Kenapa Harus Menjadi Seorang PNS ?

by - Selasa, Oktober 18, 2016

Tidak sedikit pasangan muda yang banyak menunda untuk menikah dengan alasan belum mapan, belum punya pekerjaan yang sesuai, masih mengejar karir dan berbagai alasan lainnya yang berhubungan dengan masalah finansial. Begitu juga yang saya dan mas Raden alami saat masih belum menikah dulu. Waktu itu kami merasa belum saatnya untuk menikah apalagi mas Raden belum memiliki pekerjaan yang “Pasti”.

Bagi kami yang lahir, besar dan tinggal di Bangkalan memiliki pengertian sendiri tentang pekerjaan yang “Pasti”. Terutama kedua orang tua mas yang masih belum yakin kalau putranya tersebut bisa membangun sebuah keluarga. Tidak sering kalau suami saya ini dulunya mendapat pertanyaan lama ketika dia menceritakan keinginannya untuk menikah.

Seperti, “Nanti kalau nikah mau kamu kasih makan apa istri dan anak-anakmu?” pertanyaan seperti itu yang sering mengecilkan nyali mas untuk menikah. Apalagi pekerjaan suami yang memang tidak seperti orang pada umumnya. Tidak sedikit lho yang heran dengan pekerjaan suami yang sehari-hari banyak diam di rumah tapi bisa menghasilkan uang.



Kenapa Harus Memilih Menjadi Seorang PNS ?


Saya sering dibuat tertawa saat suami bilang seperti ini, “Orang-orang pasti ngira aku melihara tuyul, kerjanya nggak kelihatan tapi bisa menghasilkan uang..”. Begitupula dengan keluarga suami yang memang meragukan kemampuan finansialnya. Meskipun penghasilan suami tidak banyak dan bisa dikatakan berkecukupan tapi kami sudah sangat yakin untuk menikah pada saat itu.

Cuma ya balik lagi kalau pekerjaan suami belum “Pasti”, bagi sebagian besar orang Indonesia terutama orang Madura pada umumnya pekerjaan yang “Pasti” itu adalah menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil atau PNS. Sederhananya, kalau belum PNS berarti hidup belum mapan. Prinsip yang seperti itu yang membuat kami merasa kalau mereka menilai dunia ini begitu sempit.

Padahal diluar sana ada banyak sekali pekerjaan yang sangat mampu menjamin hidup dan kebahagiaan seseorang. Bukan sekadar menjadi seorang PNS saja, tapi ya mau bagaimana lagi kalau masih banyak orang sudah yakin bahwa menjadi PNS akan bisa menjamin kehidupan. Benar saya akui, menjadi PNS memberikan cukup banyak kemudahan seperti misalnya dana pensiun yang akan didapat saat hari tua, kemudahan saat meminjam sejumlah uang pada bank dan lain sebagainya.

Tentunya selain mendapat gaji yang tinggi dan yang paling membuat hati tenang menjadi seorang PNS akan jauh dari PHK. Jadi, memang tidak heran kalau sebagian besar orang Indonesia bukan lagi orang Madura beranggapan bahwa PNS adalah profesi untuk calon menantu yang ideal. Sedikit banyak saya tahu kalau profesi ini sebenarnya tidaklah selalu menyenangkan, ini berdasar cerita pengalaman teman-teman saya yang bekerja di beberapa kantor Dinas di Kabupaten Bangkalan.

Baca Juga : Akhirnya, Kami Resmi Menikah!

Ketika Suami Berhenti Dari Kantor


Sedikit cerita, jauh sebelum memutuskan untuk fokus bekerja tidak kasat mata, hahaha maksudnya duduk di depan laptop dengan berbagai jenis coding suami saya dulunya pernah mencicipi rasanya bekerja di salah satu dinas di Kabupaten Bangkalan. Meskipun belum resmi diangkat sebagai PNS tapi dia cukup banyak tahu bagaimana susah senangnya menjadi salah satu bagian dari abdi negara.

Hampir 6 tahun lamanya suami bekerja sebagai pegawai sukwan hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dan memilih profesi yang lain. Keputusan suami untuk keluar dari kantor pada waktu itu banyak mendapatkan pertentangan dari semua keluarga besarnya. Keluarga besar suami menolak keras dia berhenti menjadi pegawai sukwan, salah satu alasannya karena sayang.

Bapak, ibu mertua dan semua saudara ipar memang berprofesi sebagai seorang PNS jadi wajar kalau suami sangat diharapkan sekali juga mengikuti profesi yang sama seperti mereka. Mereka marah besar saat mengetahui alasan suami keluar dari kantor hanya karena merasa sudah tidak cocok dan tidak betah lagi bekerja sepanjang hari di kantor.

Mas Raden memang bukan tipe orang yang bisa duduk tenang dalam waktu lama pada satu tempat, dia tidak akan pernah betah. Bukan hanya itu saja, setelah saya tanya lebih detail lagi alasan dia berhenti dari kantor karena tidak ingin menanggung sesuatu diluar kemampuannya. Dia merasa memiliki beban saat menanggung nama besar seseorang yang waktu itu membantunya untuk bisa menjadi pegawai sukwan.

Serta alasan-alasan lainnya yang tidak bisa saya ceritakan lebih detail lagi yang akhirnya membuat dia mantap mengambil keputusan besar tersebut. Saya sebagai teman dekatnya waktu itu berusaha untuk memahami keadaannya dan mendukung setiap keputusan yang dia pikir baik untuk kehidupannya. Jujur saja, tidak mudah untuk bisa lepas dari “Bully” keluarga dan masyarakat pasca berhenti dari kantor.

“Duh, kok berhenti kan eman..”, “Kerjamu sekarang apa? Apa nggak pikir lagi pas keluar dari kantor?..”, “ Kamu kenapa nggak mau sabar sih sampai diangkat jadi PNS?” dan pertanyaan lainnya yang membuat saya terus menguatkan suami dengan keputusan yang sudah diambil. Setiap ditanya dengan pertanyaan yang sama, kami selalu berpikir positif kalau sebenarnya mereka itu perhatian dengan suami.

Belum lagi saat ada yang mendengar kalau teman kantor suami sudah diangkat menjadi PNS. Kembali lagi suami saya harus dibanding-bandingkan dan dicerca dengan pertanyaan yang sama. Untungnya dia tipe orang yang cukup cuek menanggapi penilaian orang, tapi tetap saja sebagai laki-laki dan kepala rumah tangga tidak jarang dia merasa terusik dengan hal seperti itu.

Baca Juga : 10 Hal yang Dirasakan Pasca Menikah

Kadang kalau saya pikir-pikir lagi kenapa ibu, bapak mertua dan semua saudaranya bersikeras supaya suami tetap di kantor itu karena mereka sudah punya pengalaman. Sebagai orang tua, wajar kalau mertua saya mengkhawatirkan keadaan ekonomi kami berdua setelah menikah apalagi pekerjaan suami menurut mereka tidaklah jelas, hehehe.

Berbekal dengan keyakinan kepada Allah yang Maha Kaya dan usaha yang kami berdua lakukan, alhamdulillah sampai detik ini keadaan perekonomian keluarga kecil kami masih stabil. Saya dan suami berkeyakinan bahwa hidup tidak mungkin tanpa adanya ujian. Ujian apa saja, ya salah satunya dari masalah yang paling sensitif yakni uang.

Mungkin sudah takdir suami untuk tidak berprofesi menjadi seorang PNS, jalan ini yang sudah dia pilih dan saya percaya dia sudah memikirkan matang-matang segala konsekuensinya. Meskipun usia pernikahan kami masih seumur jagung tapi saya cukup mengenal baik dan paham dengan jalan pikirannya juga prinsip hidupnya.

“Dan sungguh Kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs Al-Baqarah 2: 155).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memberikan rasa ketakutan secukupnya saja bukan ketakutan yang berkelanjutan, demikian juga kelaparan dalam beberapa waktu dan kekurangan harta dalam ukuran tertentu. Setiap membaca potongan ayat tersebut hati kami berdua semakin mantap dan memasrahkan semuanya kepada Allah saat masih saja ada beberapa orang yang membully suami.

Saya kenal sekali siapa mas Raden, suami saya ini tidak akan tenang hidupnya ketika tanpa sengaja apalagi sengaja mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Dia yakin kalau ada orang lain yang lebih berhak menggantikan posisinya di kantor. Apalagi sejak kami menikah, dia sangat berhati-hati sekali dengan apa yang kami makan dan kami pakai.

Semua orang butuh bekerja untuk bisa meneruskan hidup dan pekerjaan atau profesi seperti apa itu menjadi pilihan masing-masing. Selama itu halal dan tidak menyalahi hak orang lain, ya silahkan saja. Cuma ada baiknya supaya kita tidak membiasakan diri untuk menilai seseorang dari profesi mereka. Tulisan ini hanya sekadar cerita pengalaman kami berdua, semoga bisa diambil hikmah dan pelajarannya ya.

Salam, Riska dan Raden.

You May Also Like

40 komentar

  1. Di manapun menjadi PNS tetap diidam-idamkan tetapi banyak juga yang malah memilih jalur lain untuk tetap bertahan hidup. Padahal di Korea itu, jadi PNS malah dianggap sebagai orang kurang mampu. Mungkin karena gaji swasta dan pengusaha lebih banyak daripada jadi PNS ya. Kebalikan di negara kita. Ah entahlah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti sama saja ya mabk kalau begitu?. Kalau di Korea bisa dinilai seperti itu untuk ukuran PNS, tapi apapun pekerjaannya yang penting halal deh. hihihi

      Hapus
  2. Ah. Di rumah saya PNs juga segalanya. Tapi aku udah ngasih tahu ortu sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, aku sudah pernah baca pengalamannya mbak. Semangat ya mbak :)

      Hapus
  3. Sama, diwilayah saya tinggal pun masih mendewakan PNS, dengan bekerja sebagai PNS maka bisa dikatakan sejahtera.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mugngkin karena dapat dana pensiun kalau sudah masuk masa pensiun mbak. :D

      Hapus
  4. Sama jugaaa. Di kampungku sana jadi PNS itu idaman banget. Sampai banyak yang rela keluar uang banyak untuk 'DP'.

    Kalau keluargaku nggak ada yang jadi PNS, petani semua soalnya, hehehe. Lain dengan keluarga suami yang rata2 PNS. Termasuk suamiku, wahaha.Padahal ya jadi PNS perasaan biasa2 aja deh, nggak yang uwow banget. Dan godaannya besar, hiks. Harus kuat2 iman biar nggak kejebak untuk menerima yang bukan haknya. Taulah ya apa yang aku maksud.

    Doakan ya pemirsa, agar bisa jadi keluarga PNS yang bersih dan berkah. Amin :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, enggak jauh beda ya mbak. Disini untuk bisa jadi PNS mensti bayar dana sebesar satu unit mobil, :D

      Aamiinn, semoga dijaga terus sama Allah supaya selamat dunia akhirat. :)

      Hapus
  5. papaku PNS Mba, dan 3 orang adikku (adikku ada 4, yang satu masih kuliah) juga sudah jadi PNS. saya sering ditanyain kapan jadi PNS? mendengar pertanyaan seperti itu saya hanya tersenyum. Bukan gak pengen jadi PNS sih, beberapa kali pernah ikut tes PNS jadi mungkin belum nasib jadi abdi negara, hehehe :)

    menurut saya, apapun pekerjaannya yang penting halal yah harus disyukuri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa diterima PNS mbak di tes selanjutnya. Setuju, apapun itu yang penting halal ya mbak :)

      Hapus
  6. Pemikiran jaman dulu yang masih terbawa sampai sekarang (terutama di daerah yang belum termasuk kota besar, seperti juga di tempat saya tinggal) ya seperti yang diceritakan di atas itu.

    Mungkin dulu pembandingnya adalah pekerjaan bertani/berkebun yang penghasilannya tidak tetap. Berbeda dengan keadaan sekarang yang sudah banyak menyediakan lowongan (bahkan bisa menciptakan lapangan) kerja sendiri. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak orang yang belum bisa move on kalau pekerjaan yang enak bukan hanya PNS saja mbak. Apalagi sampai rela bayar dengan harga yang cukup fantastis.

      Hapus
  7. Di daerahaku juga begitu mba. Pegawai negeri dianggap lebih unggul secara materi dan kedudukan sosial. Padahal ya biasa aja. Banyak suka dukanya. Eh, suamiku PNS, adik juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya nggak ada yang salah ketika memilih PNS sebagai profesi ya mbak, cuma memang di beberapa daerah anggapan atau penilaian tentang profesi ini berlebihan.

      Hapus
  8. Aku nggak pernah bercita2 jadi PNS, nggak pengen blas, lebih suka wiraswasta atau kerjaan lapangan eh malah nyemplung jadi PNS karena usaha macet dan iseng ikut daftar.

    Lumayan sih bisa buat pegangan tapi gaji PNS skrg malah tinggian job review ngeblog #eh.

    Lebih enak kerja tak kasat mata say, nggak perlu ngantor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah kalau gitu mbak. Jarang-jarang lho bisa keterima tes CPNS, hehehe.

      Hapus
  9. Di kampung saya PNS pada kaya-kaya...
    tapi di kampung saya juga, SEMUA PNS pada punya HUTANG!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, kan buat masuknya harus mengeluarkan sejumlah dana mbak :D

      Hapus
  10. Saya tidak punya hubungan baik sama Ibu karena ga jadi PNS sampe sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Tuhan, sampai sebegitunya kah mbak? sabar ya mbak.

      Hapus
  11. malah suamiku melarang anaknya masuk pns, jadi anakku kerja di perusahaan besar swasta. banyak yang agk bener di sistim kerja pns, karier kadang bukan krn hasil kerja keras dan amsih banyak lagi tapi itulah pns bisa jadi banayk penggemarnay terutama ibu2 soalnay untuk ijin mudah sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang kebanyakan yang jadi PNS ibu-ibu sepertinya mbak, ya mungkin bisa bebas ijin kali ya, hehehe.

      Hapus
  12. Iya di Kediru juga gitu kok, banyak yg berpikir kalau jadi PNS itu hidupnya bakalan mapan. Kalau aku pribadi sih gak harus ya, rejeki kan udah diatur sama Gusti Allah. Jadi ga perlu worry. Selamat berjuang, penganten.

    BalasHapus
  13. Kalau kata teman saya, SK nya bisa buat jaminan utang..hehehe
    Entahlah. Ikut tes CPNS berkali-kali karena memang sudah seperti tujuan hidup buat dia.
    Untungnya di kesempatan terakhir (umur maksimal) dia keterima :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, SK nya bisa dibuat apa saja *ajaib. Wah, siapa itu mbak ? hehe.

      Hapus
  14. Profesi apapun yg dilakoni yg penting halal.. Kalo orang sering milih jadi PNS krn ada pensiunan jaminan utk hari tua ali nilainya tak seberapa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, intinya pekerjaan apa saja yang penting halal ya.

      Hapus
  15. Dulu berkali kali ikut tes, tp cuma mentok tahap 1-2 aja ris aku, kayaknya emang ga bakat apa gimana ya hihi,
    Dsn sebenere hati jg blum kepinhin2 banget ksrena takut penempatsn yg jauh dari duami, jd akhirnya blum minat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, belum ada rezeki di PNS mbak. Jadinya sama Allah nggak dikasih ijin deh. :D

      Hapus
  16. PNS oh PNS, hmmm bahasan yang gk kelar2 ya Ris. Padahal rejeki bisa di dapat dari pintu mana aja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, betul mbak. Jadi ibu rumah tangga aja mungkin ya :D

      Hapus
  17. Keluarga saya kebetulan blum prnh ada yg jadi PNS saya jg blum tertarik pdahal kyknya enak hehhe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kerja apa aja yang penting halal dan bikin enak mbak, hahaha.

      Hapus
  18. Kalau dikeluarga saya mah gak ada yang jadi pns dan hanya bapak saya saja dan itupun dulu dan dia memutuskan untuk mengundurkan diri karena waktu itu penghasilannya masih kecil mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dulu penghasilan PNS kecil ya Kang beda banget sama PNS sekarang, katanya sih begitu.

      Hapus
  19. jangan deh jangan, jadi blogger aja bebas gak terikat aturan :p

    BalasHapus
  20. Memang hidup itu sawang sinawang kata orang Jawa, :)
    Jadi PNS semakin ketat sekarang.
    Daaann....banyak juga PNS yg hutangnya banyak hihihi

    BalasHapus
  21. PNS itu menjajikan kemapanan dan konsistensi gaji bahkan saat keadaan pandemi seperti sekarang ini. Ya kita sama-sama tau kerja jadi PNS itu seperti apa.

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.