Bertahan di Tengah Pandemi Corona

by - Selasa, April 28, 2020

Sudah lebih dari sebulan saya dan keluarga bertahan hidup di tengah badai pandemi Corona. Mengikuti aturan pemerintah untuk beraktifitas di dalam rumah dan hanya pergi keluar rumah jika ada keperluan yang sangat penting. Sebisa mungkin kami lakukan semuanya dari rumah tidak terkecuali dengan mencari nafkah dari rumah.

Bertahan dari pandemi Corona itu artinya kami harus kembali hidup berhemat, memprioritaskan apa yang menjadi kebutuhan bukan keinginan semata. Penghasilan kami terhitung pas-pasan saja. Padahal tagihan bulanan seperti air, listrik dan internet tetap berjalan seperti biasa.

Terlebih di rumah ada dua lansia dan satu batita yang paling rawan terkena virus Covid-19 ini. Rasa bosan dan jenuh sudah mulai akrab dengan keadaan kami saat ini. Sembari menghilangkan rasa bosan saya dan suami mencoba mencari alternatif lain untuk mendapatkan pemasukan. Tidak bisa berdiam diri saja, kami harus bergerak meskipun mungkin lamban.


Kami memutar otak mencari cara supaya bisa menyelamatkan perut seisi rumah. Saya sendiri memilih membuat jajanan untuk dijual kembali sebagai hidangan saat berbuka puasa di bulan Ramadan ini, sambil menunggu tawaran pekerjaan sebagai bloger dari pesan email maupun chat WhatsApp yang masuk. Sedangkan suami masih berkutat dengan pekerjaan hariannya mengurus website.

Berhemat Demi Bertahan di Tengah Pandemi Corona


Sebenarnya ada banyak tips keuangan untuk bertahan di tengah pandemi Corona yang ada di internet namun sayangnya tidak semua tips tersebut cocok untuk dipraktekkan dalam keluarga kami. Kami memiliki cara sendiri untuk berhemat. Seperti yang saya bilang tadi yakni memprioritaskan apa yang menjadi kebutuhan, untuk waktu yang belum pasti terpaksa keinginan harus dikesampingkan dulu.

Kebutuhan seperti beras, lauk, sayur, bumbu-bumbu dapur kami beli dengan cara mencicil sedikit demi sedikit. Sabun, shampo, pasta gigi, popok anak dan susunya juga kami beli sedikit, kalau biasanya saya belanja untuk keperluan selama satu bulan kali ini sudah tidak lagi bisa. Pagi ini saja tiba-tiba kulkas di rumah kami mati, ternyata sudah rusak, lagi-lagi kami harus cerdik untuk mengakali keadaan ini.

Uang belanja harian yang biasanya seratus ribu untuk dimakan lima orang terpaksa saya pangkas menjadi 50 ribu sehari untuk buka puasa dan sahur. Sebenarnya kunci dalam bertahan di tengah pandemi Corona ini adalah penerimaan, menerima kalau keadaannya memang seperti ini. Membiasakan dengan keadaan yang serba terbatas bahkan cenderung kurang.

Belum lagi ibu saya yang seorang pasien gagal ginjal, seminggu dua kali harus menjalankan cuci darah di rumah sakit. Beberapa vitamin yang harus dikonsumsi untuk mempertahankan fungsi ginjalnya yang sudah tidak normal memang tidak ditanggung oleh pemerintah. Di tengah keadaan seperti sekarang rasanya tidak mungkin kalau tidak beli vitamin untuk ibu.

Ya, saya percaya Tuhan itu tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hambaNya. Alhamdulillah, selalu ada uang lebih saat waktu beli vitamin tiba. Biasanya saya harus pergi ke apotik untuk membeli vitamin tapi sekarang mengingat ibu dan bapak yang rawan terkena gejala virus corona saya membelinya secara online dan bisa langsung diterima saat itu juga.

Ada aplikasi HaloDoc yang membantu saya untuk membeli vitamin untuk ibu, tidak perlu keluar rumah dan vitamin yang dipesan diantar langsung ke rumah, tinggal menunggu tidak sampai satu jam vitamin yang saya pesan tiba. Bukan cuma beli obat tapi di HaloDoc kita bisa berkonsultasi dengan dokter.

Dan fasilitas konsultasi dengan dokter ini sangat membantu kami apalagi saat tiba-tiba kondisi ibu ngedrop sedangkan peraturan sekarang tidak boleh ke rumah sakit jika keadaan pasien tidak gawat. Di aplikasi HaloDoc saya bisa berkonsultasi langsung mengenai keadaan ibu dengan dokter spesialis ginjal tanpa harus pergi ke rumah sakit dan mengantri untuk diperiksa.

Semua gratis tanpa mengeluarkan biaya, bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, tentu hal ini sangat membantu kami yang sedang berhemat di tengah pandemi Corona. Sambil terus berharap dan berdoa semoga badai ini cepat berlalu, hidup kami bisa kembali seperti sedia kala lagi.

Walaupun Corona membuat banyak orang kehilangan pekerjaan dan hidup pas-pasan tapi yakinlah bahwa nikmat Tuhan akan hadir lebih banyak lagi. Bertahan lah!.

You May Also Like

1 komentar

  1. Semoga wabah ini cepet berlalu ya mba Riska.. sehingga kita bisa balik ke aktifitas normal tanpa hrs kuatir lagi bakal tertular. Tapi aku slalu percaya , Allah ga bakal kasih ujian di luar batas kita. Selepas melewati wabah ini, kita pasti jd lebih kuat :). Semangat mbaa :)

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.