Kearifan Lokal Sandur Salabhâdhân Masyarakat Bangkalan Madura

by - Minggu, Juni 26, 2022

Sandur menjadi seni tradisi yang harus ada dalam setiap hajatan Rèmoh yang dilakukan oleh masyarakat Bangkalan Madura. Uniknya, seni tradisi ini ditampilkan oleh penari laki yang berpenampilan wanita. Tentunya ada aturan-aturan tersendiri yang berlaku bagi penari, anggota Rèmoh maupun masyarakat umum yang menonton termasuk sesaji yang harus dipenuhi.

Pertunjukan seni tradisi Sandur Salabhâdhân ditampilkan semalam suntuk dan sangat meriah menjelang dini hari hingga pagi hari. Sandur Madura berbeda dengan Sandur Lumajang, berbeda pula dengan Sandur Tuban, Sandur Jombang, dan daerah-daerah lain di mana kesenian tersebut berkembang.

Ciri-ciri kedaerahan sangat menonjol sehingga terdapat beberapa pengertian Sandur di Jawa Timur. Sandur di Bangkalan mirip dengan tayuban, ada penarinya yang disebut lenggek Panjhâk Binè'an. Ada pengrawit (Panjhâk Tabbhuwân), tukang catet, tukang panggil atau rol, dan seperangkat gamelan.

Penari atau Panjhâk Binè'an dulunya wanita, namun karena masyarakat Bangkalan yang mayoritas muslim banyak yang menolak kehadiran wanita dalam kesenian tersebut, selanjutnya penari wanita diganti seorang penari laki-laki yang menggunakan pakaian dan riasan wanita.



Mengenal Lebih Dekat Kearifan Lokal Sandur Madura


Kehadiran seorang pria menjadi penari dalam pertunjukan Sandur di Bangkalan mampu memberikan hiburan yang menarik bagi masyarakat, antara lain karena adanya adegan-adegan lucu dari penampilan para penari pria yang berperan seperti penari wanita tersebut. Selain menghibur, juga mengurangi keributan yang kerap terjadi di masa lalu saat penarinya masih seorang wanita.

Perlu diberi catatan bahwa penari pria tersebut bukanlah waria atau banci melainkan seorang pria tulen yang berperan sebagai penari wanita (crossdressing) Selanjutnya dijelaskan bahwa sejak menggunakan penari pria, kesenian Sandur dapat diterima masyarakat, salah satunya sebagai hiburan saat warga masyarakat menggelar hajatan.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Madura bahwa pada jaman para wali dahulu pada Abad Akhir XV setidaknya awal Abad XVI, para wali dalam melaksanakan syiar agama Islam di tanah Madura dengan menggunakan berbagai macam kesenian. Salah satu kesenian yang dipergunakan siar oleh para wali tersebut adalah kesenian Sandur yang pada waktu itu bernama salabhâdhân.

Kesenian ini merupakan peninggalan para wali, maka sampai sekarang kesenian Salabhadhan yang kini bernama Sandur ini masih ada dan masih dilestarikan oleh masyarakat Madura, karena kesenian ini sangat digemari oleh masyarakat Madura dan menjadi tradisi turun-temurun dalam hajatan Rèmoh.

Tuan Rumah duduk bersama para Petugas Pendukung di Arena Pertunjukan Rèmoh Sandur Salabhâdân


Rèmoh adalah hajatan semacam arisan pada Komunitas Blater Madura, namun ada pula yang memaparkan bahwa acara tersebut disebut Arèmoh yaitu mengadakan suatu pesta yang diselenggarakan masyarakat tertentu (para jagoan) dengan rangkaian acara tetabuhan dan tarian tradisional, sedangkan acara pokoknya adalah Arisan Berantai untuk menggalang dana besar dalam waktu singkat.

Sumber lain menyebutkan bahwa kesenian Sandur yang ada di Bangkalan dahulu memiliki nama salabhâdhân. Kata Salabât memiliki arti salawat, yang identik dengan pemberian atau pembagian uang untuk Abhubu. Salabhâdhân ini biasanya diadakan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat seperti hajatan.

Tamu membayar Bhubuwân



Bagi masyarakat Madura yang mayoritas beragama Islam, Salabât berupa uang yang biasanya dibagikan oleh tuan rumah yang sedang menyelenggarakan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW kepada para tamu undangan. Kata Salabât bagi masyarakat selanjutnya dikenal dengan arti “uang”.

Pada zaman dahulu, masyarakat muslim hanya dapat menerima kesenian yang mengandung unsur Islami saja, karena banyak tokoh atau kiai-kiai besar yang ada di Madura, sehingga mereka benar-benar memperhatikan agama yang dianut oleh masyarakatnya (Maharani, NRA., 2015: 50).

Kegiatan Salabhâdhân merupakan kegiatan untuk mengumpulkan masyarakat guna membagi atau menarik uang, kemudian ditambahkan nilai-nilai kesenian dalam kegiatan tersebut. Pada waktu itu, Sunan Bonang di Jawa melakukan syiar Islam dengan menggunakan alat musik gamelan, sehingga dampaknya sampai ke Madura.

Beliau menyampaikan shalawat atau shalawat dengan menggunakan gamelan dan diikuti oleh masyarakat Madura dalam Salabhâdân. Kesenian Sandur Salabhâdân saat ini merupakan bagian dari ajang silaturahmi pada kegiatan Arisan yang disebut Arèmoh atau rèmoh. Kegiatan Arisan tersebut lazim disebut Rèmoh, yang merupakan kegiatan untuk kalangan Blater dan Klebun.

Klebun menari atau atangdhâng dengan Panjhâk Binè'an


Kesenian Sandur digunakan sebagai media hiburan bagi para peserta Arisan, seperti tampak ketika mereka menari dan memberikan tapellan/suwellan/sawèran kepada penari maupun tuan rumah. Berdasarkan hasil pengamatan selama Rèmoh di kediaman Klebun ini, dhing-gendhingan dimainkan selama hampir tiga jam (dari pukul 20.00-23.00) sambil menunggu sebagian besar tamu hadir serta mengambil posisi duduk yang sudah ditentukan.

Meski demikian, lamanya waktu memainkan dhing-gendhingan ini tidak ada patokannya. Lama atau cepat tergantung pada berkumpulnya sebagian besar tamu. Menurut informasi, paling cepat dhing-gendhingan dimainkan selama kurang lebih satu jam.

Pada saat tamu-tamu kehormatan seperti Klebun, Camat, atau Bupati datang, Pengrawit/Panjhâk Tabbuwân segera menyambutnya dengan memainkan Gending Giro Endro (Giroan) dengan tempo cepat. Hal tersebut melambangkan penghormatan dari tuan rumah kepada tamu, sekaligus ucapan selamat datang. Suasana saat Pengrawit/Panjhâk Tabbhuwân memainkan dhing-gendhingan.

Mengenal Tarian Dhung-Dhung pada Acara Sandur Madura


Dhung-ndhung diartikan sebagai tarian untuk menerima tamu atau menyambut tamu. Jika masih sedikit tamu yang hadir, maka dhung-ndhung belum dimainkan. Setelah sebagian besar atau seluruh tamu hadir, sajian dhung-ndhung dimulai. Dhung-ndhung yang berarti tari pembukaan ini dilakukan dengan iringan Gending Sabrang, dan penarinya melakukan gerakan yang disebut Tangdhâng.

Tari dhung-ndhung memiliki filosofi sebagai berikut :

” Tari dhung-ndhung itu mau menunjukkan bahwa laki-laki Madura itu bukanlah waria. Laki-laki Madura itu orangnya tegas dan berani, tapi walaupun begitu ya orang Madura, orang Bangkalan sini hatinya itu sebetulnya halus, seperti wanita..”

Tarian dhung-ndhung dimulai dengan munculnya seorang laki-laki yang menggunakan pakaian separuh wanita dan separuh laki-laki. Ia membawakan gerak tari yang disebut tari dhung-ndhung. Awalnya penari dhung-ndhung keluar dan berdiri menghadap ke depan (ke arah para tamu) sambil memberi hormat kepada para tamu.

Setelah melakukan penghormatan kepada tamu, penari dhung-ndhung kemudian mengambil posisi dengan sikap posisi badannya tegak, kedua kakinya dibuka lebar, kedua tangannya direntangkan ke kanan dan ke kiri, dilanjutkan dengan menggerakkan atau memutar pergelangan tangan sesuai irama gending yang dimainkan.

Gerakan selanjutnya, penari dhung-ndhung mengambil sampur menggunakan tangan kanan, kemudian sampur dipindah ke tangan kiri, diikuti gerakan kaki kiri maju satu langkah, disusul kaki kanan juga maju satu langkah.

Klebun Tokoh Masyarakat memberi Tapellan atau Suwellan


Gerakan yang terlihat selanjutnya adalah kedua kaki penari melakukan trisik atau srisig ke belakang (posisi kaki jinjit dan melakukan langkah-langkah pendek seperti berlari-lari kecil sambil kedua lututnya ditekuk atau mendak), kedua tangannya direntangkan ke samping kanan dan kiri, posisi badannya tegak, kemudian berhenti, kedua kaki dibuka lebar, diikuti gerakan menganggukkan kepala.

Gerakan selanjutnya tampak penari melakukan gejug kaki kiri (menghentakkan bagian telapak kaki ke belakang kaki yang menjadi tumpuan), posisi kedua tangan di pinggang sebelah kanan, posisi badan menghadap ke depan dan berhenti beberapa saat, selanjutnya melakukan gerakan memutar menghadap ke para Pengrawit atau Panjhâk Tabbuwân.

Penari melakukan gerakan ini dengan merentangkan kedua tangannya, pergelangan tangan diputar perlahan-lahan mengikuti irama gending yang mengiringi. Gerakan berikutnya diteruskan mengulang gerakan pertama atau awal. Dalam tarian dhung-ndhung, ada kesempatan untuk memberi tapellan atau di daerah Jawa Tengah dikenal dengan suwellan atau sawèran.

Semua tamu undangan secara bergantian diberi kesempatan memberikan tapellan kepada penari. kalau diperhatikan lebih dekat, kebudayaan atau tradisi di Jawa dan Madura sebenarnya tidak terlalu beda jauh. Menyenangkan sekali bisa mengetahui banyak hal tentang kearifan lokal dan tradisi daerah masing-masing.

Kenali Kearifan Lokal Lebih Dekat dengan IndiHome


Jadi, bukan hanya sekadar menonton saja tanpa tahu makna dibalik tradisi maupun kesenian tersebut. Saya senang melihat kesenian Sandur Madura ini, biasanya saya melihat di YouTube atau video orang yang direkam dan diunggah ke media sosial. Saya pernah melihat langsung tapi itu dulu, mungkin beberapa belas tahun lalu dan saat itu saya masih kecil.

Beruntung di zaman serba canggih seperti ini kita bisa tetap terhubung dengan adanya jaringan internet. Bahkan referensi tulisan ini sebagian saya temukan saat browsing di Google. Dengan internet kita bisa melakukan banyak aktifitas tanpa harus keluar rumah atau pergi kembali ke masa lalu.

Provider internet IndiHome dimiliki oleh Telkom Group yang menggunakan jaringan fiber optik dan sudah tersebar di seluruh negeri. Internet ini sangat cocok untuk digunakan karena menawarkan kecepatan hingga 300 Mbps. Tidak hanya cepat, internet IndiHome juga stabil dan tahan terhadap berbagai cuaca.



Aktifitas kerja, belanja, belanja online hingga bermain games di rumah jadi lebih praktis dan nyaman. Selain memberikan layanan internet, IndiHome juga memiliki paket televisi berlangganan. Untuk langganan provider internet ini cukup murah lho. Biayanya mulai dari Rp275.000 per bulan.

Sudah 6 tahun terakhir ini saya menjadi pengguna setia IndiHome, menikmati internet super cepat hingga 100Mbps, menonton tayangan box office terbaik melalui Iflix, Hooq, Catchplay. Di rumah, kami juga bisa mengaktifkan beberapa add-on seperti Hybrid Box tambahan agar menonton TV lebih leluasa.

Tidak usah khawatir dengan jaringannya, karena IndiHome memiliki ratusan ribu titik di seluruh Indonesia sebagai akses untuk Wifi.id seamless. Bukan hanya cepat saja, jaringan IndiHome juga cenderung stabil. Kita tetap bisa berinternet dengan jaringan yang stabil meskipun jaringan terbagi oleh kerabat serumah.

Bahkan kualitas informasinya tetap bisa bagus meski ada yang bermain game online, YouTube-an, menonton TV interaktif, serta streaming dalam waktu yang sama. Kabel serat optik juga sudah terbukti handal di dalam kondisi cuaca yang ekstrim sekalipun. Teknologi ini bisa meminimalisir risiko gangguan elektromagnetik maupun serangan petir.

Meski hujan deras dan kilat terlihat menyeramkan, kita masih tetap bisa menikmati berbagai layanan Indihome WiFi dengan lancar. Mau YouTube-an, mau live streaming sepanjang hari juga bisa. Jadi, sudah tidak ada halangan lagi untuk bisa kenal lebih dekat dengan budaya dan kearifan lokal meskipun hanya lewat dunia maya karena IndiHome internetnya Indonesia.

You May Also Like

1 komentar

  1. Luar biasa, aku baru tahu tradisi Madura agak belibet memahaminya tapi keren memang masih kental dengan tradisi yang sakral. Namanya juga unik, buat orang awam pasti ini terdengar aneh. Tapi, keren Madura tradisinya. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus

Jangan lupa berkomentar ya, tinggalkan alamat blognya biar bisa balik berkunjung.

Terima Kasih.