Peduli Hutan Peduli Kehidupan Kita

by - Selasa, Agustus 02, 2022

Setelah lama tidak merasakan suasana camping di tengah hutan akhirnya saya kembali merasakan sejuknya udara dan dingin malam hutan di Bukit Geger Madura. Kali ini ngecamp-nya tidak jauh dan hanya semalam saja tapi sudah cukup membuat hati senang karena akhirnya kesampaian juga ngecamp di tengah hutan yang letaknya di atas bukit.

Bukit Geger merupakan tempat wisata yang sarat akan cerita sejarah, bahkan konon di bukit inilah cikal bakal Pulau Madura. Selepas sholat Dzuhur saya dan suami memulai perjalanan menuju Bukit Geger, jaraknya sekitar 30 KM dari Kota Bangkalan atau sekitar 1,5 jam waktu yang kami tempuh menggunakan sepeda motor.

Tidak ada persiapan khusus saat berangkat ngecamp, hanya membawa tenda, dua stel pakaian, alat sholat dan panci kecil untuk memasak. Sekitar pukul 2 siang, akhirnya kami pun tiba diatas bukit. Untuk bisa naik ke atas bukit, kami harus berputar mengikuti jalan yang disediakan untuk pengendara roda dua. Jalannya menanjak tapi sudah bagus untuk dilewati karena sudah disemen.

Sebenarnya ada akses jalan utama menuju Bukit Geger yakni dengan menaiki anak tangga yang menanjak dan jumlahnya yang  banyak. Kebetulan, ini kali ketiga saya pergi kesana dan sudah sama-sama pernah melewati kedua akses jalan tersebut. Capek banget, tapi ketika sudah ada di atas bukit rasanya capeknya terobati dengan menikmati pemandangan alam yang sangat mempesona.



Menikmati Suasana Tengah Hutan Kayu Mahoni di Bukit Geger Madura


Bukit Geger yang menjadi tempat kami ngecamp dikelilingi oleh hutan lindung kayu Mahoni dengan luas sekitar 44 hektare serta menjadi tempat tinggal hewan-hewan liar seperti monyet, ayam hutan, dan ular yang dimana keberadaannya tidak boleh diganggu. Bukan hanya itu, bahkan kita dilarang untuk memberi makan pada hewan-hewan yang berkeliaran karena khawatir akan terus diikuti.

Tempat ini memang biasa digunakan sebagai lokasi untuk berkemah karena cuaca alamnya yang sangat mendukung. Meski di sana terdapat situs pemakaman sejarah dan beberapa warung tapi suasananya benar-benar seperti sedang berada di tengah hutan yang lebat, sangat tenang dan jauh dari kebisingan kota.

Setibanya di bukit, kami langsung menurunkan barang bawaan dan mendirikan tenda yang akan digunakan untuk ngecamp semalam di sana. Suami yang mendirikan tenda sedangkan saya kebagian tugas mencari kayu kering yang akan dipakai untuk memasak dan sebagai alat penerangan saat malam nanti.

Sebenarnya saya sedikit takut saat berada di hutan, takut kalau-kalau bertemu dengan hewan buas. Apalagi di kawasan Hutan Kayu Mahoni di Bukit Geger ini terdapat semak belukar tempat ular pecut yang warna hijau panjang, ular viper hijau, ular bandotan puspa (ular tanah warna hitam), ular python, serta aneka ragam binatang berbisa semacam kala jengking, ketonggeng atau lipan.

Deretan Pohon Kayu Mahoni yang Dilindungi Negara


Di puncak pepohonan, juga sering dijumpai beberapa burung hantu, gagak, elang laut, rajawali laut, serta aneka ragam spesies burung lainnya.Benar-benar masih alami dan dilindungi oleh negara. Hutan di Bukit Geger ini merupakan salah satu kekayaan negara yang memang harus dilindungi dan jangan sampai rusak.

Setelah tenda berdiri dan kayu bakar sudah terkumpul, kami pun memutuskan untuk berjalan berkeliling sebentar menyusuri jalan setapak yang sudah di semen. Selama berkeliling, kami menjumpai kawanan induk monyet yang sedang membawa anaknya. Ada yang melompat dari satu pohon kayu Mahoni ke pohon lainnya.

Kalau masih sore begini, biasanya masih ada wisatawan yang datang untuk sekadar menikmati indahnya hutan maupun yang datang untuk wisata sejarah. Namun, semua berubah saat malam datang. Para wisatawan dan penduduk yang biasa mencari kayu mulai pergi meninggalkan hutan.

Semakin malam langit semakin gelap, waktunya untuk menghidupkan penerangan dengan membakar kayu kering yang sudah saya kumpulkan tadi. Udara dingin hutan mulai menyapa tubuh dan mulai terdengar bunyi binatang bersahut-sahutan. Hampir tidak ada fasilitas yang bisa kami temuka di sana hanya ada satu toilet umum saja.

Saat tinggal di hutan, itu artinya kami siap menyatu dengan alam tentunya dengan tidak menganggu apapun yang ada di dalam hutan. Karena kami sadar bahwa hutan merupakan investasi alam yang sangat penting, hutanlah yang menyeimbangkan segala elemen kehidupan kita di bumi yang kita tinggali ini.

Pemandangan dari Atas Anak Tangga 


Fakta-Fakta Membanggakan Tentang Hutan di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan terluas di dunia dan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Hutan Indonesia merupakan #HutanKitaSultan yang menduduki urutan ketiga terluas di dunia dengan hutan tropis dan sumbangan dari hutan hujan (rain forest) Kalimantan dan Papua.

Menurut data Forest Watch Indonesia (FWI), sebuah lembaga independen pemantau hutan Indonesia, sejumlah 82 hektare luas daratan Indonesia masih tertutup hutan. Jelas, hal ini merupakan satu prestasi #IndonesiaBikinBangga mengingat hutan merupakan salah satu pendukung yang sangat penting bagi keseimbangan alam.

Hutan tropis di Indonesia menyimpan banyak potensi energi mikrobiologi yang sangat diperlukan dunia. Senior Advisor for Terresterial Policy, The Nature Conservancy, Wahjudi Wardoyo mengatakan energi mikrobiologi sebagai generasi kedua dan ketiga sumber energi di dunia. Dimana energi mikrobiologi hanya dapat ditemukan di hutan hujan tropis dan keanekaragaman hayati.

Desain by Canva


Sebagai warga negara Indonesia tentu kita bangga dengan fakta-fakta yang dimiliki oleh hutan di negeri ini. Namun, nyatanya masih banyak orang yang tergiur dan tergoda dengan hasil kekayaan hutan yang dieksploitasi secara besar-besaran. Tergiur dengan penawaran harga yang tinggi dengan menebang kayu hutan, dan kemudian hutan pun gundul.

Padahal sudah jelas nyatanya kalau kita ini hidup membutuhkan hutan. Ini terbukti karena belakangan ini rata-rata 3 - 5 hektar hutan per menit hilang akibat penebangan ilegal dan pengalihgunaan lahan. Kementerian Kehutanan menyebutkan hutan di Indonesia yang tersisa dalam kondisi bagus (primer) tinggal 64 juta hektar.

Jika luas hutan Indonesia terus menyusut, maka ke depan Indonesia bisa tidak memiliki hutan lagi. Salah satu artikel di www.hutanindonesia.com mengangkat berita "1 Juta Hektare Hutan di Jambi lenyap dalam 10 tahun". Apa penyebabnya? Penyebabnya karena adanya alih fungsi hutan secara besar-besaran yang diakibatkan konsesi perusahaan skala besar.

Tidak tanggung-tanggung, hutan seluas 1 juta hektare bisa lenyap begitu saja akibat pertambangan, perkebunan sawit dan karet yang dilakukan secara besar-besaran dengan menggunduli hutan. Mengerikan? Jelas, sangat mengerikan. Coba bayangkan bagaimana jadinya Indonesia apabila semua hutannya digunduli? Bisakah hidup tanpa hutan?

Bagaimana Jika Kita Hidup Tanpa Hutan?


Bumi diciptakan sudah sepaket dengan keseimbangan alam di dalamnya, dan itu yang bisa kita dapatkan dengan adanya hutan yang dijaga. Lalu bagaimana bila hutan tidak ada? Rasanya mustahil terlebih hutan merupakan paru-paru dunia, pada hutanlah sebenarnya hidup manusia ditentukan.

Tanpa adanya hutan, maka persediaan oksigen juga tidak akan ada, kalau oksigen tidak ada lalu bagaimana caranya kita bisa bernafas untuk hidup? Hutan yang memegang peranan besar dalam melindungi bumi kita dari bahaya pemanasan global akibat sinar matahari. Apa jadinya bumi kita tanpa hutan? Terbakar.

Desain by Canva


Apa jadinya tumbuhan dan hewan-hewan hidup tanpa hutan? Padahal hutan satu-satunya tempat paling tepat untuk mereka tinggal dan menjalani kehidupan. Saat hujan turun, pepohonan yang ada di dalam hutanlah yang menyerap air untuk disimpan. Bukankah kita sebagai manusia juga sangat membutuhkan air?

Masih banyak sekali hal buruk yang akan terjadi bila hutan sudah tidak ada lagi. Seharusnya ada kesadaran,ada tindakan dan ada kepatuhan agar kelestarian hutan bisa dijaga. Kita tidak mungkin hidup tenteram dan damai tanpa hutan. Hutan yang sebenarnya selama ini menolong manusia dalam menjalani hidupnya.

Lalu, Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menjaga Hutan di Indonesia?


Sebenarnya melakukan upaya penyelamatan hutan bukanlah hal yang besar dan sulit #TeamUpforImpact. Langkah terkecil yang bisa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat adalah dengan memulai menjaga dari hal-hal yang menjadi kebiasaan kita sehari-harinya, seperti:

  • Melakukan penghijauan di sekitar rumah
  • Mengurangi limbah non organik harian
  • Memakai sepeda dan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor
  • Bijak menggunakan kertas dan tisu
  • Mendukung gerakan lingkungan dengan menjadi relawan atau memberikan donasi

Ya, menjaga hutan memang tidak sesulit yang dibayangkan. Hal kecil yang kita lakukan bisa melindungi hutan di Indonesia dari kerusakan. Bahkan saat sedang duduk bersantai pun kita bisa mengambil tindakan untuk melindungi hutan. Caranya mudah, coba dengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi di platform musik seperti di Spotify, dan Apple Music.

Karena semakin banyak yang mendengarkan lagu tersebut maka akan semakin banyak royalti yang digunakan untuk perlindungan hutan di Indonesia. Dengan begitu kita sudah bisa melakukan donasi untuk pengadaan konservasi dan restorasi hutan hujan tropis yang ada di Indonesia.



Selain itu, donasi dan sebagian royalti Dengar Alam Bernyanyi ciptaan Laleilmanino akan diberikan kepada Sekolah Adat Arus Kualan di Simpang Hulu dan Simpang Dua, Kalimantan Barat. Digerakkan oleh sejumlah orang muda setempat, kegiatan pendidikan di sekolah tersebut berbasis budaya dan kearifan lokal.

Lagu Dengar Alam Bernyanyi sendiri merupakan karya dari tiga komposer yakni Laleilmanino Arya Aditya Ramadhya alias Lale, Ilman Ibrahim, dan Anindyo Baskoro alias Nino. Lagunya enak didengarkan selain itu setiap lirik yang ada di dalamnya juga sarat makna dan menyimpan pesan besar.

Bila kau jaga aku, ku jaga kau kembali
Berhentilah mengeluh ingat kau yang pegang kendali
Kau yang mampu obati
Sudi kah kau kembali?

Lirik bait kedua dari lagu Dengar Alam Bernyanyi tersebut seolah-olah menjadi suara dari alam yang mengingatkan manusia untuk menjaganya. Pada bagian ini, Laleilmanino seperti sedang mencoba mengingatkan kita bahwa jika manusia menjaga kelestarian alam, alam pun akan terus menjaga manusia dengan memberikan tempat yang nyaman untuk hidup.

Manusia juga menjadi makhluk yang telah dipercayakan oleh Sang Pencipta untuk memegang kendali akan pelestarian alam. Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia berhenti mengeluh dan memulai aksi nyatanya untuk peduli #UntukmuBumiku. Kalau bukan kita yang lakukan lalu siapa lagi? Pada akhirnya kitalah yang merasakan semua kebaikan yang diberikan Sang Pencipta melalui hutan.

Saya jadi sadar kalau kegiatan ngecamp semalam yang kami lakukan di tengah hutan di Bukit Geger kemarin mengingatkan bahwa apapun kondisi yang terjadi bukan cuma sesuatu untuk dikeluhkan. Ini pertanda bahwa alam ingin mengajak kita ngobrol, dan bergerak untuk melakukan sesuatu supaya tidak terus-terusan seperti ini.

Kalau kamu gimana? Sudah siap mengambil bagian untuk bergerak melindungi hutan? Semoga dengan semakin banyak dan semakin sering lagu #DengarAlamBernyanyi diputar oleh banyak orang, maka akan semakin banyak pula yang tergerak dan tersadar bahwa kita nggak bisa lho selalu diam saja, dan kayak gini terus kan?

Video Klip Dengar Alam Bernyanyi



Sumber tulisan :

https://ultimagz.com/hiburan/musik/laleilmanino-rilis-dengar-alam-bernyanyi/
https://www.antaranews.com/berita/2635733/upaya-sederhana-menyelamatkan-hutan-dan-lingkungan
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/01/12/bagaimana-hutan-indonesia-sebagai-paru-paru-dunia-di-masa-depan
https://www.pulaumadura.com/2016/07/obyek-wisata-bukit-geger-di-kabupaten-bangkalan.html
https://www.youtube.com/watch?v=lmKBZ8Wo6Ds

You May Also Like

1 komentar

  1. Hutan itu seperti jantungnya dunia, enggak kebayang kalau tidak ada hutan karena itu penting banget untuk kelangsungan hidup manusia walau tidak secara langsung. Mengingat hutan penghasil oksigen terbesar walau tidak banyak ditinggali masyarakat. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.