facebook instagram twitter

Riska Ngilan

  • Home
  • About
  • Kategori
    • Pengalaman
    • Sponsored Post
    • Perempuan
  • Disclosure
Menemani dan merawat suami selama masa isolasi mandiri dengan gejala Covid-19 beberapa waktu yang lalu kami lewati dengan bermacam kondisi sulit. Salah satunya saat anak kami Mirza tiba-tiba ikut demam di hari pertama kami menjalani isolasi mandiri. Kondisi Mirza saat itu cukup mengkhawatirkan, apalagi badannya ikut-ikutan lemas. 

Semua bermula saat saya sedang siap-siap untuk pulang ke rumah kami, rencananya waktu itu saya mau melihat suami yang terlebih dulu melakukan isolasi mandiri. Saat semua persiapan seperti baju dan makanan sudah selesai saya kemas, saya melihat Mirza sedang tiduran di dalam kamar. 

Saya pikir Mirza sedang mengantuk, kemudian saya dekati dan mengejutkan badannya hangat serta wajahnya sedikit pucat. Panik, saya langsung chat suami dan bilang kalau Mirza tiba-tiba deman serta badannya lemas. Saat itu juga suami menyuruh kami berdua untuk segera menyusul dan menjalani isolasi madiri mengingat ibu bapak saya yang memilki penyakit bawaan sehingga rawan apabila berada satu ruangan dengan orang sakit karena imun mereka yang rendah. 

Awalnya Mirza menolak saat saya ajak untuk segera bangun, saya tawari untuk menggendongnya tapi tetap dia tidak mau. Terpaksa saya minta bantuan suami untuk membujuk Mirza melalui video call dan setelah dibujuk dia mau bangun dan kami pun langsung berangkat ke rumah diantar bapak menggunakan sepeda motor. 




Dua Malam Merawat Mirza Demam  


Setibanya di rumah saya langsung menaruh barang bawaan dan menanyakan kabar suami, saat itulah suami bilang kalau dia sudah tidak bisa mencium bau dan merasakan rasa di lidahnya. Kaget, takut, sedih dan bingung yang saya rasakan mendengar kondisinya saat itu. Pikiran saya seketika melangkah jauh, membayangkan apa yang akan terjadi nantinya. 

Namun, suami terus mencoba untuk menenangkan saya bahwa semua akan baik-baik saja. Setelah saya mulai lebih tenang, saya memberanikan diri untuk menelfon ibu dan memberi kabar kalau kami terpaksa harus isolasi mandiri beberapa hari. Seketika ibu dan bapak kaget mendengar kabar tersebut, ibu yang tidak tahan akhirnya menangis juga. 

Singkat cerita, sore harinya ternyata tubuh Mirza sudah tidak hangat lagi jadi saya bawa dia untuk mandi seperti biasa. Setelah mandi saya ajak Mirza makan kemudian dilanjut menonton televisi sambil memakan camilan yang sudah saya sediakan di dekatnya, akhirnya saya bisa sedikit lebih tenang karena Mirza sudah sembuh. 

Tapi ternyata malam harinya saat menjelang tidur tiba-tiba tubuhnya kembali hangat bahkan panas. Langsung saya beri Ibuprofen yang biasa saya gunakan saat Mirza sedang demam. Setelah minum obat meskipun mulai sedikit rewel akhirnya Mirza tertidur, dan ternyata semalaman Mirza semakin rewel, suhu tubuhnya naik turun. 

Waktu itu saya lupa membawa kain selendang untuk mengendong Mirza, jadi terpaksa saya gendong dengan tangan. Malam itu saya benar-benar sendirian menjaga Mirza yang sedang sakit, biasanya saya bergantian dengan suami tapi mau tidak mau kali ini saya lakukan sendiri karena suami hanya bisa memantau kami berdua dari dalam kamarnya. 


merawat anak demam


Keesokan paginya tubuhnya masih hangat, wajahnya juga terlihat lesu dan lemah. Tapi saya agak tenang karena meskipun sedang sakit Mirza masih tetap mau makan dan minum. Setelah sarapan, kembali saya berikan obat penurun panasnya setelah itu saya bilang ke Mirza kalau saya mau lihat bapaknya dulu. 

Setelah mengecek keadaan suami, saya lanjut untuk membersihkan rumah sambil sesekali melihat Mirza yang sedang tiduran di kasur di depan televisi. Secara rutin saya cek suhu tubuhnya, tapi ternyata panasnya cuma berkurang sedikit. Kalau sudah mulai bosan tiduran, Mirza mulai menangis minta digendong. 

Beruntung paginya bapak mengirim beberapa selimut dan kain selendang Mirza. Saya lega karena bisa menggendong Mirza dengan kain selendang, rasanya tangan saya sudah tidak sanggup menggendong Mirza yang berat badannya sudah diangka 17 kg tersebut. Saya gendong Mirza saya ajak ke teras rumah untuk mendapat angin segar, tidak lama Mirza kembali tertidur. 

10 menit saya gendong, kembali saya tidurkan lagi dia di kasur. Namanya juga lagi demam jadi tidurnya tidak pernah bisa lama, tidur sebentar kemudian bangun lagi begitu terus sampai hari kembali malam. Menjelang tidur malam saya berikan obatnya lagi dengan harapan bisa meredakan panasnya saat tidur malam nanti. 

Namun ternyata di malam kedua panasnya masih naik turun, saya kompres bagian kepalanya dengan air hangat sambil saya gendong. Saat dikompres Mirza terlihat tidak gelisah lagi sampai akhirnya dia kembali tidur. Selama demam saya terus tawarkan dia untuk minum air putih supaya tenggorokannya tidak kering, saya khawatir radang tenggorokannya kambuh lagi. 

Pagipun datang, seperti biasa kiriman makanan sudah datang untuk kami bertiga. Tubuh Mirza masih panas dan pagi itu Mirza mulai susah makan tapi masih mau minum air putih. Karena sudah dua hari panas, saya telfon tante untuk membuatkan Mirza perasan air kunyit, biasanya selain minum obat saya berikan perasan air kunyit ini supaya demamnya bisa turun. 

Drama Air Kunyit yang Lupa Diberi Madu, Rewel Banget! 


Sekitar pukul 10 pagi om datang membawa air kunyit, setelah diletakkan di depan teras om segera kembali pulang. Kemudian saya ambil perasan air kunyit tadi yang dibungkus dengan plastik, saya pindahkan ke cangkir kecil dan mengambi sendok. Saya dekati Mirza dan bilang kalau dia harus minum kunyit. 

Mirza tahu kalau itu jamu dan rasanya memang tidak enak, dia menolak sambil menangis tapi saya agak memaksanya supaya mau minum. Kira-kira ada 4 sendok malan air kunyit masuk ke dalam mulutnya meskipun sambil menangis. Setelah minum air kunyit saya beri dia minum air putih supaya menetralkan rasa di lidahnya. 

merawat anak demam

Biasanya setelah minum air putih Mirza langsung kembali tenang namun waktu itu Mirza masih saja menangis dan merengek kalau di mulutnya masih ada jamu. Saya beri roti tapi dia menolak, kemudian saya beri sedikit gula akhirnya dia bisa diam tapi lagi-lagi efeknya cuma sebentar. Mirza kembali merengek kalau mulutnya tidak enak, kembali saya beri gula pasir seketika Mirza bisa diam. 

Kali ini antengnya bisa lebih agak lama meskipun kembali merengek lagi dan terulang lagi sampai sore. Bahkan waktu itu saya sampai tidak bisa fokus menulis padahal sudah ada deadline yang menunggu malam itu. Sayapun mulai curiga apa jangan-jangan perasan air kunyit tadi tidak diberi madu, ya? 

Langsung saya kirim pesan ke tante untuk menanyakan apakah sudah memberi madu di perasan air kunyitnya? Ternyata ada sedikit kesalahpahaman, tante hanya membuat perasan air kunyit tanpa tambahan apapun dan madunya biar saya yang tambahkan di rumah. Awalnya saya pikir sudah dikasih madu pantas saja Mirza merengek terus dari siang sampai sore. Padahal biasanya setiap kali minum air kunyit dia biasa-biasa saja.

Ajaib, saat malam hari panas Mirza turun drastis hanya tersisa sedikit hangat di bagian kepalanya. Alhamdulillah, Mirza bisa tidur nyenyak tanpa rewel, dan saya bisa tidur tenang. Perasan air kunyit memang ampuh meredakan demam pada anak, dari yang saya baca di artikel kesehatan kunyit mengandung antioksidan dan antivirus. 

Meramu Air Kunyit untuk Turunkan Demam Anak


Cara membuat air kunyit ini juga mudah, kupas kulit kunyit kemudain cuci bersih menggunakan air. Biasanya  kulit yang sudah dicuci saya blender sampai halus, setelah halus saya peras dengan menambahkanpotongan sedikit air. Perasan air kunyit ini saya pindahkan ke dalam cangkir lalu saya tambahkan gula merah atau madu. 

Kalau Mirza sedang demam saya berikan sehari dua kali, pagi dan sore. Biasanya keesokan harinya demam di tubuhnya langsung turun, dan lama-kelamaan Mirza kembali sehat dan aktif seperti sedia kala. Saya juga memberikan dia air kunyit saat cuaca sedang terik dan masuk musim panas untuk jaga-jaga kalau radang tenggorokannya kambuh. 

Meskipun air kunyit ini merupakan obat tradisional tapi kami sekeluarga cocok. Nah, itulah tadi pengalaman saya merawat Mirza yang sedang demam saat kami menjalani isolasi mandiri. Beruntung sekali demamnya cuma tiga hari saja mungkin karena antibodinya cepat terbentuk Mirza bisa kembali sehat.

Setelah sehat Mirza diajak bapaknya melakukan banyak aktivitas seperti lari-lari di halaman depan, ikut bersih-bersih rumah sampai ikut mencabut rumput. Jadi, bukan hanya minum obat, minum jamu dan banyak makan tapi tubuh anak juga perlu untuk digerakkan agar tetap sehat apalagi fitrah anak kecil memang bermain dan bergerak lincah.
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Bukan cuma suka streaming drama Korea tapi saya punya hobi lama yang baru-baru ini muncul kembali, ngegame. Ya, meskipun sudah jadi ibu satu anak tapi ternyata saya masih suka main game melalui smartphone. Bahkan saya sampai rela membuang beberapa aplikasi yang tidak terlalu penting supaya memori smartphone saya cukup untuk menampung game ini. 

Game apakah itu? Plants vs Zombie. Pertama kali saya tahu game ini dari suami sekitar 5 tahun yang lalu saat masih pacaran, awalnya cuma iseng coba main tapi lama-lama saya keasyikan sampai saya bisa menyelesaikan semua tantangan di dalamnya. Bahkan waktu itu suami rela kasih pinjam saya tablet miliknya supaya saya bisa puas bermain, lho. 

Nah, setelah kami menikah dan mempunyai anak saya sempat melupakan game Zombie vs Plants ini hingga akhirnya seminggu yang lalu saya iseng cek di Playstore dan ternyata sudah ada versi androidnya. Nggak pakai lama langsung saya download meskipun ukurannya lumayan besar sekitar 641 mb. 



Plants vs Zombie Game Paling Seru Pelepas Penat di Malam Hari 


Aktivitas saya sebagai ibu rumah tangga tidak memungkinkan saya untuk bermain game ini di siang hari apalagi di waktu pagi saat pekerjaan rumah sedang mengantri untuk diselesaikan. Itu sebabnya saya memilih malam hari untuk bermain game ini, saat semua pekerjaan rumah sudah usai dan pastinya saat anak sudah tertidur pulas. 

Fyi, buat teman-teman yang belum tahu sebenarnya game Plants vs Zombie ini memiliki beberapa versi seperti, Journey to The West, Great Wall Edition, hingga Adventures dan yang menjadi favorit saya yakni Plants vs Zombie Use Your Brain Edu. Bukan sekadar game biasa, game ini memiliki sisi edukasi juga, lho. 

Saat bermain game ini kamu harus mampu meracik berbagai strategi dengan menghapal kemampuan-kemampuan dari tanaman yang mereka miliki untuk mencegah para zombie masuk ke area perkebunanmu. Game Use Your Brain Edu mampu melatih problem solving skills dengan mampu mengidentifikasi permasalahan dan menyelesaikan dengan cara terbaik. 



Tingkat kesulitannya juga tidak terlalu sulit, asal bisa bermain dengan tenang maka kamu bisa memilih tanaman apa yang cocok untuk digunakan melawan gerombolan zombie yang datang. Strategi untuk memasang tanaman penghasil matahari (yang berfungsi untuk membeli tanaman) serta menyeimbangkannya dengan tanaman penghancur zombie sangatlah dibutuhkan. 

Dengan banyaknya macam tanaman yang bisa digunakan oleh pemain namun ada keterbatasan mengenai tanaman apa saja yang bisa dibawa ini lah yang membuat setiap pemain bisa menciptakan strateginya masing-masing secara unik. Biasanya saya selalu mematikan sound saat bermain, tujuannya supaya tidak terfokus dengan bunyi khas zombie yang bikin deg-degan, hehehe. 

Manfaatkan Smartfren Unlimited di Malam Hari Sampai Puas Ngegame 


Setelah berhasil mendownload di smartphone nyatanya saya masih membutuhkan koneksi internet yang lancar untuk bermain game Plants vs Zombie ini. Kenapa harus koneksi internet yang lancar? Karena kalau koneksi internetnya putus-putus tentu saya nggak bisa bermain dengan fokus dan bisa-bisa mengganggu 'perang' dengan zombie. 

Selain koneksi internet yang lancar, masalah kedua adalah soal kuota. Hobi bermain game ternyata juga membutuhkan kuota internet yang tidak sedikit dan saya harus cari akal nih supaya bisa tetap bermain game tanpa khawatir kuota internetnya. Kebetulan sekali saat ini Smartfren menambahkan benefit internet di malam hari. 

Smartfren ternyata memberikan kuota tanpa batas dengan kecepatan penuh saat digunakan pada malam hari, yaitu pada jam 1:00 hingga 05:00. Kuota tanpa batas yang dimaksud juga tidak memiliki FUP (Fair Usage Policy). Nantinya kuota internet milikmu tidak akan terpotong saat memasukin rentang waktu yang sudah ditentukan tersebut. 

Ada dua paket dari Smartfren yang bisa kamu nikmati yakni, paket Unlimited yang makin Unlimited dan Kuota Nonstop yang makin top. Hebatnya lagi semua paket yang dimiliki oleh Smartfren akan mendapatkan bonus kuota malam tanpa batas ini. Bagi kamu yang menggunakan paket Smartfren Unlimited, FUP hariannya hanya akan berlaku pada jam 5:00 hingga 23:59. 

Selain itu, bagi paket yang memiliki kuota malam, bonus kuota tanpa batas ini akan berlaku setelah kuota malam tersebut habis. Benefit kuota tanpa batas ini berlaku bagi kamu yang membeli paket data pada tanggal 1 Januari 2021. Jika membeli paket data pada tahun lalu, tentu saja tidak mendapatkan benefit tersebut. 



Nah, dengan semua benefit tersebut saya bisa fokus bermain game Plants vs Zombie melalui smartphone saya di malam hari. Kadang selain ngegame saya sempatkan juga untuk nonton video di YouTube ataupun lanjut ngedrakor. Ada 4 pilihan kuota yang bisa kamu pilih sesuai kebutuhan, diantaranya: 

  • Kuota Nonstop 6 GB harga Rp30.000 dan masa aktif 28 hari

  • Kuota Nonstop 10 GB harga Rp 45.000 dengan masa aktif 28 hari

  • Kuota Nonstop 18 GB harga Rp 65.000 dengan masa aktif 28 hari

  • Kuota Nonstop 30 GB harga Rp 100.000 dengan masa aktif 28 hari

Masih belum cukup juga? tenang saja kamu bisa membeli booster unlimited harian jika dirasa kamu masih butuh kuota internet yang lebih banyak lagi. Tinggal pilih mulai dari Rp 2.000 berlaku 1 hari, Rp 5.000 berlaku 3 hari, dan Rp 10.000 berlaku 7 hari. Booster unlimited yang kamu pilih nantinya akan otomatis ditambahkan ke paket unlimited malam milikmu. 

Pokoknya Smartfren benar-benar mengerti dengan kebutuhan internet selama masa pandemi seperti sekarang. Saya nggak bisa membayangkan berapa banyak biaya yang harus saya keluarkan hanya untuk membeli kuota internet saja? Saya bebas bermain game online seperti Plants vs Zombie di malam hari tanpa khawatir kehabisan kuota internet berkat paket kuota malam dari Smartfren.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Saya masih ingat betul malam itu, tiba-tiba suami datang mendekati saya untuk minta pijat katanya badannya ngilu-ngilu semua. Bukan mau menolak cuma saja saya agak heran, kok tumben ya dia minta pijat padahal selama ini suami saya tidak terbiasa dipijat. Masih merasa heran, sayapun meng-iyakan permintaannya, waktu itu suami meminta saya untuk memijat di area pinggang atasnya. 

"Kok tumben minta pijet, Mas?.."

"Nggak tahu, tiba-tiba badanku sakit semua gini.."

"Oh, mungkin Mas lagi flu berat nih biasanya memang suka ngilu gitu sebadan..". 

Saat memijat badannya saya tidak merasakan sesuatu yang aneh, tubuhnya juga tidak panas. Cuma suami sempat bilang kalau hidungnya mampet alias tersumbat, waktu itu dia juga tidak pernah bersin-bersin layaknya orang flu pada biasanya. Saya tidak menaruh curiga akan kondisinya, saya berpikir kalau dia kelelahan dan kurang tidur karena sering begadang bekerja. 

Selain hidung tersumbat dia mengeluh kalau kepalanya agak sakit terlebih saat dibawa sujud saat sholat. Pikiran saya waktu itu semakin yakin kalau suami sedang terkena flu berat apabila dilihat dari semua gejalanya. Tiga hari berlalu tapi kondisinya belum juga membaik, padahal sudah konsumsi obat flu dan rutin saya buatkan teh hangat diberi perasan jeruk lemon. 

Sampai menjelang akhir pekan tepatnya sabtu pagi, suami menyuruh saya untuk pergi ke rumah mertua untuk meminta ramuan sirih karena tenggorokannya mulai tidak enak ditambah batuknya yang belum reda juga. Kebiasaan kami sekeluarga kalau sedang batuk dan tenggorokan sakit kami minum ramuan sirih yang dibuat oleh bapak mertua. 



Merawat Suami yang Kehilangan Penciuman dan Perasa, Ada Apa? 


Keesokan harinya suami bilang kalau dia sudah tidak bisa mencium bau di hidung dan merasakan apapun di lidahnya. Saat itu juga suami memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah kami, mengingat di rumah yang ditempati sekarang ada kedua orangtua saya yang sudah tua dan komorbid (memiliki penyakit bawaan).

Kondisi suami saat pertama kali menjalani isolasi mandiri terbilang cukup sehat, badannya masih aktif bergerak bahkan untuk dibuat bersih-bersih rumah, cuma tersisa batuk disertai hilang bau dan rasa saja.  Namun ternyata siang itu juga tiba-tiba Mirza demam, langsung saja saya kabari suami melalui pesan WhatsApp.

Baca Juga : Pengalaman Merawat Anak Demam Saat Suami Isolasi Mandiri

Saat itu juga suami meminta kami untuk sama-sama menjalani isolasi mandiri. Setelah berkemas semua kebutuhan selama di rumah sana, saya dan Mirza berangkat diantar bapak. Jujur saja, waktu itu saya bingung sekali harus melakukan apa saat melihat suami dan anak yang sama-sama sakit.

Suami memutuskan untuk isolasi di kamar tengah sedangkan saya dan Mirza tidur berdua di ruang keluarga di depan televisi sambil menggelar kasur. Entah kenapa waktu itu saya merasakan kalau kondisi tubuh saya sedang sangat fit, tidak flu, tidak batuk, tidak demam apalagi lemas. Mungkin itu kemudahan yang diberikan oleh Allah supaya saya bisa kuat merawat suami dan anak.

Saya tidak mau tinggal berjauhan dengan suami apalagi dengan kondisinya seperti itu. Saya khawatir suami kenapa-kenapa kalau harus isolasi mandiri seorang diri di rumah tanpa ada yang menemani. Antara takut dan pasrah bahkan saya rela kalau harus ikut sakit, saya sudah tidak memikirkan kondisi saya akan bagaimana nantinya cuma berbekal pasrah dan ikhtiar.

Sampai akhirnya banyak bantuan datang dikirim ke rumah kami mulai dari makanan, sembako, vitamin hingga obat-obatan. Sambil merawat Mirza yang sedang demam saya juga rajin menanyakan kondisi suami dari luar kamar. Setiap pagi suami keluar untuk berjemur dan berolahraga sampai keluar keringat bahkan dia selalu menyempatkan diri untuk menyapu daun-daun di halaman depan.

Saat keluar dari kamar, suami selalu menggunakan masker dan menjaga jarak dengan kami berdua. Kebetulan rumah kami letaknya paling dalam jadi bisa dibilang kami tidak memiliki tetangga sehingga suami bisa bebas keluar untuk sekadar berjemur dan olahraga. Selama menjalani isolasi mandiri banyak artikel kesehatan yang kami baca, dari mulai bagaimana cara isolasi mandiri di rumah sampai semua hal tentang Covid-19 ini. 

Dua hari berlalu, kondisi Mirza mulai membaik dan kembali aktif bermain seperti biasa. Selain diberi obat penurun panas seperti Ibuprofen, saya juga memberi Mirza perasan air kunyit. Siang hari saya kasih air kunyit dan malam hari demamnya mulai turun, tidur malamnya juga lebih nyenyak daripada kemarin.

Penciuman dan perasa di lidah suami sedikit mulai kembali normal. Semangat dan rasa optimis suami untuk bisa sembuh sangat besar, meskipun lidahnya tidak ada rasa tapi dia paksakan untuk banyak makan dan minum. Suami pernah bilang ke saya, kalau dia ikhlas meninggal tapi sebelum itu dia harus melawan kondisinya tersebut. 

Obat dan Vitamin yang Dikonsumsi Suami Selama Masa Isolasi Mandiri 


Setiap pagi setelah sarapan, suami minum satu sendok madu dilanjut berjemur dan berolahraga sampai berkeringat. Siang hari setelah makan siang dilanjut minum susu Bearbrand satu kaleng dan saat malam hari setelah makan waktunya untuk minum obat dan vitamin yang diberikan oleh dokter. Ada tiga jenis vitamin dan satu obat untuk paru-paru. 

Ukurannya cukup besar dan diminum bersamaan sebelum tidur. Bahkan salah satu teman suami mengirimkan kami obat China katanya itu obat herbal Covid-19, tapi suami mempertimbangkan untuk meminum obat dan vitamin dari dokter terlebih dulu. Selain konsumsi vitamin dan obat, untuk memancing indera perasanya kembali suami juga melakukan terapi dengan memakan satu siung bawang putih setiap pagi. 



Anehnya, dia masih merasakan rasa pedas yang sangat kuat saat mengunyah bawang putih, artinya indera perasa suami tidak hilang total. Terbukti saat saya memasakkan dia ayam bumbu pedas, suami masih bisa merasakan rasa pedasnya. Saya senang sekali mengetahui hal tersebut, meskipun dalam hati saya saat itu terus bertanya, kapan penciuman dan perasanya bisa kembali normal? 

Anxiety saya kembali kambuh tapi saya tidak mau rasa kecemasan berlebihan ini membuat imun saya menurun dan ikutan sakit. Ya, sebisa mungkin saya tidak boleh ikut jatuh sakit. Alhamdulillah, masuk hari kelima isolasi mandiri kondisi suami sudah normal, bau dan rasanya kembali seperti biasa. Kami bertiga sudah sehat dan aktif, tapi kami memutuskan untuk melanjutkan isolasi mandiri selama 14 hari. 



Sampai di sini teman-teman pasti akan bertanya-tanya, apakah sudah menjalani test Swab PCR? Tidak, suami saya memang tidak melakukan test, sebab pertimbangan kami waktu itu kondisinya yang masih sehat dengan gejala ringan. Namun, kami sudah berencana akan segera pergi ke rumah sakit jika kondisi suami semakin memburuk. Selama isolasi mandiri kami dalam pengawasan salah satu keluarga yang bekerja sebagai tenaga kesehatan.

Nah, sesuai anjuran dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan yang kami baca kalau batas isolasi mandiri penderita dengan gejala ringan sampai masa 10 hari ditambah 3 hari bebas deman dan gejala pernapasan, setelah itu diperbolehkan keluar untuk kembali beraktivitas seperti sedia kala. Supaya lebih jelas, teman-teman bisa membaca langsung di sini.

Apa yang Harus Dilakukan Saat Hilang Penciuman dan Perasa? 


Bagi kami semua ujian yang datang merupakan kehendak Allah, takdir jangan dilawan tapi harus diterima dengan ikhlas. Semakin melawan takdir Allah maka semakin tidak berkuasa, namun semakin mencoba ikhlas menerima ternyata takdir Allah bisa kami lewati dengan baik. Prinsip itu yang membuat saya dan suami bisa tetap kuat menjalani ini semua.

Tidak mudah berada di posisi saat itu, ruang gerak sangat terbatas, kami hanya bergantung pada bantuan keluarga bahkan untuk ambil uang di ATM saja sudah tidak bisa. Kebetulan keluarga saya hampir tidak ada yang memegang rekening untuk saya transfer jadi untuk sementara terpaksa mereka semua yang menanggung biaya hidup kami sehari-hari.

Sedangkan sebagian sembako, obat-obatan dan vitamin diberikan oleh keluarga suami. Beruntung sekali kami bisa menyadari gejala ini sedari awal, dan tidak banyak pikiran untuk memutuskan melakukan isolasi mandiri. Dengan keterbatasan pengetahuan tentang kondisi ini, kami berusaha untuk bisa pulih kembali. 

Jadi, pesan saya untuk teman-teman jika mengalami kondisi yang sama dengan suami saya yang sempat terkena flu, batuk hingga kehilangan penciuman dan perasa tidak perlu khawatir. Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah menenangkan diri dan segera lakukan isolasi mandiri jika dirasa hanya gejala ringan saja. 

Ada banyak petunjuk di internet mengenai bagaimana cara melakukan isolasi mandiri di rumah dan kalau diperlukan segera hubungi dokter. Jangan nekad tetap berkeliaran keluar rumah dan melakukan kontak dengan orang lain. Harus tetap semangat dan optimis, banyak makan makanan bergizi, minum air hangat, konsumsi madu dan susu. 

Jangan malas untuk bergerak, berjemur dan berolahraga. Kalau sistem imun kita kuat maka kita bisa kembali sehat. Tetap tenang sehingga kita bisa berpikir solusinya, kami mengalaminya sendiri dengan pikiran dan hati yang tenang tubuh bisa menjadi lebih sehat. Banyak sholat dan berdoa karena dengan cara inilah kami bisa berhubungan langsung dengan Allah. 



Sekarang, sudah hampir satu bulan pasca kondisi tersebut, kami sudah bisa kembali berkumpul bersama di rumah orangtua saya seperti biasanya. Suami sudah kembali bekerja, Mirza anak kami sudah kembali aktif bermain dan saya sudah mulai kembali menulis.

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Sejak masa pandemi rasanya rindu ingin liburan menikmati alam, kalau bisa sih yang dekat-dekat saja. Sampai akhirnya kami (saya, suami dan Mirza) diminta untuk menemani kakak suami dan keluarganya mengunjungi salah satu wisata alam di Bangkalan. Dimana? Pantai Tlangoh yang berada di Kecamatan Tanjung Bumi atau sekitar 40 km dari Kota Bangkalan. 

Sebenarnya ini kali ketiga bagi kami mengunjungi pantai yang panoramanya indah tersebut, bukannya bosan malahan kami masih tetap semangat untuk kembali pergi ke sana. Pantai Tlangoh ini belum ada satu tahun dibuka resmi untuk umum. Kalau menurut cerita suami awalnya tempat ini tertutup semak-semak sampai akhirnya diubah dalam sekejap menjadi tempat wisata alam. 

Itu sebabnya pantai ini masih menjadi perhatian banyak warga Bangkalan bahkan ada juga yang datang dari luar Bangkalan untuk berlibur ke sana. Kurang lebih 45 menit perjalanan menggunakan mobil akhirnya kami tiba, setelah memparkir mobil kami menuju loket tiket masuk. Oh iya, per orang dikenakan tiket sebesar 3000 Rupiah, masih murah banget kan? 



Lalu, di Pantai Tlangoh Ada Apa Saja? 


Bisa dibilang pantai Tlangoh ini seperti surga yang tersembunyi di Bangkalan. Hamparan pasirnya yang luas, air laut yang bersahabat dan pemandangan sekitar yang indah. Sekilas nggak terpikirkan kalau sedang ada di Madura, hehehe. Jujur saja, kalau buat saya pribadi pantai ini merupakan pantai paling cantik yang ada di Bangkalan. 

Sedikit cerita, dulunya pantai ini sempat dijadikan tempat untuk terapi dari penyakit stroke dan gatal-gatal. Sampai akhirnya bersama PHE WMO anak perusahaan PT Pertamina, perangkat desa dan pemuda desa yang tergabung dalam Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), dan pemangku kepentingan lainnya mengubah pantai yang kumuh menjadi destinasi wisata keluarga andalan. 

Sekarang setidaknya ada 100 warga Desa Tlangoh yang hidup dari tempat wisata ini, mulai jadi penjaga pantai, petugas kebersihan, penjaga parkir, penjaga pintu masuk, penjual tiket, penjaga toilet, penjaga warung hingga pemilik warung. Tentunya dengan begini mengangkat perekonomian warga desa yang tinggal di sekitar pantai. 



Tidak sabar ingin segera bermain air di pantai, kami langsung mencari tempat untuk bersantai dan menaruh barang bawaan. Ya, di sana sudah banyak warung untuk duduk sambil memesan makanan dan minuman. Ada dipan-dipan yang disediakan bagi pengunjung warung ada juga kursi untuk bersantai sambil selojoran menikmati indahnya pantai sambil minum air kelapa muda. 

Setelah menaruh barang, saya langsung menuju bibir pantai menemani Mirza yang sudah kegirangan melihat air. Kebetulan waktu itu kami datang setelah sholat Jum'at dan ternyata pengunjung di sana cukup banyak. Pantai Tlangoh juga sedang surut jadi kami berani bermain lebih ke tengah namun tetap harus extra waspada apalagi melihat tingkah gesit Mirza. 

Fasilitas Apa Saja yang Ada di Pantai Tlangoh? 


Bukan cuma bermain air, di sana anak-anak bisa bermain pasir dan kerang yang bisa ditemukan di bibir pantai. Lumayan bisa melepas penat setelah berkutat dengan pekerjaan, pantai memang selalu berhasil membuat mood saya kembali ON. Di sana teman-teman juga bisa menyewa ATV untuk berputar-putar di pinggir pantai, per 20 menit dikenakan biaya sewa 20.000 Rupiah. 

Spot foto, gimana? Tenang saja, ada banyak spot foto buat kamu yang hobi foto-foto maupun selfie. Ada yang gratis dan ada juga yang berbayar, kamu bisa sewa ayunan yang terbuat dari anyaman bambu dengan latar belakang pantai, uang sewanya murah kok cuma 5000 Rupiah itu sudah termasuk sewa topi pantainya. 

Nggak terasa satu jam kami bermain air dan pasir di tepi pantai, anak-anak sudah mulai kedinginan sepertinya meskipun tetap saja susah diajak untuk berhenti. Saya, Mirza, Mbak Ipar dan anaknya kemudian menuju toilet untuk membersihkan tubuh. Di sana tersedia 5 toilet umum yang bisa digunakan oleh pengunjung, bayar? jelas, cuma 2000 Rupiah saja. 



Setelah selesai membersihkan tubuh waktunya untuk makan. Di pantai Tlangoh selain terdapat warung-warung warga sekitar juga ada restoran dengan konsep lesahan. Buat kamu yang enggan untuk makan di warung kamu bisa mencoba restoran yang bernama Sultan tersebut. Waktu itu kami memilih untuk makan di warung tapi saya pernah mencoba makan di restoran menunya juga enggak jauh dari ayam dan bebek. 

Selepas makan, bersantai dan tidak lupa foto-foto akhirnya kami pulang kembali ke Bangkalan. Perjalanan selama 45 menit kembali kami lalui, beruntung akses jalan pantura (pantai utara) ini sudah enak dan lancar. Kemungkinan kamu akan terjebak macet di beberapa titik seperti di pasar Klampis dan pasar Sepulu, enggak lama kok! 

Tapi karena waktu itu kami pulang saat hari sudah sore jadi bebas dari macet. Kalau teman-teman tanya apa nggak khawatir pergi liburan saat pandemi begini? Hmm, lebih waspada saja sih dan yang terpenting taat protokol kesehatan. Di sana pun kami berusaha untuk menjauhi kerumunan, sebisa mungkin untuk tetap jaga jarak dengan pengunjung yang lainnya.

Wisata di Pantai Tlangoh, Perhatikan Tips Berikut Ini!


Perjalanan menuju pantai dari Kota Bangkalan membutuhkan waktu yang sedikit lama, sekitar 40 menit, kalau kamu beruntung kamu tidak akan terjebak macet di beberapa titik yang saya jelaskan tadi. Saran dari saya, teman-teman bisa berangkat lebih awal atau sekalian lepas jam satu siang. Biasanya di jam-jam tersebut sudah tidak ada kegiatan pasar, selain itu kamu bisa menikmati pemandangan senja sore di Pantai Tlangoh jika berangkat menjelang sore.

Layaknya berlibur ke pantai pada biasanya, jangan lupa untuk membawa baju ganti dan kantong kresek yang berfungsi untuk menyimpan baju kotor dan basah. Karena di sana cuacanya panas jangan lupa untuk membawa payung, ataupun topi. Gunakan sunblock sebelum teman-teman bermain air di pantai saat matahari sedang terik.

Terakhir, jangan lupa untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar pantai Tlangoh dengan tidak membuang sampah sembarang. Ikuti peraturan yang disediakan, jangan nekad bermain air terlalu ke tengah karena bisa membahayakan terutama saat air sedang pasang dan berombak. 

Kalau teman-teman ingin berkunjung ke pantai Tlangoh mudah saja, bisa menggunakan Google Maps untuk cek lokasi pantai. Selain itu sudah ada beberapa Ulasan mengenai Pantai Tlangoh salah satunya di website PulauMadura.com bukan cuma membahas pantai Tlangoh tapi segala hal mengenai Madura yang ingin kamu ketahui bisa ditemukan di sana, ulasan lengkap dan sering menjadi bahan rujukan para wisatawan saat berkunjung ke Madura.
Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Menjelang akhir tahun 2020 rupanya dunia masih sibuk dengan virus Covid-19, begitupula dengan negara kita Indonesia. Awal bulan ini masyarakat dibuat terkejut dengan meningkatnya data pasien positif Covid-19 hingga tiga kali lipat. Lalu, bagaimana dengan Jawa Timur sendiri? Melansir dari laman Wikipedia tertulis bahwa hingga 30 Desember 2020, terdapat 83.217 kasus positif yang terdiri dari 6.077 kasus yang sedang dirawat serta 71.378 kasus dinyatakan sembuh dan 5.762 kasus meninggal dunia. 

Sebanyak 867.832 sampel telah diuji dengan tingkat keterjangkitan mencapai 9.59%. Bukan angka yang patut untuk dibanggakan, jelas. Melihat semakin tingginya data tersebut tentu sebagai masyarakat biasa kita ingin ada perubahan atau setidaknya bisa bertahan di tengah pandemi ini. 



Tetap Kreatif dan Optimis di Tengah Keterbatasan Pandemi Covid-19 


Pandemi Covid-19 telah mengubah segalanya, hampir semua elemen kehidupan sudah tidak bisa lagi berjalan dengan normal seperti sedia kala. Ruang lingkup kita sangat terbatas, bahkan untuk bekerja saja harus dilakukan dari dalam rumah. Lelah, bosan dan kesal rasanya sudah menjadi bagian sehari-hari, meskipun begitu kita tidak boleh kalah dengan kondisi ini. 

Ya, rasa optimisme di masa pandemi inilah yang ingin Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak sebarkan kepada seluruh masyarakat Jawa Timur. Keresahan terhadap pandemi Covid-19 tentu menjadi masalah bagi masyarakat, sehingga cara terbaik adalah mempraktikkan jarak sosial. Namun, pandemi ini bukan alasan untuk tidak aktif dan menyerah pada keterbatasan yang ada. 

Salah satu masalah yang menjadi fokus saat ini adalah mengenai rencana pemberian vaksin Covid-19 yang segera dilaksanakan oleh pemerintah. Seperti yang diterangkan oleh bapak Wagub bahwa sudah semestinya kita semua percaya dengan para dokter yang berkompeten di bidangnya. Semua dilakukan sesuai dengan SOP pemberian imunisasi di tengah pandemi jadi, kita tidak perlu khawatir lagi. 

Memang, persoalan mengenai vaksin Covid-19 ini masih merupakan hal yang baru sehingga tidak heran jika menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat. Justru di saat inilah peran content creator dibutuhkan untuk membantu pemerintah dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai proses vaksinasi Covid-19. 

Dalam pembicaraan kami sore itu, juga dibahas mengenai pembelajaran di masa pandemi yang dialihkan ke dalam pembelajaran daring. Faktanya banyak siswa, orang tua bahkan guru pengajar yang tidak siap dengan metode daring ini. Intinya, tidak semua orang tua mampu menjadi guru di rumah begitupula dengan beban para guru yang menjadi berkali lipat dalam pembelajaran daring ini. 

Salah satu teman bloger yang berprofesi menjadi guru mengeluarkan aspirasinya di hadapan Bapak Wagub, dia bercerita bagaimana proses mengajar jarak jauh dengan semua hambatan dan tantangannya. Melihat fenomena ini bapak Wagub mencoba memahami kondisi para siswa, orang tua dan guru yang sama-sama tidak mudah. 



Beliau juga memberikan ide untuk menggunakan metode pre-recording atau merekam pembelajaran yang disampaikan oleh para guru sehingga murid-murid bisa mengunduh dan menyimpannya untuk kembali dipelajari. Nah, saat sesi Zoom meeting dimulai para siswa sudah bisa paham dengan materi yang akan dipelajari. 

Sehingga waktu yang terbatas bisa memaksimalkan proses belajar mengajar secara daring. Menurut saya hal ini cukup efektif mengingat saat ini kebutuhan kuota internet saat daring melonjak tajam sehingga bisa membantu menghemat penggunaan kuota internet. Bapak Wagub juga berharap kepada semua murid menerapkan skill Independent Learned atau pembelajar mandiri. 

Beberapa karakteristik dari pembelajar mandiri yaitu mampu menentukan standar dan tujuan pembelajaran sebagai bentuk tanggung jawabnya, menganggap guru hanya sebagai fasilitator tambahan, memiliki kemampuan time management yang baik, dan mampu bekerja dengan maupun tanpa kelompok. 

Saya baru kali ini mendengar skill Independent Learned, dan menurut saya cara ini bisa membantu para siswa untuk bisa tetap kreatif dan mandiri di tengah keterbatasan. Para siswa tidak harus selalu menunggu penjelasan dari guru untuk mendapat jawaban dari soal-soal yang diberikan, namun bisa mencari jawabannya sendiri dengan kemampuan masing-masing bahkan tanpa bantuan Google. 

Bapak Wagub Mengajak Millenial Gunakan MJC! 


Kita semua tahu kalau permasalahan yang dihadapi selama masa pandemi ini bukan hanya pendidikan dan kesehatan saja, masalah perekonomian juga mendapat fokus dari Pemprov Jawa Timur. Bagaimana bisa tetap survive secara finansial di masa pandemi, terutama para generasi millenial yang baru saja lulus dari bangku universitas. 

MJC atau Millenial Job Center merupakan program yang memfasilitasi angkatan kerja muda untuk bisa mencoba peluang bisnis baru dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Salah satunya dengan mencoba menjadi freelancer atau tenaga kerja lepas. Menurut bapak Wagub MJC juga menjembatani peluang freelancer atau calon talenta yang memiliki pengalaman. 



MJC menyiapkan talent, mentor, dan klien menyambut gig economy global. Para talenta yang muncul dengan ide kreatif akan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif milenial. Ekonomi kreatif dan MJC bersinergi mendukung pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Untuk menunjang MJC ini, saat ini telah disiapkan command center dan co working space yang baik, tujuannya agar para milenial bisa berinteraksi tanpa dikenakan biaya. 

Waktu satu jam rasanya tidak cukup untuk membahas semua persoalan dan tantangan baru selama masa pandemi ini. Meski begitu, senang rasanya bisa berbincang dengan bapak Wakil Gubernur Jawa Timur dan mendengarkan semua aspirasi para pelaku content creator Jawa Timur sore itu. Rasanya saya kembali optimis melanjutkan hidup di masa pandemi supaya tetap survive.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Pencarian

About me

About Me

Halo, perkenalkan saya Riska, seorang istri dan ibu dari satu putra. Suka menulis tentang hal apa saja khususnya yang saya pahami. Selengkapnya

Follow Us

  • facebook
  • instagram
  • twitter

Labels

Kecantikan Kesehatan Keuangan Opini Parenting Pengalaman REVIEW Sponsored Post wisata

recent posts

Komunitas

About Me

Blog Archive

  • ►  2015 (39)
    • ►  Juni (9)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  September (3)
    • ►  Oktober (12)
    • ►  November (10)
  • ►  2016 (84)
    • ►  Januari (8)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Maret (4)
    • ►  April (1)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Juni (20)
    • ►  Juli (12)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  September (1)
    • ►  Oktober (9)
    • ►  November (3)
    • ►  Desember (10)
  • ►  2017 (68)
    • ►  Januari (6)
    • ►  Maret (4)
    • ►  April (5)
    • ►  Mei (13)
    • ►  Juni (6)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Oktober (8)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (10)
  • ►  2018 (102)
    • ►  Januari (6)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Maret (11)
    • ►  April (12)
    • ►  Mei (11)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Juli (6)
    • ►  Agustus (10)
    • ►  September (11)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  November (12)
    • ►  Desember (8)
  • ►  2019 (71)
    • ►  Januari (4)
    • ►  Februari (6)
    • ►  Maret (6)
    • ►  April (7)
    • ►  Mei (6)
    • ►  Juni (4)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Agustus (6)
    • ►  September (6)
    • ►  Oktober (13)
    • ►  November (2)
    • ►  Desember (4)
  • ►  2020 (41)
    • ►  Januari (4)
    • ►  Februari (5)
    • ►  Maret (2)
    • ►  April (5)
    • ►  Mei (4)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Juli (4)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  November (3)
    • ►  Desember (6)
  • ▼  2021 (67)
    • ▼  Januari (5)
      • Satu Jam Bersama Bapak Wakil Gubernur Jawa Timur, ...
      • Pengalaman Wisata Pantai Pasir Putih Tlangoh Tanju...
      • Pengalaman Merawat Suami yang Menjalani Isolasi Ma...
      • Ngegame Semalaman Dengan Smartfren Extra Unlimited...
      • Pengalaman Merawat Anak Demam Saat Isolasi Mandiri
    • ►  Februari (7)
    • ►  Maret (2)
    • ►  April (8)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Juli (7)
    • ►  Agustus (5)
    • ►  September (5)
    • ►  Oktober (7)
    • ►  November (4)
    • ►  Desember (8)
  • ►  2022 (67)
    • ►  Januari (4)
    • ►  Februari (7)
    • ►  Maret (6)
    • ►  April (11)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Juni (7)
    • ►  Juli (9)
    • ►  Agustus (4)
    • ►  September (4)
    • ►  Oktober (3)
    • ►  November (4)
    • ►  Desember (6)
  • ►  2023 (43)
    • ►  Januari (3)
    • ►  Februari (4)
    • ►  Maret (3)
    • ►  April (4)
    • ►  Mei (5)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  September (6)
    • ►  Oktober (6)
    • ►  November (2)
    • ►  Desember (7)
  • ►  2024 (29)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Mei (3)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Oktober (10)
    • ►  November (5)
    • ►  Desember (3)
  • ►  2025 (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Mei (2)

Created with by BeautyTemplates