Kampanye STOP Pneumonia Lindungi Nyawa Anak Indonesia dari Pneumonia

by - Minggu, November 22, 2020

Memiliki anak batita yang beranjak besar ternyata bukan hal yang mudah. Dibalik setiap rasa penasarannya dengan hal baru ternyata ada dilema dan aturan sendiri. Ya, anak saya Mirza yang baru berusia 3 tahun tersebut gemar sekali mandi air hujan. Bukan tanpa sebab, dari kecil kami orangtuanya membebaskan dia untuk melakukan apapun yang dia suka tak terkecuali dengan mandi hujan. 

Namun, dari kebiasaannya yang suka mandi air hujan itu saya sering mendapat protes dari orang-orang sekitar. Banyak yang bilang jangan mandi hujan nanti anakmu kena paru-paru basah loh! Hah, paru-paru basah? Apa iya karena mandi hujan bisa kena paru-paru basah? 



Paru-Paru Basah atau Pneumonai Dengan Ganasnya Merenggut Nyawa Banyak Anak 


Bukan ibu zaman now namanya kalau saya nggak browsing dan baca-baca artikel kesehatan untuk mencari tahu soal si paru-paru basah ini. Jujur, saya nggak bisa abai dengan ucapan orang-orang di sekitar kami tentang kebiasaan Mirza tersebut apalagi saya punya beberapa teman dengan riwayat penyakit paru-paru basah yang kondisinya tidak baik-baik saja. 

Apa iya, aktivitas yang mengasyikkan seperti mandi hujan bisa membuat anak terkena paru-paru basah? Ya, saya mulai cemas nih sepertinya. Akhirnya kecemasan saya mendapat jawaban dari salah seorang dokter ahli psychoanalyst dan graphologist, yang menjelaskan bahwa saat mandi hujan anak-anak pasti kedinginan karena tubuhnya basah kuyup oleh air hujan. 

Saat kedinginan, tubuh dipaksa mengeluarkan energi secara berlebihan. Jika daya tahan tubuh anak sedang lemah, tubuh tidak dapat mengimbangi adanya perubahan suhu tubuh yang terlalu drastis. Akibatnya, daya tahan tubuh semakin menurun dan kesehatannya pun terganggu. Penyakit yang muncul dapat bermacam-macam, seperti influenza, batuk dan flu, demam, diare, atau gatal-gatal. 

Jadi, sebenarnya kehujanan tidak akan menimbulkan masalah kesehatan pada anak bila daya tahan tubuh mereka cukup baik. Ah, rasanya melegakan sekali mendengar penjelasan dokter melalui artikel yang saya baca di internet tersebut. Tapi ternyata rasa penasaran saya dengan penyakit paru-paru basah ini belum berakhir. 

Pada hari Kamis 12 November 2020 kemarin saya terpilih untuk mengikuti Festival Anak Sehat Indonesia melalui webinar yang diadakan oleh Save The Children Indonesia. Dalam rangka memperingati Hari Pneumonia sedunia. Acara kemarin dihadiri oleh Ibu Hj.Wury Ma'ruf Amin, Menteri Kesehatan, Menteri KPPA, ibu-ibu anggota kabinet, pembicara lintas sektor, praktisi dan juga public figure



Pneumonia atau yang sering kita kenal dengan nama paru-paru basah merupakan penyebab kematian balita nomor dua di Indonesia setelah persalinan preterm dengan prevalensi 15,5 persen. Tahun lalu, terdapat 467.383 kasus Pneumonia pada balita. Berdasarkan data WHO pada 2017, terdapat 25.481 kematian balita karena infeksi pernapasan akut atau 17 persen dari seluruh kematian balita.

Itu menempatkan Indonesia di peringkat ke-7 di dunia sebagai negara dengan kasus pneumonia tertinggi. Mengingat tingginya angka kematian balita yang disebabkan oleh pneumonia, maka pada acara Festival Anak Indonesia, Ibu Hj. Wury Ma’ruf menyebut soal pentingnya slogan STOP Pneumonia. 

“ASI eksklusif 6 bulan, tuntaskan imunisasi, obati anak jika sakit dan pastikan gizi yang cukup serta hidup sehat,” ucapnya mewakili Ibu Negara. 


Dan melengkapi ajakan Ibu Hj. Wury, Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengajak semua pihak untuk ikut serta mencegah serta menanggulangi pneumonia yaitu melalui tata kelola pneumonia, meningkatkan akses pelayanan kesehatan balita, mengajak masyarakat berperan serta dalam mendeteksi dini penyakit serta perluasan vaksin PCV. 

Menteri Kesehatan Terawan juga mendorong masyarakat untuk menggunakan terus Buku Kesehatan Ibu Anak yang sudah ada sejak tahun 1993. Bersyukur sekali, buku dengan sampul berwarna pink tersebut masih saya simpan rapi sampai saat ini. 

Sementara itu, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pun turun memberikan dukungannya. Menteri Bintang Puspayoga berpesan, agar ayah dan ibu bersama-sama berupaya memastikan pengasuhan keluarga berbasis hak anak dan pemenuhan hak anak. 

Jangan Panik! Ketahui Gejala Pneumonia Pada Anak Berikut Ini 


Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr.dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K) memaparkan bahwa pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru-paru yang membuat paru-paru dipenuhi dengan cairan dan sel radang. Gejala yang perlu orangtua cermati seperti : 

Batuk dan Demam yang berkelanjutan 

Gejala awal pneumonia adalah gejala yang menyerupai selesma (common cold) seperti batuk, pilek, dan demam yang disertai lemas dan lesu yang berkepanjangan. Gejala pneumonia biasanya bertahan relatif lebih lama daripada gejala pilek dan batuk karena selesma. 

Kesulitan Bernapas 

Anak-anak yang mengidap pneumonia sering mengalami kesulitan bernapas yang ditandai dengan frekuensi napas lebih cepat, napas kuping hidung, tarikan dinding dada dan perut, serta bibir dan kuku yang membiru akibat kekurangan oksigen dalam darah. 

Kesulitan bernapas pada bayi lebih mudah diketahui ketika beraktivitas atau makan. Bayi yang mengalami kesulitan bernapas akan memprioritaskan mekanisme tubuhnya untuk bernapas sehingga ia akan makan lebih sedikit, gelisah, rewel, atau terlihat tidak nyaman. Save The Children Indonesia gencar melakukan kampanye Stop Pneumonia. 



Save the Children meluncurkan kampanye yang dinamai STOP Pneumonia tahun lalu bertepatan dengan Hari Pneumonia Dunia (HPD) tanggal 12 November dan bekerjasama dengan dengan organisasi masyarakat, akademisi, organisasi profesi, pemerintah dan pihak swasta baik di tingkat nasional maupun di wilayah. 

Dalam acara tersebut CEO Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung menyampaikan bahwa, ia mendorong berbagai pihak termasuk swasta untuk terlibat bersama dalam gerakan STOP Pneumonia ini. Di Indonesia sendiri, sambung Selina, pneumonia dan diare adalah penyebab utama kematian balita dan anak. 

Selina juga mengampanyekan gerakan STOP Pneumonia yang sudah digalakkan sejak 2018 untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat. Kampanye itu sendiri berisi empat anjuran, yakni: 

- ASI eksklusif enam bulan, menyusui ditambah MPASI sampai 2 tahun.

- Tuntaskan imunisasi untuk anak.

- Obati ke fasilitas kesehatan jika anak sakit.

- Pastikan kecukupan gizi anak dan hidup bersih sehat. 

Dalam kesempatan tersebut ia mendorong berbagai pihak termasuk swasta untuk terlibat bersama dalam gerakan STOP Pneumonia ini. Save the Children bersama Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan peran pihak swasta seperti PT Pfizer akan bersama mengatasi Pneumonia pada anak agar “The Forgotten Killer” ini bisa dihilangkan. 

Dengan semua upaya yang terus dilakukan demi menghilangkan si Pneumonia ini tentunya peran kita sebagai orangtua sangatlah penting. Meskipun Pneumoni bukan disebabkan karena mandi hujan namun dari sekarang saya mulai waspada dan lebih perhatian mengenai kesehatan sistem pernapasan anak saya. 

Pneumonia bukan sekadar pilek biasa, kita tidak boleh pandang sebelah mata penyakit mematikan nomor dua pada anak ini. Yuk, mulai sekarang kita waspada dengan pneumonia dan jaga selalu kesehatan anak dengan mencukupi kebutuhan tubuhnya.

You May Also Like

0 komentar

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.