Freelance Juga Bisa Punya Dana Pensiun

by - Minggu, Desember 19, 2021

6 tahun lalu tepatnya beberapa bulan sebelum menikah dengan suami, saya resmi berhenti dari pekerjaan di salah satu perusahaan swasta. Memutuskan untuk berhenti bekerja menjadi seorang karyawan swasta memang merupakan permintaan langsung dari suami saya waktu itu. Suami meminta saya untuk bekerja dari rumah saja, menjadi bloger.

Permintaan tersebut tidak semata-mata diminta begitu saja tanpa pertimbangan matang, rupanya suami melihat peluang dari diri saya bisa bekerja sebagai tenaga lepas, meskipun harus rela tanpa gaji tetap, pesangon ataupun dana pensiun. Berjalannya waktu setelah kami menikah dan saya hamil, saya mulai merasakan sekali beruntungnya bisa bekerja dari rumah.

Melalui tulisan di blog ini saya mulai bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah, saya tetap bisa mengurus rumah, mengurus suami dan sesekali bermain ke rumah orang tua dan mertua. Bukan cuma itu saja, sedikit demi sedikit saya bisa menyisihkan penghasilan saya dari menulis di blog untuk ditabung guna persiapan kelahiran nanti.



Namun ternyata saat kehamilan saya berusia 5 bulan, ibu saya divonis gagal ginjal oleh dokter dan diwajibkan untuk cuci darah seminggu dua kali. Tahun pertama saat ibu sakit, bapak terpaksa berhenti bekerja sebagai seorang montir mobil karena harus fokus mengantar dan menemani ibu berobat. Disinilah awal mula saya menanggung hidup orang tua saya.

Beratnya Menjadi Generasi Sandwich 


Saat itu saya berada pada keadaan dimana saya terjepit antara orang tua yang sedang sakit berat ditambah tidak memiliki penghasilan bahkan dana pensiun pun juga tidak punya sedangkan di waktu yang sama saya harus membantu suami untuk menopang keuangan keluarga kami yang masih berumur jagung kala itu.

Ya, orang bilang ini kondisi generasi sandwich dan saya menjadi salah satu bagian dari generasi tersebut. Kalau tidak kuat mental tentu tidak mudah menjalani kondisi terjepit seperti ini. Beban keuangan yang berat tidak jarang membuat saya harus rela mengorbankan kebutuhan pribadi demi untuk mencukupi kebutuhan ibu bapak.

Harus diakui bahwa hidup menjadi salah satu generasi sandwich bukanlah hal yang mudah. Selama ini saya harus terus bekerja keras siang dan malam untuk mendapat pemasukan. Di lain sisi, saya harus bertanggung jawab, baik secara emosional maupun finansial terhadap banyak pihak, khususnya anak dan orang tua.

Ada fase dimana saya pernah tidak terima dengan kondisi ini, kenapa harus saya, kenapa semuanya saya yang harus menanggung dan semua perasaan tidak terima lainnya. Ya, mau tidak mau saya harus terima karena saya satu-satunya harapan ibu bapak saat ini, tidak ada saudara dan hanya saya sendiri.

Saya juga pernah merasa iri kepada teman-teman seumuran yang bisa fokus dengan keluarganya, yang orang tuanya tidak sakit dan kondisi finansial mereka baik-baik saja. Yang bisa bekerja dengan tenang, membiayai anak mereka dan bisa menabung untuk persiapan di masa tua kelak.



Saat ini saya, suami dan anak kami tinggal bersama dengan kedua orang tua saya. Bisa terbayang bagaimana susahnya mengatur keuangan untuk menghidupi banyak orang secara bersamaan? Bayar cicilan, biaya pendidikan anak, perawatan kesehatan orang tua, kebutuhan pribadi, dan juga persiapan masa tua.

Kondisi ini membuat saya menjadi lebih mudah stres. Selain karena beban finansial yang berat, saya juga harus menyeimbangkan peran untuk merawat orang tua dan anak. Hal ini membuat saya sulit memperhatikan diri sendiri bahkan untuk sekadar bersosialisasi dengan teman. Stres ini juga mengganggu kehidupan rumah tangga, kesehatan fisik, dan pekerjaan.

Kalau boleh jujur, ini yang membuat saya menjadi tidak bisa menyimpan dana pensiun. Saya sempat kepikiran, apakah keadaan ini akan berlanjut ke anak saya kelak? Lho, suami kemana? Suami saya juga seorang pekerja lepas dan pendapatan kami setiap bulannya tidak menentu, bisa dibilang kalau lagi banyak ya banyak dan kalau lagi sepi ya sedikit yang kami dapatkan.

Selain itu saya sadar kalau tidak mungkin saya membebankan semua kebutuhan orang tua saya kepada suami. Lagi-lagi saya suka sedih, saat kami berdua sedang berjuang untuk memulai rumah tangga kami, menata keuangan kami dan membesarkan anak tapi ternyata ada kondisi saya yang seperti ini.

Tapi saya belajar bahwa tidak ada gunanya menyalahkan keadaan apalagi menyalahkan orang tua yang sudah sepuh dan sakit-sakitan seperti sekarang. Kondisi ini mengubah banyak mindset hidup saya salah satunya penting sekali untuk mempersiapkan kehidupan di masa tua nanti supaya tidak menjadi beban untuk anak maupun keluarga lainnya.

Terkadang saya suka mikir bagaimana ya caranya untuk bisa memiliki dana atau tabungan pensiun dengan menjadi seorang pekerja lepas seperti ini? Saya bukan lagi seorang karyawan apalagi seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang setiap bulan mendapat gaji tetap, bonus tambahan dan dana pesangon ataupun dana pensiun yang bisa diambil dan dinikmati di saat masa tua.


Padahal kalau sudah tua nanti pasti sudah tidak kuat bekerja, kesehatan sudah menurun apalagi penghasilan. Meskipun sebagai seorang muslim yang percaya kuasa Allah, saya sebenarnya tidak boleh terlalu takut dengan masa depan. Tapi bukannya hidup ini butuh perencanaan? Tidak bisa berjalan begitu saja, harus ada perubahan supaya bisa menikmati hidup yang sejahtera sampai tua meskipun tidak kaya raya.

Memiliki Dana Pensiun Untuk Memutus Rantai Generasi Sandwich


Tahun depan apabila diberi umur panjang saya genap berusia 30 tahun kalau dihitung tersisa 30 tahun lagi untuk bisa masuk ke masa pensiun. Saya ingin disisa usia menuju masa pensiun ini bisa mulai menyimpan tabungan ataupun dana pensiun. Terlebih lagi dana pensiun ini yang akan memainkan peranan penting untuk membantu saya memutuskan rantai generasi sandwich di kemudian hari.



Saya sadar bagaimanapun juga saya harus bisa memutus rantai generasi sandwich ini, kasihan anak saya kalau harus menanggung masa tua orang tuanya kelak. Ketiadaan tunjangan pensiun dan pola pendapatan yang cenderung tidak pasti menjadi tantangan terbesar bagi para freelance seperti saya agar tetap bisa mewujudkan masa pensiun sejahtera.

Prioritas saya saat ini adalah memperbaiki pengelolaan keuangan kami. Dengan pengelolaan keuangan yang tepat, saya tetap bisa menyiapkan dana pensiun sambil menanggung kehidupan orang tua saya saat ini. Saya sudah menuliskan beberapa langkah yang akan saya lakukan untuk mempersiapkan dana pensiun bersama suami.

Mencari Tahu Jumlah Dana Pensiun yang Dibutuhkan


Mempersiapkan dana pensiun membutuhkan perencanaan yang tepat dan matang. Untuk itu saya sudah tahu apa saja yang akan saya lakukan. Hal pertama yang perlu saya lakukan adalah mengetahui berapa sebenarnya dana pensiun yang saya butuhkan di masa tua nanti. Selain itu saya perlu menentukan beberapa hal mulai dari :

  • Pada usia berapa saya akan pensiun atau tidak lagi memiliki penghasilan.
  • Asumsi usia harapan hidup, semoga panjang umur.
  • Perkiraan dana yang saya butuhkan untuk hidup sehari-hari.
  • Waktu yang saya miliki untuk menyiapkan kebutuhan dana pensiun tersebut.

Saya coba membuat simulasinya, saya berniat pensiun di usia 60 tahun dengan asumsi usia harapan hidup hingga 70 tahun. Kebutuhan hidup saya sehari-hari saat ini sekitar Rp 6 juta per bulan. Setelah dikurangi cicilan atau tagihan, kebutuhan dana menjadi Rp 5 juta per bulan.



Saat ini saya berusia 29 tahun sehingga saya memiliki waktu sekitar 31 tahun untuk mengumpulkan dana tersebut. Dengan asumsi inflasi per tahun 3%, maka total kebutuhan dana saya saat pensiun di usia 31 tahun lagi hingga tutup usia sekitar Rp 5 miliar. Jumlah yang sangat fantastis untuk saya dan harus dimulai dari sekarang juga.

Bagaimana Cara Saya Mendapat Dana Pensiun Sebanyak Itu?


Dengan jumlah dana pensiun sebesar itu bukan tidak mungkin bisa saya kumpulkan, asalkan memiliki strategi yang tepat. Sebenarnya ada beberapa strategi yang diam-diam sudah saya persiapkan untuk bisa mengumpulkan dana pensiun sesuai kebutuhan di masa tua nanti. Mulai dari investasi, mengikuti program jaminan hari tua dan membuka rekening Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).

Pada strategi pertama yakni investasi untuk pemula seperti saya rasanya masih belum yakin untuk bisa melakukan investasi. Meskipun beberapa jenis investasi memiliki peluang untuk bisa tumbuh di atas inflasi. Misalnya, reksa dana, saham, obligasi jangka panjang, properti, dan lain sebagainya.



Sayangnya tidak semua instrumen investasi tersebut dapat saya gunakan dengan metode cicilan investasi atau investasi berkala. Investasi properti, misalnya, membutuhkan modal yang cukup besar. Sudah jelas tidak mungkin saya memilih investasi jenis ini, idealnya saya memilih produk investasi yang bisa saya cicil perbulannya. Tapi saya belum yakin untuk mengambil pilihan ini.

Pada strategi kedua yakni mengikuti program jaminan hari tua Seperti mengikuti program BPJS Kesehatan Mandiri. Kalau yang ini Alhamdulillah, kami sekeluarga sudah mengikuti programnya. Setiap bulan saya rutin membayar iuran untuk 5 anggota dan itu sudah termasuk kedua orang tua saya.

Karena kalau tidak ikut BPJS Kesehatan saya pasti sudah tidak akan sanggup menanggung biaya pengobatan ibu bapak yang jumlahnya sangat besar. Ibu yang harus cuci darah seminggu dua kali sejak 4 tahun lalu masih ditambah bapak yang terkena gejala stroke dua bulan lalu, sehingga jumlah biaya pengobatan menjadi bertambah yang awalnya hanya ibu saja sekarang ditambah biaya pengobatan bapak.

Mengenal DPLK Manulife Indonesia


Strategi terakhir adalah membuka rekening Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) untuk pilihan terakhir ini sebenarnya masih cukup asing di telinga saya, meskipun sebenarnya DPLK ini sudah ada sejak lama. Kebetulan sekali beberapa waktu lalu saya mengikuti webinar yang diadakan oleh Manulife Indonesia bertajuk, "Rahasia Pensiun Bahagia".

Kalau menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), DPLK termasuk dana pensiun yang umumnya dibentuk oleh lembaga perbankan atau perusahaan asuransi jiwa dalam Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP). Program DPLK ini dapat diikuti oleh perorangan dan tentunya tidak menyatu atau terpisah dari program Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan perusahaan asuransi jiwa atau bank terkait.

Perihal keamanannya, program ini sudah pasti aman sebab tata cara hingga mekanismenya sendiri sudah diatur dalam UU No. 11/1992, dengan prinsip aman dan terkontrol. DPLK Manulife Indonesia sendiri hingga akhir 2020 telah diikuti lebih dari 570.000 peserta dan 2.300 perusahaan.

Menurut bapak Karjadi Pranoto Direktur dan Chief EB & Syariah Distribution pada webinar kemarin, sudah saatnya para freelance mulai menyisihkan dana dalam jumlah kecil namun konsisten dan rutin, dan tempatkan melalui DPLK. Seiring waktu, dengan adanya peningkatan karier atau usaha yang dimiliki, maka akan ada peningkatan income, sehingga dapat meningkatkan jumlah investasi untuk dana pensiun.

Karjadi Pranoto Direktur dan Chief EB & Syariah Distribution


Apa Saja Manfaat DPLK Bagi Pekerja dan Perusahaan?


Bagi teman-teman yang ingin membuka rekening DPLK ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh. Namanya juga program pensiunan, pasti memiliki keuntungan terutama bagi pekerja. Namun, di luar dari manfaatnya untuk pekerja atau karyawan, DPLK ini juga memiliki manfaat tersendiri bagi perusahaan lho.

Manfaat DPLK bagi Pekerja

  • Memiliki dana pasti untuk hari tua
  • Bebas pajak untuk hasil investasi di DPLK
  • Iuran yang dibukukan otomatis atas nama peserta
  • Keuntungan yang didapat terpisah dari hasil kekayaan pihak DPLK
  • Manfaat program dibayarkan langsung oleh penyelenggara program DPLK

Manfaat DPLK bagi Perusahaan

  • Pengurangan pasti mengenai pajak penghasilan badan PPh25
  • Nominal iuran dapat disesuaikan dengan kondisi finansial perusahaan
  • Perusahaan tidak perlu repot lagi mengelola investasi dana pensiun milik karyawan
  • Perusahaan memenuhi kewajiban pemberi kerja sesuai UU 13/2003

FYI, program DPLK Manulife Indonesia ini terbuka untuk semua orang yang memiliki penghasilan dan berkomitmen untuk membayar iuran rutin sesuai kesepakatan awal. Itu berarti, apapun profesi yang kita geluti, entah wiraswasta, karyawan, profesional, atau bahkan freelance sekalipun, bisa terdaftar sebagai peserta dari program DPLK.

Cara Daftar DPLK dan Cara Membayar Iurannya


Ada dua cara untuk bisa menjadi peserta program DPLK. Pertama mendaftar secara mandiri sebagai peserta DPLK. Kedua dengan mengajukan diri untuk ikut serta dalam program DPLK lewat perusahaan tempat bekerja saat ini. Apabila sudah terdaftar sebagai peserta DPLK, maka wajib menyetor iuran pensiun rutin setiap bulannya.

Jangka waktu iuran dapat disesuaikan dengan kesepakatan awal yang dibuat dan terus berlangsung, baik selama kita masih aktif bekerja hingga masa pensiun tiba. Mengenai besaran dana iurannya, program #DPLKManulife Indonesia menyesuaikan dengan besarnya penghasilan kita per tahun yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku.

Cara pembayaran iuran perbulannya juga sangat mudah, bisa melalui setoran tunai, transfer bank (ATM dan Internet Banking), auto debet bagi pemilik kartu kredit, maupun lewat virtual account citibank - Manulife Indonesia. Cara pembayaran seperti ini membantu saya untuk rutin membayar iuran karena selama ini penghasilan sebagai freelance masuk ke rekening pribadi saya.

Dana pensiun juga dapat kita manfaatkan sebagai dana darurat jika pengelolaannya tepat. Arti dari dana darurat dalam hal ini ialah uang pensiun tidak digunakan untuk apapun. Nah, ini nih yang juga menjadi tantangan bagi saya yang notabenenya generasi sandwich. Kecuali jika nantinya ada keadaan darurat yang membutuhkan uang dalam jumlah besar.

Well, mengumpulkan dana pensiun termasuk rencana keuangan jangka panjang yang membutuhkan komitmen kuat. Maka dari itu, semakin dini kita memulai, akan semakin mudah bagi kita untuk mewujudkan target dana pensiun. Jangan sampai menyesal di masa yang akan datang. Freelance bisa yuk punya dana pensiun demi #semakinharisemakinbaik!

You May Also Like

9 komentar

  1. Wih kadang juga khawatir kalau bukan pegawai negeri gak ada uang pensiun, pasti nanti harus kerja terus. Jadi, dapat solusinya, nih, terima kasih infonys. :)

    BalasHapus
  2. Saya baca ini "Beban keuangan yang berat tidak jarang membuat saya harus rela mengorbankan kebutuhan pribadi demi untuk mencukupi kebutuhan ibu bapak" dalam banget mba, kebayang saya. Insya Allah mba bakti pada orang tua Allah ridho ,balas masa tua kita akan bahagia. Aamiin

    BalasHapus
  3. Thanks mba pencerahannnya KLO freelancer juga bisa punya masa pensiun yang menyenangkan, bener bgt harus dimulai dari kita masih muda, jangan ditunda tunda, semangat menyongsong pensiun dengan happy

    BalasHapus
  4. Semangat buat freelancer ngumpulin dana pensiun...Biar masa pensiunnya bahagia dan bebas mau apa aja karena gak pusing mikirin besok makan apa wkwkwk

    BalasHapus
  5. Bener juga nih. Meskipun freelance kita juga harus menyiapkan kebutuhan di masa tua kelak yaaa. Dan pas banget semuanya bisa disiapkan dari sekarang.

    BalasHapus
  6. Saya freelance, dan kadang pengen juga punya dana pensiun yang dikumpulkan dari gaji. ga pengen nyusahin anak kelak.

    BalasHapus
  7. Sampai sekarang masih berusaha keras buat ngumpulin dana pensiun nih. Betapa pentingnya dana pensiun demi kemaslahatan umat disaat sudah tidak bisa produktif lagi. Terima kasih infonya ya, Kak. :)

    BalasHapus
  8. Intinyw pintar2 kita ngatur dan merencanakan keuangan ya mba. Semoga kelak kita ga merepotkan anak cucu yaaa

    BalasHapus
  9. Nah ini ni freelance kudu punya banyak aset dan simpanan biar hari tua nyaman

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.