Pentingnya Memaafkan dan Meminta Maaf Dalam Rumah Tangga

by - Kamis, Agustus 08, 2019

Sebagai pengantin baru yang baru menikah dua bulan yang lalu, wajar sekali kalau saya dan suami sedang happy-happynya. Bisa dibilang lika-liku masalah dalam rumah tangga kami pun masih belum terasa, bawaannya selalu ingin berdua dan bermanja-manja. Semisal jika ada sedikit perselisihan pasti saya atau suami langsung mencoba menghilangkannya dengan meminta maaf.

Selisih pahamnya juga tidak terlalu serius, biasanya soal pekerjaan atau saat menata setiap ruangan di dalam rumah. Dari awal pacaran dulu kami sadar betul kalau bukan hal mudah untuk bisa tetap terus menjaga perasaan cinta di dalam hati masing-masing. Mungkin jatuh cinta itu mudah tapi menjaganya yang susah dan harus punya cara tersendiri.

Sampai saat ini saya sering sekali melontarkan pertanyaan yang sebenarnya terdengar konyol kepada suami, “Mas bosan nggak sama aku ? Mas masih sayang kan sama aku..?”. Dua pertanyaan tersebut yang sering membuat suami saya tertawa terbahak-bahak setiap mendengarnya. Namun dia selalu punya jawaban yang tepat dan membuat saya merasa tenang meskipun pada akhirnya saya akan kembali mempertanyakan hal yang sama, hahaha.

Begitu pula saat kami sedang berselisih paham saya yang terlebih dahulu khawatir, khawatir kalau dia akan jenuh dengan sikap saya. Padahal sebenarnya suami santai-santai saja, dia paham kalau istrinya ini memiliki kestabilan emosi yang masih perlu diperbaiki. Namanya juga perempuan, kalau belum cari masalah duluan sama suami rasanya ada yang kurang, betul tidak ?. :D


Akhirnya, Masalah Mulai Datang !


Memiliki suami dengan kebiasaan dan tata krama yang begitu terjaga ternyata menjadi satu kebahagiaan tersendiri untuk saya juga sekaligus masalah. Lho, kok bisa begitu, Cha ? Iya bisa lha, saya pernah cerita sebelumnya di blog ini kalau suami saya berasal dari keluarga ningrat yang penuh tata krama dan kesopanan dalam bersosialisasi.

Singkat cerita, pada saat itu saya sedang mengantuk berat dan kalau sudah begitu saya tidak akan bisa menahan rasa kantuk itu lagi. Ditambah perubahan tubuh saat dilanda kantuk yang berat, saya merasa geli dan nyeri diarea sekitar paha juga kaki, aneh ya ?. Kebetulan saat itu kami berdua sedang silaturahmi di rumah salah satu kerabat dekat suami.

Karena sudah tidak kuat menahannya saya cuma bisa diam sepanjang obrolan malam itu. Lama kelamaan saya putuskan untuk mengirim pesan ke handphone suami supaya cepat pulang. Alhamdulilah, dia merespon permintaan saya dan langsung pamit pulang tapi ternyata drama belum selesai sampai disitu.

“Kalau bisa, jangan bersikap seperti itu lagi dan coba kamu ubah kebiasaanmu itu..” Jelas suami saat kami ada diatas motor menuju rumah. “Kebiasaanku yang mana ? aku ngantuk mas! Dan bla bla bla..” saya menimpali dia dengan jawaban yang penuh emosi. Entah kenapa akhir-akhir ini saya sulit sekali menahan emosi, mudah sekali tersinggung padahal saya bukan tipe perempuan yang seperti itu.

Baca Juga : Cerita Pengalaman Beradaptasi Dengan Keluarga Ningrat

Setibanya di rumah sebenarnya suami sudah berusaha menenangkan saya sambil mengajak bercanda dan mencoba menjelaskan maksudnya. Tapi entah kerasukan apa malam itu, saya masih saja tidak terima dan terus marah. Sampai keesokan harinya kondisi hati saya mulai normal namun saya merasa suami mulai bersikap dingin.

Apa tujuan utama dari menikah ?. Pikiran saya kembali mengingat pertanyaan dari bapak penghulu saat kami ijab kabul dua bulan yang lalu. Dengan penuh kesabaran bapak penghulu menjelaskan kepada kami kalau tujuan dari menikah adalah untuk mendapatkan ketenangan. Allah menciptakan setiap mahluknya untuk saling berpasangan agar hati menjadi tenang.

Kalau kami tidak mendapatkan ketenangan dalam pernikahan kenapa harus menikah ? tetiba lamunan saya buyar dan sadar kalau saya salah, saya yang pertama kali menciptakan suasana tidak tenang di dalam keluarga kami. Dari pengalaman tersebut saya dan suami belajar seni memaafkan dan meminta maaf, saya ingat ucapan dari salah satu teman.

“Tahun pertama dalam hubungan pernikahan akan dipenuhi dengan rasa cinta namun ditahun selanjutnya hanya ada rasa pengertian satu dengan yang lainnya..”

Kalau kamu mengaku cinta kenapa kamu masih belum bisa memahami dia dan meminta maaf terlebih dahulu ? bukankah kamu yang pertama memaksanya untuk bersikap dingin ?. Seketika itu air mata saya jatuh, saya merasa sangat malu kepada Allah dan merasa tidak becus menjaga amanah dariNya. Masalah yang hadir dalam sebuah pernikahan merupakan cara termanis dari Tuhan untuk memberikan kami pelajaran salah satunya adalah berani meminta maaf dan memaafkan.

Kemampuan Meminta Maaf dan Memaafkan Itu Penting Dalam Rumah Tangga


Ketika baru menikah kita sering mendapat doa semoga Sakinah Mawaddah Warahmah, kalau coba dicerna lagi arti ungkapan tersebut penuh pengharapan yang sangat baik bagi sebuah keluarga. Sakinah, mawaddah, wa rahmah merupakan sebuah pokok yang harus ada dalam menjalin kehidupan berkeluarga. Agar kehidupan suami istri menjadi aman, tentram dan damai, kedua belah pihak (suami-istri) diharuskan untuk saling pengertian, saling mencintai, saling menjaga, saling memberi kepercayaan dan kasih sayang sepenuhnya.

Jadi untuk bisa mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah salah satu karakter yang harus dimiliki adalah berani meminta maaf dan memaafkan. Saya tidak bisa membayangkan jika ada pasangan suami istri yang tidak mempunyai karakter tersebut dalam dirinya pasti rumah tangga penuh dengan pertengkaran.

Gengsi untuk meminta maaf dan keras kepala untuk bisa memaafkan, semisal suami yang telat menjemput istri lalu membuat istri marah-marah padahal suami sudah meminta maaf. Atau jika berbuat salah, istri tidak punya keberanian untuk mengakui dan meminta maaf pada suami, justru membela diri. “Aku kan begini gara-gara kamu! Bukan aku yang salah dong!”.

Seharusnya, konflik bisa menjadi sarana untuk lebih memahami pasangan. Oleh sebab itu pasangan harus belajar untuk saling memaafkan. Memaafkan merupakan salah satu jalan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi. Memang tidak mudah, tapi semuanya bisa berakhir dengan indah. Percayalah, saat saya dan suami sedang bertengkar sesungguhnya kami sedang menyakiti hati kami sendiri.

Cara Meminta Maaf dan Memaafkan Pasangan


Benar kata orang bahwa butuh keberanian besar untuk mengakui kesalahan kita dan meminta maaf terutama kepada pasangan sendiri. Waktu itu saya merasa berat sekali untuk terlebih dulu meminta maaf kepada suami. Tapi kalau saya terus-terusan merasa berat dan gengsi untuk meminta maaf terlebih dulu maka apa jadinya rumah tangga kami nantinya ?.

Bagaimanapun pasangan kita bukanlah mahluk sempurna yang selalu benar dan bisa 100 % memahami keinginan kita. Saya mengumpulkan segenap keberanian dan sudah pasrah bahwa saya mengaku salah. Seketika itu dia memberi maaf dan mencium kening saya, sambil memeluknya saya pun berbisik “Jangan capek bimbing aku ya , Mas..”.

Kali itu juga perasaan saya kembali lega, meminta maaf bukan hanya membutuhkan keberanian namun kesungguhan bahwa kita tidak akan mengulanginya lagi. Begitupula saat kita diposisi untuk memberi maaf maka berilah maaf kepada pasangan secara tulus dan ikhlas. Setelah itu kita tidak boleh kembali mengungkit masa buruk tersebut dihari depan.

Saya percaya dari sekian banyak kesalahan yang diperbuat oleh pasangan kita pasti jika kembali diingat ada lebih banyak kebaikan yang sudah diperbuat untuk kita. Jika kemudian timbul sakit hati dan keinginan untuk “menghukum” sebaiknya lupakan saja. Hal tersebut bukannya berakibat baik, yang terjadi akan membuat diri sendiri rugi.

Baca Juga : Anak Tunggal Itu Calon Istri Ideal !

Celah Untuk Bersyukur dan Berdamai Dengan Hati


Sekali lagi kita semua tahu betul bahwa meminta maaf dan memberi maaf bukanlah perkara mudah yang bisa dilakukan. Kita butuh sebuah alasan yang kuat untuk bisa melakukannya, saya sendiri setiap kali merasa berat meminta maaf ataupun memberi maaf selalu berusaha mencari alasan terkuat. Yakni sebagai manusia saya harus pandai mencari celah untuk mensyukuri hidup ini dan berdamai dengan hati.

Seiring bertambahnya usia pernikahan, kita semakin tahu siapa pasangan kita. Rasa kecewa bisa jadi muncul, semakin kita tahu bagaimana sifat aslinya. Jika kekurangan yang selalu kita ingat, tentu konflik batin akan terus bermunculan yang jika ditumpuk terus menerus, berpotensi meledak layaknya bom waktu.



Suami selalu berpesan kepada saya untuk komunikasikan segala hal yang tidak disukai, supaya tidak menjadi pemicu pertengkaran yang lebih besar suatu hari kelak. Cara saya berdamai dengan hati yakni dengan mengingat semua kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan oleh suami. Suami saya adalah tipe laki-laki yang suka membantu, saat melihat saya sedang lelah mengurus rumah dia tidak banyak pikir langsung mengambil alih tugas tersebut.

Sebuah keluarga tidak akan pernah menjadi harmonis dengan usaha dari satu pihak saja, harus ada usaha dari dua pihak yakni suami dan istri. Jangan malu untuk meminta maaf dan jangan berat untuk memberi maaf kepada pasangan kita. Mungkin pasangan kita sudah berbuat salah tapi ingatlah kalau dialah satu-satunya orang yang bisa menerima kita dengan semua kekurangan yang kita miliki.

Tulisan ini murni pengalaman saya dan suami, tidak ada maksud untuk menggurui. Saya hanya mencoba untuk merekam semua kejadian yang tidak terlupakan dalam hidup kami dengan menulisnya di blog ini. Semoga ada manfaat yang bisa teman-teman ambil ya dan semoga kita semua dikaruniai keluarga sakinah mawaddah warahmah. Aamiin

You May Also Like

15 komentar

  1. HAHAHA, lucu yah mbak, padahal saya juga begitu hihi, jadi malu, yah namanya lelaki kadang banyak kesibukan kerja, dengan egoisnya kadang kita ingin diperhatikan dengan membuat sedikit ulah,, Upss itulah wanita, ingin selalu ada di mata suami, cieeh saya jadi baper, hihi

    BalasHapus
  2. kalau aku sering marahan sama suami karena aku hobi banget makan mbak dan suamiku paling menjaga kesehatan. nah, kalo aku dilarang2 makan gitu, jadi sebel kan. terus aku pura2 ngambek gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, sama mbak suamiku juga suka banget olahraga dan aku suka makan :D

      Hapus
  3. suami saya tuh tipe yang lebih penyabar dari sya, kadang memang saya suka marah marah tapi kalau dia terlihat sabar kok saya jd merasa malu sendiri heheheh

    BalasHapus
  4. Aaaw pengantin baluuuu... Seneng deh #lah hihihihi
    Selamat berkolusi, diskusi, komunikasi dengan pasangan serumah. Jangan lupa, dlm rumah tangga istri adalah benar, kalau istri salah, kembali lagi ke poin pertama hahahha, enjoy marriage life!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasi mbak Sandra, hahaha makasi juga buat saran idenya :D berguna banget untuk para istri :P

      Hapus
  5. Aku termasuk yg susah minta maaf ke suami sbnernya :D.. tapi kalo memang tau aku salah, biasanya aku nunjukin kalo nyesel dgn bersikap jd lebih manis :p.. Suami udh apal sih kebiasaan aku yg ini, jd dia udh bisa trima :).. sebaliknya kalo dia salah, dia juga ga segan2 minta maaf duluan, trs biasanya kita langsung cari waktu berdua hihihihi ;p.

    tapi 1 mbak kesalahan yg aku ga mungkin bisa tolerir, selingkuh dan main tangan sambil ngucapin kata2 kotor ke pasangan.. aku pasti minta cerai.. mantan suamiku yg prtama begitu soalnya.. walo mungkin akhirnya aku bisa maafin dia, tp proses cerai harus tetep dijalanin.. 3 penyakit itu ga akan bisa ilang aku anggab.. sekali berani begitu pasti akan ngulangin.. dan akunya jg udh telanjur ga percaya.. buatku kalo g ada kepercayaan lagi dlm RT, percuma untuk diterusin

    BalasHapus
  6. Aku lebih baik meminta maaf dulu. Suasana tegang yang cepat mencair kan lebih enak. Hehehehehe

    BalasHapus
  7. Yang pasti, sebagai istri kita harus berbakti. (Ya iyalah!) Jika suami menjadi api, maka kita harus menjadi air. Biar gak kebakar. :)

    BalasHapus
  8. Point utama menurutku, mengalah bukan berarti kalah. Tapi gak boleh ada menag kalah dalam keluarga, ya?

    BalasHapus
  9. Dalam tiap rumah tangga, masalah pasti ada. Memaafkan dan meminta maaf memang penting biar rumah tangga gak retak

    BalasHapus
  10. Saya laki laki. Tapi sekarang sifat saya seprti pempuan. Saya ingin selalu di mata nya. Ingin cari perhatian dengannya. Ingin selalu dekat dengannya. Komunikasi dengannya. Dan malah pasangan saya yg sifatnya seperti laki laki. Suka marah. Kadang sibuk seharian saya jarang di kabari. Dan dia biasa aja. Malah capek dan tidur sampek rumah. Btw kami masi pacaran..

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.