Saat Bapak Jatuh Sakit

by - Rabu, Oktober 27, 2021

Siapa yang bisa menduga kapan ujian dari Tuhan itu datang pada diri kita? Bulan ini, bulan Oktober di tahun ini merupakan bulan yang membuat saya belajar banyak hal salah satunya belajar untuk pasrah. Orang bilang kalau untuk menjalani hidup di dunia ini tidak cukup hanya dengan sabar dan berusaha tapi butuh kepasrahan kepada Sang Pencipta.

Pasrah bukan berarti menyerah dengan keadaan, namun pasrah karena percaya Tuhan yang akan selalu membantu memberikan jalan keluarnya. Minggu pagi beberapa menit sebelum adzan Subuh berkumandang tiba-tiba saja ibu mengetuk pintu kamar sambil memanggil saya dengan nada pelan tapi terdengar ada yang berbeda dari biasanya.

Sejak 4 tahun terakhir saya sudah terbiasa dengan panggilan bapak di malam hari, apa lagi kalau bukan karena ibu yang kondisinya ngedrop. Kali ini berbeda, bukan bapak yang memanggil saya tapi ibu, ada apa ya? pikir saya saat itu juga. Saya langsung bangun dari tempat tidur dan segera membuka pintu kamar.

Betapa kagetnya saya saat melihat bapak dengan posisi terlentang kebetulan pintu kamar tidur saya dan kamar tidur orang tua berdekatan, sambil berucap kalau sepertinya bapak terkena stroke. Kaki kanannya terasa berat diangkat apalagi untuk dikendalikan. Mendengar hal itu saya kaget setengah mati, apalagi ini ibu belum sembuh sekarang bapak harus stroke.



Saat Bapak Sakit


Tidak bisa dibayangkan bagaimana panik, takut, sedih dan kecewanya saya pagi itu. Namun, saya sadar apa gunanya semua perasaan itu sekarang yang terpenting bagaimana memberikan pertolongan pertama untuk bapak. Anehnya saya menyimpan kecurigaan dengan kondisi bapak saat itu, semua anggota tubuh beliau normal hanya betis kanan saja yang berat saat dibuat berjalan.

Saya mencoba untuk menenangkan bapak dan ibu, saya bilang kalau nanti agak siangan akan saya bawa bapak ke klinik dekat rumah. Kata suami kemungkinan saja bapak cuma asam urat bukan stroke, karena cuma kaki kananya saja yang bermasalah. Saya berusaha menerima jawaban suami tapi hati kecil saya berkata kalau bukan asam urat.

Singkat cerita sekitar pukul 9 pagi saya menggonceng bapak untuk pergi ke klinik, kebetulan bapak paling dekat dengan saya dan cuma mau ke klinik bersama anak semata wayangnya ini. Setibanya di klinik dengan sedikit kerepotan saya bantu bapak untuk turun dari sepeda motor dan menuntun beliau masuk ke ruang tunggu.

Hampir satu jam kami berdua menunggu dokter datang, waktu itu hari minggu pagi dan klinik memang buka lebih siang dari biasanya. Setelah satu jam akhirnya bapak dipanggil untuk masuk ke ruangan dokter untuk diperiksa, saya juga ikut masuk mendampingi bapak ke dalam.

Dokter mulai menanyakan apa keluhan bapak, karena bapak memiliki kekurangan di pendengarannya jadi saya yang menjelaskan semua detail kondisi bapak dan menjawab pertanyaan dokter apakah bapak memiliki riwayat penyakit seperti darah tinggi, gula darah, kolesterol dan banyak lagi.

Akhirnya, bapak dicek tekanan darahnya dan diambil darah untuk cek asam urat, kolesterol juga gula darah. Alhamdulillah, semua hasilnya normal cuma nilai asam uratnya saja yang agak tinggin yakni 8,9. Kemudian karena asam uratnya yang agak tinggi akhirnya bapak diresepkan beberapa obat dan vitamin, setelah obat habis bapak diminta kembali kontrol.

Lagi-lagi feeling saya berkata kalau bapak bukan asam urat, tidak ada keluhan sakit, nyeri apalagi bengkak di kaki bapak. Namun, saya mencoba percaya dengan diagnosa dokter waktu itu, setiap hari saya perhatikan kondisi bapak, saya jaga makanannya, sampai saya yang siapkan semua obat dan vitaminnya yang akan diminum.

Satu minggu, dua minggu berlalu kondisi bapak belum ada perubahan, kaki kanannya masih saja berat dan kalau dibuat berjalan susah dikendalikan. Bapak mulai down mentalnya ditambah waktu itu ibu saya harus opname untuk tambah darah karena hbnya di angka 6,9 sehingga membuat ibu mudah lemas.

Saya bingung, bagaimana mungkin saya bisa ikut menemani ibu opname di rumah sakit dan mengurus semuannya sedangkan di rumah bapak masih susah berjalan dan Mirza yang belum bisa ditinggal. Kebetulan suami juga harus bekerja dan sedang sibuk dengan beberapa projectnya.

Alhamdulillah, pertolongan dari Allah itu datang kepada mereka yang benar-benar pasrah dan sudah tidak tahu haru berbuat apalagi. Tiba-tiba kondisi ibu kembali sehat, ibu masih kuat beraktivitas dengan nilai hb yang minim. Nafsu makannya masih tinggi, ibu semangat karena mungkin kasihan melihat saya pontang-panting sendirian.

Bapak Dirujuk ke Rumah Sakit


Tiga minggu berlalu akhirnya saya beranikan diri untuk kembali membawa bapak ke klinik tapi ternyata klinik menolak BPJS bapak karena sudah tidak lagi terdaftar. Tanpa pikir panjang akhirnya saya bawa bapak ke puskesmas, memang faskes 1 BPJS bapak di puskesmas tapi entah kenapa waktu itu klinik bisa terima bapak periksa menggunakan BPJS.

Sampai di puskesmas bapak kembali diperiksa dan mengejutkan ternyata bapak harus dirujuk ke poli syaraf di rumah sakit. Langsung saja, hati saya campur aduk dan rasanya lemas tapi harus kuat demi bapak. Ya, saya masih punya trauma kalau harus bersinggungan dengan rumah sakit, takutnya setengah mati.

Hari itu juga kami menuju ke rumah sakit setelah mendapat surat rujukan dari puskesmas. Setelah tiba di rumah sakit, saya meminta bapak untuk duduk di ruang runggu karena saya harus mendaftar ke bagian administrasi. Setelah sampai di meja administrasi ternyata bapak baru bisa diperiksa keesokan harinya karena hari itu sudah full pasien untuk poli syaraf.

Keesokan harinya sekitar pukul 2 siang kami berdua berangkat ke rumah sakit. Waktu itu bapak mendapat nomor antrian 17 dan butuh waktu sekitar 1,5 jam lamanya untuk bisa masuk ke ruang periksa dokter. Masuk ke dalam ruangan dokter perasaan saya campur aduk, ada ketakutan apa yang akan dokter katakan nanti tentang kondisi bapak.

Saya berusaha pasrah dan tenang menerima semua yang akan dikatakan dokter nanti. Kembali saya harus menjelaskan semua kondisi bapak dari awal sakit sampai sekarang. Bapak diminta untuk naik ke atas bed untuk diperiksa, pertama bapak diminta untuk mengangkat kedua kakinya secara bersamaan.

Kedua kaki bapak bisa diangkat tapi kaki kanannya agak kesulitan karena memang masih berat. Setelah kakinya yang diperiksa gantian kedua tangan bapak yang diperiksa, bapak diminta untuk menarik besi sekuat mungkin untuk mengukur kekuatan tangan bapak. Alhamdulillah, kedua tangan bapak normal dan sangat kuat menarik besi.

Setelah diperiksa bapak juga disuntik kemudian dokter memberi lembaran resep yang harus ditebus dan surat pengantar untuk cek darah ke laboratorium. Saya mencoba memberanikan diri bertanya langsung ke dokter sebenarnya bapak sakit apa? Dokter menjelaskan kalau bapak menuju stroke.

Setelah mendengar penjelasan dokter kami berdua keluar ruangan dan saya meminta bapak untuk kembali duduk di ruang tunggu karena saya harus menebus resep. Tidak lama obat bapak sudah selesai, kami pulang ke rumah dan berencana untuk kembali ke rumah sakit besok pagi untuk cek darah bapak di laboratorium.

Saat harus Bekerja dan Merawat Bapak yang Sakit


Menjadi anak semata wayang membuat saya sadar kalau kedua orang tua saya membutuhkan saya, terlebih bapak ibu tidak memiliki dana pensiun jadi mau tidak mau saya yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan mereka. Awalnya sempat ragu apakah saya bisa tapi ternyata janji Allah memang tidak pernah luput, saat kita berusaha memuliakan orang tua maka pertolongan Allah selalu ada untuk kita.

Jalan rezeki untuk saya menafkahi kedua orang tua datang melalui menjadi seorang freelancer. Semua pekerjaan saya dikerjakan melalui online mulai dari bloger, content writer sampai influencer. Saya bisa bekerja dimana saja asalkan ada smartphone dan internet yang stabil.

Sebagai pengguna setia Smartfren saya terbantu sekali dengan jaringan internet yang disediakan, apalagi waktu saya harus pergi ke rumah sakit untuk mengantar bapak periksa saat itu juga ada pekerjaan yang harus saya kerjakan. Saya tidak perlu khawatir karena semua materi sudah saya siapkan dari rumah jadi saya tinggal kerjakan saja.

Sinyal internet Smartfren selalu stabil dimanapun saya berada, belum lagi yang membuat saya betah menjadi pengguna Smartfren banyaknya promo dan hadiah yang diberikan. Bulain ini ada Program Mystery Box #OktoBERHADIAH dan untuk bisa ikut programnya teman-teman bisa dowload dulu aplikasi MySmartfren.



Setiap melakukan pembelian paket dan bermain gamenya kalian bisa mendapatkan smartpoin yang diberikan kepada pelanggan dalam bentuk poin yang dapat dikumpulkan dan ditukarkan dengan beragam pilihan hadiah menarik. Semakin aktif menggunakan Smartfren maka kesempatan untuk menukarkan hadiah semakin besar.

Selain membantu saya bekerja dimana saja, Smartfren memberikan banyak hadiah yang bisa saya dapatkan. Bulan Oktober ini benar-benar bulan yang mengesankan untuk saya, bapak yang sakit dan rezeki dari Allah yang datang mengalir deras. Saya bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan kemampuan untuk menjaga dan mengasihi mereka berdua.

You May Also Like

1 komentar

  1. Hemm jadi ikut sedih semangat, Mbak rawat Bapak dan semoga cepat sembuh. Masih diberi kesempatan merawat bapak menjadi anugerah terhebat.

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.