Mudah Percaya Antara Lugu, Polos Atau ...

by - Sabtu, Oktober 22, 2016

Minggu pagi ini smartphone saya berbunyi cukup intens tidak seperti biasanya. Sejak menikah dan resmi menjadi ibu rumah tangga hari-hari saya sepi dari bunyi nada dering smartphone. Beda lagi saat zaman masih pacaran dulu, bunyinya hampir tidak pernah berhenti, hahaha. Pagi ini saya mengirim pesan singkat melalui WhatsApp kepada salah satu teman untuk bertanya masalah pekerjaan.

Namanya juga perempuan, awalnya sih bicara soal kerjaan lama-lama topik yang dibicarakan menjadi banyak dan menghabiskan waktu yang lama. Dari pertanyaan seputar pekerjaan sampai kami berdua saling curhat. Sedikit cerita, saya berteman dengan dia bisa dibilang masih baru sekitar satu tahun terakhir tapi saya cukup merasa nyaman saat mengobrol dengan dia begitupula sebaliknya.

Mungkin karena usia beliau yang diatas saya hingga membuat saya merasa nyaman bila mengobrol maupun bertanya apa saja. Saya cukup kagum dengan dia, bisa dibilang teman saya ini adalah wanita yang kuat, tegar dan mandiri. Sampai akhirnya tadi pagi saya baru tahu kalau ternyata dia pernah dikhianati berkali-kali oleh beberapa orang.

Satu pertanyaan yang seketika itu muncul dibenak saya, “Masih ada aja ya orang yang main curang seperti itu?..”. Saya tidak bisa menceritakan lebih detail kenapa teman saya ini dikhianati tapi yang jelas, tidak ada satupun orang yang mau dikhianati. Sekarang saya semakin paham kalau dunia ini tidak hanya berisi orang baik saja tapi ada banyak orang yang tidak baik diluar sana.


Mudah Percaya, Antara Lugu dan Sedikit Bodoh


Mendengar cerita teman saat dikhianati, saya jadi ingat kembali kalau sebenarnya saya juga sering sekali dikhinati dan dibohongi. Saya ini tipe orang yang mudah sekali untuk memberi kepercayaan kepada orang yang baru dikenal. Mau dikhianati ataupun dibohongi berapa kalipun saya sepertinya tidak jera untuk kembali percaya kepada dia, keterlaluan ya?.

Alasannya apa kok bisa saya kembali percaya sebegitu mudahnya ? simple saja sih, saya cuma berpikir mungkin orang tersebut khilaf. Apalagi kalau mereka sudah meminta maaf dan bersikap baik kepada saya, hati saya pun luluh dibuatnya. Entah apa yang terjadi pada diri saya, antara berusaha untuk sabar dan tidak mau ribut.

Saya percaya kalau apapun yang terjadi di dunia ini pasti sudah mendapat izin dari Allah untuk terjadi. Mau saya ditipu, dikhianati dan dibohongi sesering apapun saya tetap akan merasa baik-baik saja karena itu semua bagian dari ujian hidup. Sampai-sampai mama saya bilang kalau percaya dan bodoh itu beda tipis, hahaha.

Seperti yang teman saya ucapkan dalam chat pribadi kami kalau, “Memang hukum karma tidak ada tapi setiap perbuatan akan mendapat balasannya sendiri..”. Sesederhana itu sih saya menilainya, meskipun pernah satu kali saya dibuat marah besar karena ucapan teman. Namanya juga manusia pasti ada sisi kurangnya ketika dia memiliki suatu kelebihan.

Saya yang bodoh dan mudah percaya ini sangat tidak nyaman kalau disinggung tentang kesetiaan, misal dituduh menggoda pasangan orang. Saya tidak habis pikir, merasakan jatuh cinta saja baru saat pertama berpacaran dengan suami kok sampai dituduh mau begitu. Tapi ya sudahlah itu masa lalu sudah lewat dan banyak pelajaran yang saya dapatkan.

Baca Juga : Opini, Masalah Mengantarkanmu Menjadi Pribadi Sebenarnya

Kenapa Masih Mudah Percaya dan Nyaman-Nyaman Saja ?


Kembali tentang rasa percaya saya yang berlebihan sebenarnya sifat yang seperti ini tidak terlalu baik dan bisa dibilang secara tidak langsung saya mendukung orang lain untuk terus belajar berbohong dan berkhianat. Saya ingat betul, saat mama dibohongi orang karena masalah uang dan pada waktu itu mama dengan mudahnya memaafkan orang tersebut dan tidak lagi jera memberikan sejumlah uang untuk kembali dipinjam.

Saya geram sekali kepada mama, kemudian sambil merenung saya ingat kalau sebenarnya sifat kami berdua tidak jauh beda, mudah dibodoh-bodohi. Eh tapi sebenarnya bisa saja kami tidak memaafkan saat dibohongi tapi kalau masalahnya sudah menyangkut banyak orang adakalanya kami yang mengalah demi kebaikan banyak orang.

Mengalah bagaimana sih, Cha ? semisal kalau mama saya tidak memberi pinjaman uang lalu bagaimana orang tersebut bisa membeli makan anak-anaknya ?. Padahal kami berdua tahu betul gaya hidup orang tersebut melebihi gaya hidup yang memberi pinjaman uang, gemes!. Mau tidak mau mama kembali meminjamkan uangnya demi anak-anak yang sedang kelaparan di rumahnya.

Namun dari semua pengalaman dibohongi dan dikhinati, sebenarnya saya punya beberapa alasan kenapa masih saja terlihat baik-baik saja. Walaupun begitu saya tetap manusia biasa yang bisa marah, sedih dan kecewa. Kata siapa saya tidak marah dan sedih saat diperlakukan seperti itu ? jelas marah dan sedih tapi saya selalu kalah dengan kata khilaf dan ucapan maaf.

Saya yakin kalau diluar sana atau mungkin teman-teman yang sedang membaca tulisan ini memiliki pemikiran dan alasan yang sama dengan saya. Tetap terlihat baik-baik saja meskipun sudah berulang kali dibohongi dan masih saja bisa luluh saat yang bersalah meminta maaf.

1. Tidak Ada Manusia Sempurna

Walaupun terdengar sangat klise tapi tetap saja kita tidak bisa menolak ketentuan ini. Saya juga manusia biasa yang sewaktu-waktu bisa berbuat salah dan semoga saja tidak pernah merugikan orang lain dengan berbuat curang dari belakang. Oleh karena alasan itulah saya kembali memilih untuk memaafkan tapi memang secara otomatis kepercayaan saya kepada orang tersebut berkurang.

2. Tidak Terbiasa Membuka Aib Orang

Saya tahu betul sebagai seorang perempuan saya menuntut diri saya untuk menjadi orang baik salah satunya dengan tidak membuka dan membicarakan aib orang lain. Saya memaafkan dia yang telah berbohong dan berkhianat dengan tetap menutupi kesalahannya. Hal tersebut justru membuat saya semakin kuat saat dikhianati, saya tidak ingin mengungkit lagi apa yang sudah terjadi.

3. Bukan Bodoh Tapi Belajar Mengalahkan Diri Sendiri

Kalau dingat-ingat sudah sering kali saya dibilang bodoh karena mudah memaafkan dan kembali memberi kesempatan kepada orang yang sudah membohongi maupun mengkhianati saya. Tidak apa-apa, mereka belum tahu saja kalau sebenarnya saya sedang belajar untuk mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan diri sendiri bagaimana maksudnya, Cha ?.

Jadi begini, saat kita dikhianati maupun dibohongi pasti rasa marah, sedih, kecewa dan semua energi positif memenuhi pikiran serta hati kita, bukan ?. Saya tidak mau diri saya kalah dengan semua energi negatif tersebut saya belajar untuk terus mengalahkan semua itu walaupun sangat tidak mudah. Saya percaya kalau kebaikan itu bersama dengan kemenangan, itu saja dan saya kembali kuat.

4. Saya Memilih Bahagia

Saat kita dibohongi maupun dikhianati sebenarnya kita tidak perlu merasa bersedih terlalu lama. Suasana hati yang baik adalah salah satu harta berharga, saya selalu menjaga suasana hati saya selalu baik. Salah satunya dengan memaafkan dan berusaha untuk tidak menyimpan dendam apalagi sejak resmi menikah dan menjadi istri.

Kalau suasana hati saya tidak baik pasti berpengaruh kepada suasana rumah dan tentu suasana hati suami. Kasihan suami kalau sudah sibuk dan lelah bekerja tapi saya menampakkan raut wajah dan sikap yang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu saya memutuskan untuk selalu bahagia dan baik-baik saja apapun situasinya.

5. Merasa Tenang

Saya ini tipe orang yang akan melakukan sesuatu bila saya merasa nyaman melakukannya, mau dipaksa bagaimanapun kalau saya sudah tidak nyaman maka jangan harap saya mau. Perasaan nyaman akan saya dapatkan ketika saya sudah merasa tenang dan percaya kepada orang membuat saya merasa tenang. Bisa dibilang karena hal itulah saya mudah sekali dibohongi, ya mau bagaimana lagi saya selalu merasa tenang kalau saya sudah bisa percaya.



Terkadang hidup memang sedikit membuat kita bingung dalam menentukan sikap, namun yang jelas akan selalu banyak pelajaran disetiap episodenya. Sejak kenal dengan suami, saya banyak diberi pelajaran mengenai kehidupan, bagaimana cara bersikap yang benar dan cara menghadapi orang dengan berbagai macam karakter.

Mas Raden ini sudah cukup kenyang merasakan manis, pahit dan asamnya kehidupan karena sejak kecil sampai dewasa dia berusaha hidup madiri dan bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Berbeda sekali dengan saya yang kelihatannya baik dan mudah memaafkan tapi sebenarnya mungkin itu cara saya saja untuk tidak ingin ribut dan kembali santai dengan hidup saya yang senyap.

Semakin bertambahnya waktu dan dengan melewati banyak proses yang tidak mudah, saya mulai bisa menentukan sikap dengan benar. Masih tetap mudah percaya dengan orang lain, masih saja mengira kalau semua orang itu baik, setiap ada orang yang tersenyum itu tandanya dia orang baik, hahaha. Tapi bedanya sekarang setiap kembali ingin percaya kepada orang yang sudah membohongi saya, suami selalu mengingatkan semua konsekuensinya.

Saya selalu ingat pesannya, “Kamu sudah dewasa dan tahu membedakan mana yang baik dan buruk kalau itu baik untuk banyak orang lakukan saja. Terus belajar kalahkan semua hal negatif dalam dirimu dan jangan membuang waktu dengan mengulang kesalahan yang sama..”. Jadi, menurut teman-teman mudah percaya itu apakah lugu, polos atau sedikit bodoh ?.

Apapun itu penilaian kalian yang terpenting adalah bagaimana teman-teman menentukan sikap dan terpentig harus nyaman melakukannya. Mau dimaafkan silahkan, tidak dimaafkan itu hak teman-teman atau kembali percaya kepada mereka yang sudah berkhianat dan membohongi kita itu adalah pilihan teman-teman semua. Tentukan sikap dan pastikan itu baik bagi semuanya, Happy Weekend, Guys!.

You May Also Like

19 komentar

  1. Kita terkadang mudah percaya pada orang lain karena berkaca pada diri kita sendiri Mba.. Kita kan gak pernah curang atau apalah kepada orang lain, dengan demikian harapan kita seperti itu juga, orang lain gak akan mencelakakan kita.. Tetapi terkadang meleset juga Mba.. ada aja orang yg mengecoh kita..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul mbak, saya sering kali begitu. Akhirnya cuma bisa ngelus dada dan kapok :D

      Hapus
  2. Ada ungkapan seperti ini: "memaafkan bukan berarti melupakan".
    Kalau orang sudah berbuat salah ya maafkan.
    Tapi kesalahan itu dijadikan pelajaran bagi kita sendiri.
    Sehingga kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari.

    BalasHapus
  3. Aku nggak percaya karma, tapi aku percaya hukum sebab-akibat itu ada. Jadi kalau ada seseorang yang mengkhianati atau membohongi, pertama-tama prasangka baik dulu, khilaf kali dianya hihi. Kalau memang dia berniat jelek, itu bakal kembali pada pelakunya kok, jadi nggak terlalu baper deh :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip, setuju mbak. Kita husnudzon saja ya biar enteng di pikiran.

      Hapus
  4. kadang terpancing ya buat ikut curhat. aku juga kadang gitu tapi ada sih yang ditutup rapet juga hehehe sampai digoyang temen juga susah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya malah susah buat cerita sama teman mbak, khawatir teman yang saya jadikan tempat curhat masalahnya lebih besar. :D

      Hapus
  5. Apa yang kita lakukan ke orang lain merupakan cermin diri kita. Tapi sebaiknya memang kita selalu positif tapi tetap mawas diri :)
    Kalau dibalas air tuba ya itu urusan dia yg ptg kita sudah melakukan hal yang patut :)
    Great Post Mba.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Point utamanya memang tetap positif thinking aja ya mbak, selebihnya biar yang Maha Kuasa dan yang membohongi. :D

      Hapus
  6. Ngga apa-apa kayaknya mudah percaya juga, selama tetep mawas diri .. wkwkwkwk. Apa ceunah.
    Hmmm, kalau kata saya, mungkin orang tersebut positive thinking kali yak. Begitu dikhianati, mungkin berpikir ada sesuatu alasan di balik itu. Apa yang dia bilang tentang bahwa tidak ada karma itu betul sih. Kalau saya berpikirnya, ya sudahlah toh Allah mah ngga tidur ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, cuek ajalah ya sedih boleh tapi ya jangan lama lama juga.

      Hapus
  7. Aku pun kadang begitu, mudah percaya tapi nggak jarang yang akhirnya berkhianat. Tapi aku tetap yakin sama doa, doakan saja mereka supaya sadar. Dan aku percaya orang yang hidupnya merugikan orang lain nggak akan nyaman dan tenang.

    BalasHapus
  8. aku sama dengan dirimu. Aku mudah percaya para orang lain, mudah kasihan pula dan mudah memaafkan. karena aku selalu mikir, biar bagaimanapun, jika sudah ditakdirkan, maka gunungpun bisa ditembus jika Allah sudah menghendaki untuk terjadi. Dan aku percaya bahwa jika aku berniat baik insya Allah semua akan berbuah kebaikan (meski untuk itu harus mengalami kepahitan dulu).

    BalasHapus
  9. Aku pun termasuk orang yang gampang percayaan mba makanya ketika dikhianatin orang sadarnya telat. Sekarang sadar banget kalo hati orang siapa yang tau, sedetik kemudian bisa berubah.
    Tapi inget aja sama janji Allah, kalo kebaikan sekecil apapun pasti ada balsannya, begitu pun sebaliknya :)

    BalasHapus
  10. Beberapa kali saya dikasih tahu orang begini, "kamu itu cuman dibohongi..." Ya, karena saya terkadang juga terlihat berbicara dengan mereka yang senang bohong. Lah, padahal kan saya hanya menghormati orang yang ngajak bicara. Masa iya mereka ngajak bicara kita cuekin? Hihihi. Ya, karena saya selalu ketika bergaul dengan orang pasti akan mencoba mempelajari karakternya, lewat perjalanan waktu saya akan paham siapa dia. :)

    Nasihat suaminya bijaksana sekali, mbak. Sebagai istri, kita memang harus taat dengan suami sepanjang baik dan tidak melanggar agama. Biar dinilai lugu, yang penting hati kita tenang. :)

    BalasHapus
  11. Ah, kita sama. Mudah percaya sama orang hingga sering dibodohi. Wkwkw..
    Tapi memang iya, bener katamymu, nyaman itu perlu. Nyaman dengan orangnya, nyaman dengan sifatnumya, dan lainnya.

    BalasHapus
  12. Masalahnya, aku juga gampang percaya, tapi untuk yang kedua kalinya percaya sama orang yang samam, terkadang masih ragu bak :)

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.