Mengelola dan Menyalurkan Emosi Secara Tepat

by - Minggu, Juli 17, 2016

Kebenaran sepenuhnya adalah milik Tuhan dan menjadi tugas kita lah untuk mencari kebenaran itu dari mana saja. Rasanya sungguh tidak adil, apabila kita terutama saya yang masih muda ini mudah mengintervensi suatu pembenaran. Padahal orang yang kita temui masih sedikit, buku yang kita baca masih beberapa rak atau kita masih suka malas menganalisa suatu masalah dan sudah terburu percaya pada apa yang baru kita percayai saja.

Dulu saat saya masih terkurung dalam kotak pikiran yang saya buat sendiri, saya mudah sekali marah, saya mudah sekali menyalahkan orang lain dan merasa paling benar. Saya selalu berpikir bahwa ini puncak pemahaman saya, saya sudah mengerti ini dan itu, semua hal. Tapi beberapa waktu kemudian Tuhan mempertemukan saya dengan banyak sekali orang dengan karakter yang berbeda, tujuan hidup yang berbeda, pemahaman yang berbeda, keyakinan yang berbeda juga banyak hal berbeda lainnya.


Saya juga masih ingat betul ketika saya bertemu dengan orang yang karakternya sama betul dengan karakter saya, namun saya masih belum menyadarinya. Ceritanya saat itu saya suka sekali berdebat ala anak muda yang emosinya masih meluap-luap. Saya berpikir kalau dia (lawan bicara saya) terlalu memaksakan sekali sudut pandangnya kepada saya sekalipun jelas-jelas saya tahu ada pedoman kuat yang mendasarinya.

Tetapi disayangkan sekali menurut saya dia belum mengkaji keseluruhan, istilahnya sih percaya pada perkataan dari pemimpin kelompoknya dan ini sama persis dengan saya. Ngotot sekali pada sudut pandang sendiri dengan berkeyakinan bahwa yang saya yakini benar dan memiliki pedoman yang kuat, padahal jelas-jelas saya baru mengetahui kulit luarnya saja. Hehehe

“Jangan terlalu fanatik dengan kelompok, kelompok juga manusia, bisa salah, nanti jadi membutakan kebenaran, jangan sampai opini kita dibentuk oleh media, semua anggota tentu mendukung kelompoknya masing-masing, saya dukung semua yang mengarah betul pada “kebenaran”, tapi pada koridor yang proporsional…”

Nah, kalau seperti itu keliahatan kan jika sebenarnya bukan hanya dalam perkara jodoh saja Tuhan memasangkan kita berdasarkan pada kualitas kepribadian yang sama. Namun hal ini ternyata juga berlaku pada kualitas pertemanan kita. Jangan berhenti membaca, mengkaji dan jangan berhenti mencari teman yang banyak. Terpenting adalah terus meminta bimbingan juga petunjuk dari Tuhan supaya kita selamat dunia maupun akhirat.

Emosi Bisa Menular Melalui Tulisan


Perasaan tersebut kini kembali lagi dalam hidup saya, dulunya saya memutuskan untuk tidak lagi membahas hal-hal pro kontra. Jujur, saya sangat tidak nyaman dengan cacian, bully, saling mengumpat dan menyindir satu sama lain. Tidak sedikit orang yang bilang bahwa sikap saya ini memberikan gambaran kalau saya tidak peduli dan cuek.

Timeline semua media sosial sekarang ini, kembali penuh dengan berita-berita sensitif dan penuh pro kontra yang berhasil memancing pertengkaran. Perbedaan merupakan suatu hal yang biasa dan akan selalu ada selama kita masih hidup. Karena Tuhan menciptakan kita dengan karakter serta pemikiran yang juga berbeda-beda. Namun, perbedaan menjadi sangat mengganggu saat kita menyikapinya dengan emosi yang berlebih.

Tragedi yang terjadi beberapa waktu terakhir ini membuat saya tahu bahwa setiap orang memiliki cara dan pandangan sendiri menghadapi suatu perbedaan. Ada yang bersikap tenang dan bijaksana, ada yang memilih diam seperti saya dan ada yang menyikapi penuh emosi. Mereka saling berlomba menulis opini dan pemikirannya masing-masing.


Padahal menulis itu membutuhkan emosi di dalam diri, hasil tulisan dipengaruhi seberapa kuat kita mengendalikan emosi dan mengedepankan teori dan bukti yang akurat. Saya percaya kalau setiap tulisan mampu mempengaruhi psikologis pembacanya. Sebelum membaca suatu tulisan tidak jarang saya mencari tahu semua kebiasaaan dan kondisi emosional si penulis melalui akun media sosialnya.

Bukan hanya itu saja, sejak pemilihan kepala negara beberapa waktu silam saya merasakan betul gejolak emosi dan gesekan negatif di tengah masyarakat. Hal tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan politik masing-masing. Itupula yang membuat saya untuk lebih teliti lagi saat membaca sebuah tulisan baik itu tulisan di media sosial, website maupun koran dan majalah.

Kalau keadaan emosi saya sedang tidak stabil maka saya memilih untuk diam, tidak menanggapi pemberitaan apapun. Saya sadar, kita sebagai mahluk sosial tidak bisa begitu saja bersikap cuek dan tidak peduli dengan yang terjadi. Tapi itu juga bukan suatu alasan untuk mudah memberikan kesimpulan sendiri, saya memilih tenang dan mencari banyak referensi untuk bahan bacaan sendiri.

Baca Juga : Opini, Masalah Mengantarkanmu Menjadi Pribadi Sebenarnya

Menyalurkan Emosi Dengan Tepat


Saya masih ingat pesan bapak Mario Teguh tentang bagaimana sebaiknya kita menyalurkan emosi dengan tepat. Kenapa emosi yang suka meluap-luap itu harus kita salurkan dengan tepat?. Seperti membaca buku, membaca tulisan–tulisan walaupun blog pribadi orang lain, membuka pikiran, melapangkan hati dalam menerima setiap perbedaan. Hal tersebut memaksa saya untuk tidak bersikap egois ketika bertemu dan berbincang dengan banyak orang.

Saya memiliki beberapa kebiasaan yang sering saya lakukan supaya emosi tersalur dengan tepat. Wajar saja, sebagai manusia kita dibekali emosi namun bukan berarti kita kalah dan dikendalikan emosi sendiri kan?.

1. Mengatur nafas

Saat emosi saya sedang meluap, hal pertama yang coba saya lakukan adalah dengan sejenak menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dalam agama yang saya anut, saat kita sedang marah dalam keadaan berdiri disarankan untuk duduk, kalau sedang duduk disarankan untuk berbaring.

Setelah itu saya mengambil nafas sambil, cara ini terbukti cukup ampuh dapat membuat pikiran saya lebih tenang dan mengendurkan otot-otot yang tegang. Ya walaupun rasa marah tidak langsung hilang begitu saja, semua berproses.

2. Bermain dengan anak kecil

Setelah kondisi emosional saya mulai stabil dengan mengatur nafas, biasanya saya bermain dengan keponakan-keponakan di rumah. Orang bilang kalau anak kecil itu jiwanya masih bersih, ketika berkumpul dengan mereka maka energi positif akan menular pada kita. Cara ini juga terbukti, terkadang saya suka menangis dihadapan mereka kemudian tiba-tiba saja mereka menghapus air mata saya dan memeluk saya.

3. Menjalani Hobi

Teman-teman semua pasti memiliki aktivitas favorit tertentu atau yang biasa kita kenal dengan hobi. Saat emosi kita sedang memuncak maupun dirundung amarah, kita dapat melampiaskannya dengan menjalani hobi. Kalau sedang marah saya pribadi lebih suka membaca Al Qur’an, setelah membacanya hati saya merasa tenang sekali. Menjalani hobi dapat menghindari pikiran kita agar tidak terpusat pada rasa marah dan emosi yang berlebih.

4. Curhat pada sahabat

Mungkin untuk sebagian orang cara ini terlihat klise, tapi apa salahnya untuk kita coba?. Seperti yang sering kita ketahui bahwa terkadang amarah itu sebagian besar mengandung keinginan untuk didengarkan dan diterima. Teman-teman bisa melakukan curhat dengan sahabat tanpa harus meminta solusi atau pendapat dari mereka. Kebanyakan saat kita sedang gelisah dan tidak tenang, kita sebenarnya hanya ingin didengarkan saja.

Hal itu lebih kita butuhkan lho, biasanya saya sering bertingkah lucu dan menghibur ketika selesai mendengar curahan hati sahabat saya. Teman-teman juga bisa memberikan makanan dan minuma manis seperti mini cookies atau es krim untuk membuat sahabat kita merasa lebih baik dan diperhatikan.


5. Menggambar ataupun mencoret

Cara yang satu ini cukup unik tapi bisa teman-teman coba saat sedang memendam kekesalan maupun amarah yang tidak bisa tersalurkan, kita bisa mencoba cara yang satu ini. Siapkan karton putih dan beberapa pensil warna atau alat tulis lainnya. Coretkan pada kertas karton tersebut berulang ulang sambil memikirkan alasan mengapa anda kesal.

Terkadang cara ini membuat orang menggambar dengan cepat dan penuh emosi sehingga dapat menyalurkan rasa amarah yang terpendam. Biasanya saya mengambil sebuah kertas dan mencoret-coretnya dengan bolpen bahkan sampai kertasnya sobek. Hasilnya, emosi saya lebih tersalur dengan tepat daripada menceritakannya langsung di media sosial, malu. :D

6. Berolahraga

Berolahraga dipercaya cukup ampuh untuk bisa mengendalikan amarah. Meskipun tidak sedikit yang menilai kalau berolahraga saat emosi membuat kita semakin lelah. Padahal itu sama sekali tidak benar, saya sudah membuktikan sendiri dengan berolahraga pikiran menjadi lebih fresh. Apalagi kalau kita berolahraga dengan banyak orang.

Biasanya saya melakukan aktifitas olahraga seperti Pilates dan Yoga di sanggar. Selain itu pilih jenis olahraga yang sesuai kegemaran teman-teman, dengan berolahraga, aliran darah dalam tubuh menjadi lancar dan menimbulkan rasa rileks setelahnya.

7. Memukul bantal

Untuk cara yang satu ini jangan heran kalau kita akan sering membeli bantal ataupun guling baru, hahaha. Kesal dengan seseorang, lalu menggunakan kekuatan fisik untuk melampiaskan kemarahan bukanlah hal yang baik. Hal tersebut akan semakin dapat menimbulkan masalah baru lainnya yang lebih buruk. Selain itu menggunakan kekuatan fisik bisa menyakiti diri kita sendiri.

Jadi apa salahnya menyiapkan bantal ataupun guling kemudian memukulnya dengan sepuasnya. Bayangkan dan keluarkan segala uneg-uneg yang ada dalam pikiran kita pada bantal tersebut. Tanpa arus menyakiti diri sendiri memukul bantal dapat membuat kita merasa lebih rileks setelahnya.

8. Melihat wajah di cermin

Ini salah satu kebiasaan saya yang paling aneh dan cukup ampuh meredakan emosi. Kebiasaan sejak saya masih kecil, karena saya pikir untuk bisa selalu merasa bahagia kita harus memiliki sikap dan tingkah laku anak kecil. Caranya cukup mudah teman-teman tinggal meletakkan cermin di hadapan wajah dan tatap cermin itu dengan membayangkan hal-hal yang membuat kita merasa marah.

Nah, kemudian teman-teman akan melihat mimik wajah saat sedang marah dan akan menyadari betapa amarah bisa mengubah wajah menjadi tidak nyaman dilihat yang biasanya terlihat ceria. Gerakkan wajah teman-teman seperti anak kecil atau gerakan wajah jelek dan kita akan tertawa dengan gerakan wajah lucu yang dibuat.


Walaupun dalam keadaan seperti apapun kita disarankan untuk menahan emosi namun bukan berarti kita tidak menyalurkannya sama sekali. Memilih diam saat emosi akan memberikan dampak buruk bagi kestabilan emosi selanjutnya. Kita akan merasa sendiri dan sedih sepanjang waktu, selain itu akan berpengaruh buruk pada kesehatan mental kita.

Oleh sebab itu cara yang baik untuk dilakukan adalah bagaimana kita mengelola emosi atau dengan kata lain menyalurkannya dengan tepat. Disaat kita tidak bisa mengekspresikan emosi secara langsung maka kita bisa mengelola atau menyalurkan emosi tersebut dengan melakukan beberapa aktivitas yang mampu mmebuat perasaan kita senang dan tidak terpusat pada rasa marah dan bentuk emosi lainnya.

Teman-teman juga bisa memilih aktivitas lainnya yang bisa membuat kalian merasa stabil kembali. Dengan menyalurkan emosi secara tepat bukan hanya bisa meredakan emosi dan rasa marah dalam diri kita. Namun juga melatih dan meningkatkan rasa kreatif dan kesehatan kita semua. Yuk, kelola dan salurkan emosi kita secara tepat! :).

You May Also Like

16 komentar

  1. Balasan
    1. Alhamdulillah, makasi mbak amanda sudah sempatkan waktu untuk membaca. ;)

      Hapus
  2. Bercermin, tersenyum dan menarik nafas cukup membantu saya dalam menyalurkan dan mengelolla emosi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Cara-cara tersebut lebih ampuh dan aman untuk menyalurkan emosi kita.

      Hapus
  3. Salah satu tip mengelola emosi ala aku, biasanya aku coba alihkan fokusnya ke diri sendiri, jadi gak melulu fokus ke hal-hal yang bikin emosi muncul. Jadi gak fokus ke masalahnya lagi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak hal itu juga aku coba dan terbukti sih jadinya aku nggak lagi terfokus sama masalah dan emosi.

      Hapus
  4. Kadang mengendalikan emosi itu hal tersulit ya mbak, saya biasanya menghela nafas hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul banget mbak, tapi kalau kita nggak maksa untuk mengendalikan bisa merambat ke masalah lainnya. hehe

      Hapus
  5. Memanh palinh tepat mencurahkan unek2 ke teman sahabat atau orang terdekat biar ngak emosii aja hehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bagian itu kadang aku jadikan option yang kesekian mbak. Soalnya aku takut temanku juga punya masalah, :D

      Hapus
  6. kalau saya biasanya tidur, Mbak. Ga tau kenapa, kalau sedang emosi saya memilih untuk tidur (meski kadang cuma rebahan aja).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, sama seperti pesan rasul kalau sedang marah dalam posisi berdiri disarankan untuk duduk. Kalau sedang duduk disarankan untuk tiduran. :D

      Hapus
  7. Kalo aku makan makanan pedes dan mimi cocacola. Ga sdhat bgt ya tp emosi langsung kabur hahaha

    BalasHapus
  8. iya benar mba, melakukan suatu hal yg menjadi hobi kita bisa membuat kita melupakan sejenak emosi negatif yang ada di dalam diri :D

    BalasHapus
  9. aku kalau emosi tinggal tengkurep aja wkwkwkw daripada pegang gadget takut update status :))

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.