

Namun, percayalah cinta yang ada di dalam hati setiap wanita itu selalu mampu membantu diri mereka sendiri untuk bangun dan berkata cobalah hidup "dalam sepatu" wanita lainnya. Wanita mempunyai kemampuan untuk memberdayakan, membantu wanita lain untuk mampu melakukan hal yang lebih, melihat semua hal lebih dalam lagi dan keajaiban lainnya yang mampu mereka ciptakan. Oleh sebab itu, jangan biarkan perasaan buruk, keegoisan dan segala bentuk ketidak baikkan menghampiri kita.

Rasanya tidak ada habisnya bila saya menulis segala hal tentang wanita, saya senang karena diciptakan menjadi wanita. Sekarang saya belajar tentang banyak hal dan akan terus selalu begitu sampai saya menjadi wanita yang penuh rasa bahagia bagaimanapun keadaannya.

You May Also Like

6 komentar

  1. Bagi sebagian orang, wanita adalah sumber inspirasi yang mampu memberi energi untuk berkarya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, begitu ya mbak. Langsung masuk catatan :D

      Hapus
  2. seharusnya sebagai sesama wanita kita bisa saling mendukung ya, Mba.. betewe, kita sama2 dilahirkan di bulan Juni nih..hihi.. ayo tukar kado.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh-boleh mbak, tuker link blog aja ya, hehehe.

      Hapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.