Mengenal Antibiotik dan Resistensi Antibiotik

by - Rabu, Desember 04, 2019

Antibiotik. Sejak memiliki anak dan harus berurusan dengan perawatan ibu yang sedang sakit Gagal Ginjal, saya jadi familiar dengan obat ini. Banyak orang bilang kalau antibiotik adalah Obat Dewa, semua penyakit bisa langsung sembuh bila meminumnya. Jujur saja, awalnya otak saya tidak sepenuhnya bisa terima kalau obat ini bisa seampuh itu.

Namun rasa curiga itu terpaksa saya alihkan karena beberapa kali anak saya harus minum antibiotik setelah periksa ke bidan karena sakit demam dan pilek. Namanya juga ibu baru dan masih minim ilmu juga pengalaman jadinya waktu itu dengan sedikit terpaksa saya berikan antibiotik pada anak saya.

Sampai akhirnya saya membaca sebuah infografis kesehatan, kalau anak sakit flu itu tidak perlu minum antibiotik karena penyebab flu kebanyakan adalah virus dan bukan bakteri. Sedangkan antibiotik itu berguna untuk membunuh bakteri jahat di tubuh. Menyesal rasanya sempat beberapa kali memberikan antibiotik saat anak sakit flu, tapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur.


Mengenal Antibiotik dan Resistensi Antibiotik


Sejak saat itu saya mencari tahu lebih banyak lagi mengenai antibiotik. Alhamdulillah sekali, beberapa waktu lalu saya diundang untuk hadir ke Seminar Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia 2019. Dengan tema, Masa Depan Antibiotik Seluruhnya Ada Pada Tangan Kita. Yang bertempat di Gedung Pusat Diagnostik Terpadu (GDPT) Lantai 7 RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Rangkaian acara yang berlangsung sekitar 4,5 jam tersebut memberikan banyak sekali ilmu baru mengenai antibiotik untuk saya dan semua peserta yang hadir mulai dari paramedis dari Puskemas sekitar, perwakilan perkumpulan masyarakat, tokoh masyarkat dan beberapa bloger kesehatan.

Pagi itu acara dibuka dengan hiburan dari paduan suara tim Gita Swara Medika. Kemudian dilanjut pemutaran sebuah video War on AMR (Anti Microba Resistance) video singkat yang membuat bulu kuduk saya berdiri karena melihatnya. Meskipun begitu saya jadi tersadarkan bahwa kita tidak boleh minum antibiotik sembarangan dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.

Setelah selesai menonton video War on AMR acara selanjutnya adalah sambutan dari Hari Paraton.,dr. SpOGK selaku Ka Divisi Uroginekologi Rekonstruksi RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Dalam sambutan singkatnya dokter Hari menjelaskan bahwa Seminar Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia 2019 ini sudah resmi terdaftar di WHO.


Pada kegiatan World Antibiotic Awareness Week yang berlangsung, Indonesia menduduki peringkat ke dua sedunia yang rutin menyelenggarakannya. Mengingat Bagaimana jika suatu hari antibiotik tidak lagi efektif melawan bakteri?. Hal itu sungguh mengkhawatirkan, mengingat selama ini antibiotik merupakan obat yang menjadi andalan dalam mengobati berbagai jenis penyakit yang disebabkan bakteri.

Saat pertama kali ditemukan hingga saat ini, antibiotik telah berhasil mengobati dan mencegah penularan penyakit infeksi. Antibiotik yaitu obat yang digunakan untuk melawan kuman penyakit yang menginfeksi tubuh. Kuman ini bisa berupa bakteri, jamur, virus, dan parasit. Namun, seiring pemakaian antibiotik yang sering dan cenderung tidak bijaksana, populasi kuman penyakit yang resisten pun semakin banyak.

Bakteri mampu berkembang dengan sangat cepat. Bakteri juga mampu beradaptasi dan bertahan terhadap efek antibiotik. Ini yang disebut dengan resistensi antibiotik, yaitu ketika antibiotik tidak mampu memusnahkan bakteri yang sebelumnya dapat ditangani. Penggunaan antibiotik berlebihan dan secara tidak tepat merupakan masalah yang dapat mendorong resistensi, sekaligus berpotensi menimbulkan efek samping dan reaksi alergi.

Resistensi antibiotik kini disebut sebagai masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia. Tidak seperti obat lain, penggunaan antibiotik memiliki konsekuensi yang lebih luas. Saya ingat betul pernyataan dari dokter Hari yang menyebutkan kalau kita dapat menyembuhkan infeksi seberat apapun tetapi kita tidak bisa menghindari resistansi.

Ketika seseorang menyalahgunakan antibiotik, hal tersebut turut membantu terciptanya kuman yang kebal, dengan kemungkinan menyebabkan infeksi baru dan sulit diobati baik pada diri sendiri maupun orang di sekitarnya. Oleh sebab itu, WAAW diadakan untuk bijak dalam mengonsumsi antibiotik.

Selain itu menurut Dr. dr. Joni Wahyuhadi, SpBS (K) selaku Direktur Utama RSUD Dr. Soetomo Surabaya, pengurangan penggunaan antibiotik pada pasien bisa menekan biaya dan penggunaan yang tepat pada kuman yang memang membutuhkannya sehingga tingkat resistensi antibiotik bisa terus turun setiap tahunnya.


Batasi Pertumbuhan Kuman Dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat


Antibiotik bukanlah Obat Dewa, salah menggunakannya bisa berakibat terjadi Resistensi Antibiotik sehingga tangan dokter sudah tidak bisa lagi membantu memberi kesembuhan. Ya, berbeda dengan obat lainnya antibiotik tidak bisa digunakan bebas begitu saja harus ada resep dokter yang mengetahui kebutuhan tubuh pasien.


Untuk menghindari kekebalan obat dr. Dominicus Sp A berpesan, "JANGAN SAKIT!". Itu sebabnya gaya hidup sehat itu penting sekali untuk diterapkan. Selain itu, untuk menjaga antibiotik baru. Sebab membuat antibiotik baru bukan hal yang mudah. Jadi, sebagai pasien harus tahu betul mana penyakit yang membutuhkan antibiotik dan yang tidak membutuhkan antibiotik. Setiap menerima obat maupun antibiotik para pasien harus tahu mengenai beberapa hal berikut :

1. Obat yang diterima

2. Aturan minum obat

3. Waktu atau interval

4. Cara menyimpan obat

5. Efek samping

6. Risiko alergi

Di dunia ini saya yakin sekali tidak ada orang yang mau sakit apalagi harus rutin konsumsi obat secara rutin, jangan sampai juga jadinya tubuh kebal dengan obat, kuman sudah tidak takut lagi pada antibiotik. Itu sebabnya dengan menjaga daya tahan tubuh, menjaga pola hidup bersih dan sehat adalah hal penting yang dibutuhkan oleh tubuh.

You May Also Like

0 komentar

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.